Manfaatkan Energi Surya, Perusahaan Jerman dan Indonesia Jalin Kerja Sama di ISEW 2024
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pada hari terakhir kegiatan Indonesia Sustainable Energy Week (ISEW) 2024, mampu menjembatani sejumlah pihak untuk melakukan kerja sama dalam implementasi rantai pendingin berbasis energi surya di Indonesia.
Nota kesepahaman (MoU) yang ditandatangani antara perusahaan pengolahan ikan di Indonesia, NusaTuna, dengan perusahaan Jerman, Deutsche Gesellschaft fĂĽr Internationale Zusammenarbeit GmbH (GIZ).
Kedua belah pihak berkolaborasi dalam mengurangi emisi karbon di rantai pasok makanan laut dengan mengintegrasikan pasokan energi ramah iklim dan berkelanjutan ke dalam sistem rantai dingin.
Business Development Manager NusaTuna Andrew Roberts menyatakan, perjanjian kerja sama ini merupakan langkah penting dalam upaya keberlanjutan di NusaTuna. Sistem pendingin sangat vital bagi industri perikanan, karena diperlukan untuk membekukan ikan supaya menjaga kualitas dan memastikan keamanan pelanggan.
"Oleh karena itu, nota kesepahaman ini berfokus pada peningkatan efisiensi sistem pendingin kami serta mengurangi dampak lingkungan yang ditimbulkannya.” Kata Andrew.
Sementara itu, Ranggi Fajar Muharam, Private Sector Engagement and Partnership Lead di USAID Indonesia Ber-IKAN, menyambut baik kerja sama ini dan pihaknya senang dapat bekerja sama dengan GIZ dalam mendukung mitra sektor swasta dan berkontribusi pada pengurangan emisi karbon.
"Kerja sama ini akan mendukung mitra sektor swasta dalam mengadopsi strategi adaptasi dan mitigasi yang lebih efektif.” Ujar Ranggi.
Sesi ini kemudian, dilanjutkan dengan penandatanganan perjanjian kerja sama antara GIZ, Fresh Factory (PT Gudang Segar Indonesia), dan IPB (Institut Pertanian Bogor), yang bertujuan untuk mendorong kolaborasi teknologi antara penelitian dan industri.
Inisiatif ini akan mengembangkan solusi ekonomis dan teknis, seperti gudang pendingin dan pabrik es tenaga surya, yang diharapkan mampu mengurangi emisi CO2 dalam rantai pasokan perikanan dan sektor ekonomi lainnya, serta mendukung upaya Pemerintah Indonesia dalam menurunkan emisi gas rumah kaca di sektor energi.
Menanggapi perjanjian kerja sama ini, Founder and CEO Fresh Factor Larry Ridwan, menegaskan bahwa ini langkah yang tepat karena sedang menghadapi krisis iklim. “Saya rasa ini adalah langkah yang sangat tepat. Seperti yang telah disampaikan, kita sedang menghadapi krisis iklim, dan sangat logis bagi semua pemangku kepentingan, termasuk sektor swasta, untuk terlibat dalam solusi.” Kata Larry
Kepala Lembaga Riset Internasional Teknologi Maju Bogor Agricultural University (IPB) Anas M. Fauzi menyampaikan, “Kami sangat senang menjadi bagian dari kerja sama ini. IPB adalah universitas terkemuka di bidang pertanian dan kehutanan di ASEAN, dan misi kami adalah melakukan pendidikan, penelitian, dan pemberdayaan masyarakat.” ujar Anas
Indonesia memiliki potensi besar untuk memanfaatkan energi surya dalam rantai pendingin, terutama dengan meningkatnya kebutuhan energi dan dampak signifikan emisi CO2 dari sektor ini. Penandatanganan kerja sama ini menjadi bukti nyata komitmen semua pihak untuk memperkuat infrastruktur energi di Indonesia dan mendukung upaya global dalam menghadapi perubahan iklim.
Nota kesepahaman (MoU) yang ditandatangani antara perusahaan pengolahan ikan di Indonesia, NusaTuna, dengan perusahaan Jerman, Deutsche Gesellschaft fĂĽr Internationale Zusammenarbeit GmbH (GIZ).
Kedua belah pihak berkolaborasi dalam mengurangi emisi karbon di rantai pasok makanan laut dengan mengintegrasikan pasokan energi ramah iklim dan berkelanjutan ke dalam sistem rantai dingin.
Business Development Manager NusaTuna Andrew Roberts menyatakan, perjanjian kerja sama ini merupakan langkah penting dalam upaya keberlanjutan di NusaTuna. Sistem pendingin sangat vital bagi industri perikanan, karena diperlukan untuk membekukan ikan supaya menjaga kualitas dan memastikan keamanan pelanggan.
"Oleh karena itu, nota kesepahaman ini berfokus pada peningkatan efisiensi sistem pendingin kami serta mengurangi dampak lingkungan yang ditimbulkannya.” Kata Andrew.
Sementara itu, Ranggi Fajar Muharam, Private Sector Engagement and Partnership Lead di USAID Indonesia Ber-IKAN, menyambut baik kerja sama ini dan pihaknya senang dapat bekerja sama dengan GIZ dalam mendukung mitra sektor swasta dan berkontribusi pada pengurangan emisi karbon.
"Kerja sama ini akan mendukung mitra sektor swasta dalam mengadopsi strategi adaptasi dan mitigasi yang lebih efektif.” Ujar Ranggi.
Sesi ini kemudian, dilanjutkan dengan penandatanganan perjanjian kerja sama antara GIZ, Fresh Factory (PT Gudang Segar Indonesia), dan IPB (Institut Pertanian Bogor), yang bertujuan untuk mendorong kolaborasi teknologi antara penelitian dan industri.
Inisiatif ini akan mengembangkan solusi ekonomis dan teknis, seperti gudang pendingin dan pabrik es tenaga surya, yang diharapkan mampu mengurangi emisi CO2 dalam rantai pasokan perikanan dan sektor ekonomi lainnya, serta mendukung upaya Pemerintah Indonesia dalam menurunkan emisi gas rumah kaca di sektor energi.
Menanggapi perjanjian kerja sama ini, Founder and CEO Fresh Factor Larry Ridwan, menegaskan bahwa ini langkah yang tepat karena sedang menghadapi krisis iklim. “Saya rasa ini adalah langkah yang sangat tepat. Seperti yang telah disampaikan, kita sedang menghadapi krisis iklim, dan sangat logis bagi semua pemangku kepentingan, termasuk sektor swasta, untuk terlibat dalam solusi.” Kata Larry
Kepala Lembaga Riset Internasional Teknologi Maju Bogor Agricultural University (IPB) Anas M. Fauzi menyampaikan, “Kami sangat senang menjadi bagian dari kerja sama ini. IPB adalah universitas terkemuka di bidang pertanian dan kehutanan di ASEAN, dan misi kami adalah melakukan pendidikan, penelitian, dan pemberdayaan masyarakat.” ujar Anas
Indonesia memiliki potensi besar untuk memanfaatkan energi surya dalam rantai pendingin, terutama dengan meningkatnya kebutuhan energi dan dampak signifikan emisi CO2 dari sektor ini. Penandatanganan kerja sama ini menjadi bukti nyata komitmen semua pihak untuk memperkuat infrastruktur energi di Indonesia dan mendukung upaya global dalam menghadapi perubahan iklim.
(fch)