Ancaman Trump dan Fakta-fakta Soal Upaya BRICS Melengserkan Dolar AS
loading...
A
A
A
JAKARTA - Presiden Amerika Serikat (AS) terpilih Donald Trump pada akhir pekan kemarin melontarkan ancaman tarif terbaru di Truth Social, yang kali ini menyasar negara-negara yang menjauh dari dolar AS sebagai mata uang cadangan dan memukul dominasi greenback dalam perdagangan internasional.
Di balik ancaman Trump, ada tren dedolarisasi yang dalam beberapa tahun terakhir seperti mendapatkan momentum karena beberapa negara ingin mengurangi ketergantungan mereka pada dolar AS. Selama hampir 80 tahun, dolar AS telah mendominasi cadangan internasional dan menjalankan perannya sebagai mata uang utama dalam perdagangan global.
Tetapi perlawanan terusmuncul ketika semakin banyak negara – termasuk Brasil, China, dan Rusia – yang mencoba untuk menggulingkan greenback.
Greenback adalah mata uang cadangan dominan ekonomi global — yang berarti bahwa dolar AS merupakan mata uang utama yang dipegang oleh bank sentral dunia.
Perjanjian Bretton Woods pada akhir Perang Dunia II menetapkan dolar sebagai mata uang utama perdagangan internasional, itulah sebabnya kontrak berjangka untuk komoditas seperti minyak mentah dan gas alam hampir selalu dihargai dalam dolar.
Kondisi ini menjadi sumber kekuatan ekonomi yang sangat besar bagi AS. Sebagai contoh, dominasi greenback memungkinkan Washington untuk membekukan setengah dari cadangan mata uang asing Rusia dan melarang bank-bank terbesarnya dari sistem pembayaran internasional SWIFT setelah presidennya, Vladimir Putin memerintahkan invasi ke Ukraina pada Februari 2022.
Kemudian Dedolarisasi muncul sebagai gerakan oleh beberapa negara untuk mengurangi ketergantungan mereka pada dolar dalam perdagangan dan investasi lintas batas –, dimana seringkali dengan tujuan melemahkan AS.
China dan Rusia mempelopori upaya untuk menyapih dunia dari mata uang AS. Misalnya, China pada Desember 2023 menyerukan pemasok di Timur Tengah untuk menerima mata uangnya daripada dolar dalam perdagangan minyak.
Zoltan Pozsar, yang saat itu menjadi analis Credit Suisse mengatakan, tahun lalu bahwa perjalanan pemimpin China, Xi Jinping, ke Arab Saudi menandakan 'kelahiran petroyuan'.
Sementara itu Rusia telah meningkatkan upaya dedolarisasi sejak menginvasi Ukraina, dengan Putin menandatangani perintah eksekutif pada Maret 2022 yang melarang negara-negara "tidak bersahabat" menyelesaikan kontrak gas alam dalam mata uang apapun selain rubel.
Beijing dan Moskow sudah berulang kali berjanji, bersama anggota lain dari kelompok negara BRICS untuk meluncurkan mata uang cadangan baru yang mereka harapkan dapat menggeser dolar sebagai cadangan internasional.
Di balik ancaman Trump, ada tren dedolarisasi yang dalam beberapa tahun terakhir seperti mendapatkan momentum karena beberapa negara ingin mengurangi ketergantungan mereka pada dolar AS. Selama hampir 80 tahun, dolar AS telah mendominasi cadangan internasional dan menjalankan perannya sebagai mata uang utama dalam perdagangan global.
Tetapi perlawanan terusmuncul ketika semakin banyak negara – termasuk Brasil, China, dan Rusia – yang mencoba untuk menggulingkan greenback.
Untuk itu ada beberapa hal yang perlu Anda ketahui tentang dedolarisasi.
Apa itu dedolarisasi?
Greenback adalah mata uang cadangan dominan ekonomi global — yang berarti bahwa dolar AS merupakan mata uang utama yang dipegang oleh bank sentral dunia.
Perjanjian Bretton Woods pada akhir Perang Dunia II menetapkan dolar sebagai mata uang utama perdagangan internasional, itulah sebabnya kontrak berjangka untuk komoditas seperti minyak mentah dan gas alam hampir selalu dihargai dalam dolar.
Kondisi ini menjadi sumber kekuatan ekonomi yang sangat besar bagi AS. Sebagai contoh, dominasi greenback memungkinkan Washington untuk membekukan setengah dari cadangan mata uang asing Rusia dan melarang bank-bank terbesarnya dari sistem pembayaran internasional SWIFT setelah presidennya, Vladimir Putin memerintahkan invasi ke Ukraina pada Februari 2022.
Kemudian Dedolarisasi muncul sebagai gerakan oleh beberapa negara untuk mengurangi ketergantungan mereka pada dolar dalam perdagangan dan investasi lintas batas –, dimana seringkali dengan tujuan melemahkan AS.
Bagaimana negara-negara mencoba menggulingkan dolar?
China dan Rusia mempelopori upaya untuk menyapih dunia dari mata uang AS. Misalnya, China pada Desember 2023 menyerukan pemasok di Timur Tengah untuk menerima mata uangnya daripada dolar dalam perdagangan minyak.
Zoltan Pozsar, yang saat itu menjadi analis Credit Suisse mengatakan, tahun lalu bahwa perjalanan pemimpin China, Xi Jinping, ke Arab Saudi menandakan 'kelahiran petroyuan'.
Sementara itu Rusia telah meningkatkan upaya dedolarisasi sejak menginvasi Ukraina, dengan Putin menandatangani perintah eksekutif pada Maret 2022 yang melarang negara-negara "tidak bersahabat" menyelesaikan kontrak gas alam dalam mata uang apapun selain rubel.
Beijing dan Moskow sudah berulang kali berjanji, bersama anggota lain dari kelompok negara BRICS untuk meluncurkan mata uang cadangan baru yang mereka harapkan dapat menggeser dolar sebagai cadangan internasional.