Faisal Basri, Ekonom Senior yang Kritis dan Jernih Menganalisis Persoalan Ekonomi

Kamis, 05 September 2024 - 07:26 WIB
loading...
Faisal Basri, Ekonom...
Faisal Basri dikenal sebagai sosok yang kritis terhadap berbagai situasi dan kebijakan ekonomi. Foto/Dok
A A A
JAKARTA - Faisal Basri dikenal sebagai sosok yang kritis terhadap berbagai situasi dan kebijakan ekonomi. Pandangan, pemikiran, hasil penelitian, dan analisa terkait perekonomian nasional telah banyak dipublikasikan.

Ekonom senior Faisal Basri yang meninggal dunia hari ini, Kamis (5/9/2024) pada usia 65 tahun diketahui sangat lugas dalam menyikapi perkembangan perekonomian nasional. Ia kerap menyampaikan kritik dengan lantang terhadap kebijakan ekonomi pemerintah, hingga membuatnya lebih sering menjaga jarak dengan kekuasaan.



Sepak terjangnya yang kritis dan lantang menyuarakan segala bentuk penyelewengan, penyuapan, dan korupsi membuat Faisal Basri mendapatkan label “Pejuang Anti Korupsi 2003,” yang diberikan oleh Masyarakat Profesional Madani (MPM), di Gedung Joang 45, Jakarta, pada 15 Januari 2004.

Pemikiran tajam Faisal Basri diakui oleh Eks Gubernur Jakarta 2017-2022, Anies Rasyid Baswedan yang menyampaikan duka cita mendalam atas meninggalnya ekonom senior, Faisal Basri pada Kamis (5/9/2024) dini hari tadi.

"Inalillahi wa inna ilaihi raji’un. Berduka mendalam mendengar kabar berpulangnya Bang @FaisalBasri. Insan cendekia yang pemikirannya menerangi jalan, layaknya lentera di tengah kabut. Kata-katanya sering tajam, namun penuh dengan kebijaksanaan. Menuntun kita melihat lebih jauh, melampaui apa yang tampak di permukaan," cuit Anies dalam laman X @aniesbaswedan.



Anies berharap seraya berdoa agar warisan pemikiran dan keberanian sosok Faisal Basri menjadi inspirasi bagi kita semua.

"Semoga warisan pemikiran dan keberanian beliau akan kekal menjadi inspirasi bagi kita semua. Semoga Allah SWT melapangkan jalan beliau, menerima amal kebaikannya, mengampuni segala khilaf nya, dan memberikan ketabahan bagi keluarga yang ditinggalkan. Aamiin yra," ungkapnya.

Sekedar informasi, Faisal Basri meninggal dunia di RS Mayapada, Kuningan, Jakarta Selatan pada Kamis (5/9) dini hari pada usia 65 tahun. Almarhum Faisal Basri akan disemayamkan di rumah duka Komplek Gudang Peluru, Tebet, Jakarta Selatan dan akan dimakamkan di TPU Menteng Pulo.

Kritik Pemerintah


Kritikan tidak bisa dilepas dari Faisal Basri, belum lama ini Ia memberikan pandangannya terkait situasi dan kondisi pemerintahan Presiden Joko Widodo pada 7 Februari 2024 atau seminggu jelang Pemilihan Presiden 2024.

Ekonom UI ini menarik kesimpulan bahwa apapun gejolak ekonomi yang terjadi pada tahun ini, akan lebih didominasi oleh faktor internal. Beberapa poin yang menjadi sorotan Faisal Basri, adalah:

1. Harga Beras Naik. Tahun lalu Indonesia masih mengimpor 3 juta ton lebih beras, dan kenaikan harga itu dapat menciptakan persoalan bagi RI.

2. Pertumbuhan Ekonomi Lamban. Menurutnya selama kepemimpinan Joko Widodo, ekonomi Indonesia terus mengalami perlambatan. Rata-rata pertumbuhan ekonomi Indonesia di periode 2 pemerntahan Jokowi sekitar 4,7 persen.

3. Angka Pengangguran Indonesia turun, namun penciptaan lapangan kerja semakin tidak berkualitas. Makin banyak pekerja informal, ketimpangan makin menjadi-jadi.

4. Pendidikan Indonesia pada era Jokowi pada kondisi yang hancur lebur. Beberapa dasar pendidikan Indnesia pada 2022 lebih rendah dibandingkan tahun 2000.

5. Turunnya Angka Harapan Hidup Indonesia. Selama 2 tahun terakhir, rata-rata harapan hidup Indonesia turun menjadi 67,6 tahun. Angka ini lebih rendah dari Timor Leste yang mencapai 67,7 tahun.

Berdasarkan data Bank Dunia, Angka Harapan Hidup Indonesia turun dari 70 tahun 2019 menjadi 67 tahun pada 2021. Itu hanya lebih sedikit lebih tinggi daripada Myanmar, bahkan Indonesia kalah dari Timor Leste.

6. Turunnya Indeks Demokrasi. Indeks Persepsi Korupsi (IPK) Indonesia turun dari yang sebelumnya pada 2022 di peringkat 110 menjadi peringkat 115 tahun 2023. Begitu pula dengan skornya, yang stagnan pada level 34. Padahal 8 tahun yang lalu, Indonesia pernah level 38. “Beriringan dengan merosotnya demokrasi, demokrasi indeks juga turun,“ tutur Faisal.
(akr)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1426 seconds (0.1#10.140)