Harta Miliarder Bernard Arnault Lenyap Rp812 Triliun, Ada Apa dengan Bisnis Barang Mewah?
loading...
A
A
A
JAKARTA - Miliarder barang mewah, Bernard Arnault melihat kekayaannya ambles menjelang akhir 2024, hingga membuatnya berada di posisi kelima dalam daftar orang terkaya di dunia. Pendiri dan CEO konglomerat barang mewah LVMH, itu kehilangan USD54 miliar atau setara Rp812,1 triliun (Kurs Rp15.039 per USD) saat harga saham perusahaannya jatuh sebesar 20%.
Arnault yang mengawasi lusinan brand mewah bergengsi termasuk Moët Hennessy, Louis Vuitton, Dior, Givenchy, dan Fendi, pada akhir Maret memiliki kekayaan senilai USD231 miliar, menurut Bloomberg Billionaires Index. Saat itu Arnault menyandang gelar sebagai orang paling kaya di muka dunia, mengalahkan CEO Tesla Elon Musk, pendiri Amazon Jeff Bezos, dan CEO Meta Mark Zuckerberg.
Namun pada awal pekan kemarin, kekayaan Arnault kini tersisa USD177 miliar. Sekarang, Arnault berada di peringkat yang lebih rendah dari para pesaingnya.
Dalam setahun terakhir, saham LVMH terpantau telah mengalami penurunan lebih dari 16%, dan saat ini diperdagangkan sekitar USD132 per saham. Arnault diketahui mengantongi kepemilikan 48% dari kerajanan bisnis barang mewah miliknya tersebut.
Sejak awal tahun 2024, kekayaan bersih Arnault sudah menyusut hingga USD30 miliar, menjadikannya pecundang terbesar dalam daftar berdasarkan year-to-date. Terkait hal ini, LVMH tidak menanggapi permintaan komentar seperti dilansir Fortune.
"Mungkin situasi global saat ini, baik itu geopolitik atau makroekonomi, tidak membuat orang bersorak dan membuka botol sampanye," kata Kepala Keuangan LVMH, Jean-Jacques Guiony pada akhir Juli, lalu.
"Saya tidak begitu tahu. Faktanya adalah, volume kami turun dua digit," bebernya.
Tapi bukan hanya LVMH yang mengalami masa sulit di pasar saat ini. Merek mewah besar lainnya juga melaporkan kerugian pada tahun ini. Faktanya, pendapatan barang mewah cenderung datar selama Q2 2024, pertumbuhan paling lambat dalam 15 kuartal, menurut catatan Bank of America tentang barang-barang mewah.
Permintaan memburuk selama Juli, dan Agustus dan September juga melambat.
Michael Kors yang berada di bawah Capri Holdings, melihat pendapatan kuartal pertamanya turun lebih dari 14% secara year to year (YoY).
Arnault yang mengawasi lusinan brand mewah bergengsi termasuk Moët Hennessy, Louis Vuitton, Dior, Givenchy, dan Fendi, pada akhir Maret memiliki kekayaan senilai USD231 miliar, menurut Bloomberg Billionaires Index. Saat itu Arnault menyandang gelar sebagai orang paling kaya di muka dunia, mengalahkan CEO Tesla Elon Musk, pendiri Amazon Jeff Bezos, dan CEO Meta Mark Zuckerberg.
Namun pada awal pekan kemarin, kekayaan Arnault kini tersisa USD177 miliar. Sekarang, Arnault berada di peringkat yang lebih rendah dari para pesaingnya.
Dalam setahun terakhir, saham LVMH terpantau telah mengalami penurunan lebih dari 16%, dan saat ini diperdagangkan sekitar USD132 per saham. Arnault diketahui mengantongi kepemilikan 48% dari kerajanan bisnis barang mewah miliknya tersebut.
Sejak awal tahun 2024, kekayaan bersih Arnault sudah menyusut hingga USD30 miliar, menjadikannya pecundang terbesar dalam daftar berdasarkan year-to-date. Terkait hal ini, LVMH tidak menanggapi permintaan komentar seperti dilansir Fortune.
Apa yang terjadi di LVMH?
Selama paruh pertama tahun 2024, LVMH melaporkan penurunan pendapatan yang moderat, dan divisi anggur dan minuman beralkohol bernasib lebih buruk."Mungkin situasi global saat ini, baik itu geopolitik atau makroekonomi, tidak membuat orang bersorak dan membuka botol sampanye," kata Kepala Keuangan LVMH, Jean-Jacques Guiony pada akhir Juli, lalu.
"Saya tidak begitu tahu. Faktanya adalah, volume kami turun dua digit," bebernya.
Tapi bukan hanya LVMH yang mengalami masa sulit di pasar saat ini. Merek mewah besar lainnya juga melaporkan kerugian pada tahun ini. Faktanya, pendapatan barang mewah cenderung datar selama Q2 2024, pertumbuhan paling lambat dalam 15 kuartal, menurut catatan Bank of America tentang barang-barang mewah.
Permintaan memburuk selama Juli, dan Agustus dan September juga melambat.
Michael Kors yang berada di bawah Capri Holdings, melihat pendapatan kuartal pertamanya turun lebih dari 14% secara year to year (YoY).