Ekonomi Kacau Gegara Politik, Bangladesh Cari Tambahan Utang ke IMF
loading...
A
A
A
JAKARTA - Bangladesh tengah bernegosiasi dengan Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) untuk mendapatkan pinjaman tambahan sebesar USD3 miliar, atau sekitar Rp46,5 triliun (kurs Rp15.500 per USD).
Mengutip The Daily Star, Gubernur Bank Sentral Bangladesh yang baru, Ahsan H Mansur mengatakan pinjaman tersebut diperlukan untuk pulih dari kekacauan politik yang baru-baru ini terjadi di negara tersebut. Bank sentral juga membeli dolar dari bank-bank lokal untuk memenuhi utang yang belum dibayar.
Bangladesh sebelumnya telah memperoleh pendanaan sebesar USD4,7 miliar dari IMF tahun lalu. Mansur mengatakan bahwa ia sedang dalam pembicaraan dengan badan keuangan yang berpusat di Washington tersebut untuk "menambah" jumlah ini dengan tambahan sebesar USD3 miliar.
Ia mengatakan Bangladesh juga mencari tambahan USD1,5 miliar dari Bank Dunia dan masing-masing USD1 miliar dari Bank Pembangunan Asia dan Badan Kerja Sama Internasional Jepang.
Negara ini baru saja bangkit dari pergolakan selama berminggu-minggu menyusul protes mematikan yang memaksa Perdana Menteri Sheikh Hasina digulingkan awal bulan ini. Kekerasan yang menyertai protes antipemerintah telah mengganggu ekspor garmen, penghasil devisa utama negara tersebut. Sementara, cadangan devisa sudah tertekan sebelum krisis saat ini, dan mencapai USD20,5 miliar per 31 Juli, hanya cukup untuk menutupi impor selama sekitar tiga bulan.
Mansur, ekonom kawakan yang menghabiskan tiga dekade di IMF, diangkat menjadi gubernur Bank Bangladesh minggu lalu oleh pemerintah sementara yang dipimpin oleh peraih Nobel Profesor Muhammad Yunus. Mantan Gubernur Abdur Rouf Talukder dan dua wakil gubernur lainnya mengundurkan diri sebagai bagian dari serangkaian pergantian birokrasi menyusul jatuhnya pemerintahan sebelumnya.
Bank sentral membeli lebih dari USD200 juta dalam tiga hari dari pasar antarbank sejak Mansur diangkat menjadi gubernur Bank Bangladesh pada 13 Agustus. Mansur mengatakan bank sentral bermaksud membeli sebanyak USD1 miliar setiap bulan dari bank-bank lokal.
Dia menekankan bahwa membersihkan sektor perbankan negara itu adalah prioritas utamanya saat ini. Dia menceritakan bahwa telah terjadi "perampokan yang direncanakan terhadap sistem keuangan" yang telah menyebabkan kerusakan signifikan pada bank-bank dan memiliki implikasi serius bagi pasar saham dan ekonomi yang lebih luas.
Bank-bank Bangladesh telah mengalami pelarian simpanan dan peningkatan yang mengkhawatirkan dalam aset-aset yang tidak produktif, menyusul gagal bayar oleh kelompok-kelompok yang diduga terkait dengan pemerintahan Liga Awami yang digulingkan.
"Aset-aset yang tidak produktif itu 'hanyalah perampokan bank'. Mereka mengambil uang itu dan menaruhnya di Singapura, Dubai, London, dan tempat-tempat lain. Jadi upaya pertama adalah mencoba untuk meminta pertanggungjawaban orang-orang dan mendapatkan kembali uang itu," tegas Mansur.
Mengutip The Daily Star, Gubernur Bank Sentral Bangladesh yang baru, Ahsan H Mansur mengatakan pinjaman tersebut diperlukan untuk pulih dari kekacauan politik yang baru-baru ini terjadi di negara tersebut. Bank sentral juga membeli dolar dari bank-bank lokal untuk memenuhi utang yang belum dibayar.
Bangladesh sebelumnya telah memperoleh pendanaan sebesar USD4,7 miliar dari IMF tahun lalu. Mansur mengatakan bahwa ia sedang dalam pembicaraan dengan badan keuangan yang berpusat di Washington tersebut untuk "menambah" jumlah ini dengan tambahan sebesar USD3 miliar.
Ia mengatakan Bangladesh juga mencari tambahan USD1,5 miliar dari Bank Dunia dan masing-masing USD1 miliar dari Bank Pembangunan Asia dan Badan Kerja Sama Internasional Jepang.
Negara ini baru saja bangkit dari pergolakan selama berminggu-minggu menyusul protes mematikan yang memaksa Perdana Menteri Sheikh Hasina digulingkan awal bulan ini. Kekerasan yang menyertai protes antipemerintah telah mengganggu ekspor garmen, penghasil devisa utama negara tersebut. Sementara, cadangan devisa sudah tertekan sebelum krisis saat ini, dan mencapai USD20,5 miliar per 31 Juli, hanya cukup untuk menutupi impor selama sekitar tiga bulan.
Mansur, ekonom kawakan yang menghabiskan tiga dekade di IMF, diangkat menjadi gubernur Bank Bangladesh minggu lalu oleh pemerintah sementara yang dipimpin oleh peraih Nobel Profesor Muhammad Yunus. Mantan Gubernur Abdur Rouf Talukder dan dua wakil gubernur lainnya mengundurkan diri sebagai bagian dari serangkaian pergantian birokrasi menyusul jatuhnya pemerintahan sebelumnya.
Bank sentral membeli lebih dari USD200 juta dalam tiga hari dari pasar antarbank sejak Mansur diangkat menjadi gubernur Bank Bangladesh pada 13 Agustus. Mansur mengatakan bank sentral bermaksud membeli sebanyak USD1 miliar setiap bulan dari bank-bank lokal.
Dia menekankan bahwa membersihkan sektor perbankan negara itu adalah prioritas utamanya saat ini. Dia menceritakan bahwa telah terjadi "perampokan yang direncanakan terhadap sistem keuangan" yang telah menyebabkan kerusakan signifikan pada bank-bank dan memiliki implikasi serius bagi pasar saham dan ekonomi yang lebih luas.
Bank-bank Bangladesh telah mengalami pelarian simpanan dan peningkatan yang mengkhawatirkan dalam aset-aset yang tidak produktif, menyusul gagal bayar oleh kelompok-kelompok yang diduga terkait dengan pemerintahan Liga Awami yang digulingkan.
"Aset-aset yang tidak produktif itu 'hanyalah perampokan bank'. Mereka mengambil uang itu dan menaruhnya di Singapura, Dubai, London, dan tempat-tempat lain. Jadi upaya pertama adalah mencoba untuk meminta pertanggungjawaban orang-orang dan mendapatkan kembali uang itu," tegas Mansur.
(fjo)