Pangeran Mohammed bin Salman Tak Hadiri KTT BRICS Rusia, Pertanda Apa?
loading...
A
A
A
JAKARTA - Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman diperkirakan tidak akan menghadiri KTT BRICS yang diselenggarakan Rusia akhir bulan ini. Negara eksportir minyak terbesar di dunia itu hanya akan diwakili oleh menteri luar negeri kerajaan.
Kelompok BRICS awalnya terdiri dari Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan, dan telah berkembang hingga mencakup Ethiopia, Iran, Mesir, dan Uni Emirat Arab, serta negara-negara lainnya. Sempat tertunda, Arab Saudi sebelumnya digadang-gadang juga akan bergabung ke dalam kelompok tersebut.
Dikutip dari Reuters, Jumat (11/10/2024), Asisten kebijakan luar negeri Presiden Vladimir Putin, Yuri Ushakov, mengatakan bahwa sembilan dari 10 negara anggota BRICS akan mengirimkan pemimpin mereka. Sementara, Arab Saudi akan mengirimkan menteri luar negerinya, Pangeran Faisal bin Farhan Al Saud, ke pertemuan puncak di kota Kazan, Rusia.
Ia tidak memberikan alasan atas ketidakhadiran putra mahkota, yang kerap dipanggil MbS ini. Rusia telah mengundang Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman untuk menghadiri pertemuan puncak tersebut, kata menteri luar negeri Sergei Lavrov bulan lalu.
Dua sumber yang memiliki pengetahuan langsung tentang masalah tersebut mengatakan kepada Reuters pada bulan Januari bahwa Riyadh masih mempertimbangkan undangan untuk bergabung dengan BRICS.
Salah satu dari mereka mengatakan ada manfaat yang kuat untuk bergabung dengan blok tersebut. Seorang sumber resmi Saudi mengatakan kepada Reuters pada bulan Februari bahwa kerajaan tersebut belum menanggapi undangan untuk bergabung dan bahwa hal itu masih dalam pertimbangan.
Hubungan kerajaan yang menghangat dengan Beijing telah menimbulkan kekhawatiran di Washington, sekutu lamanya, yang hubungannya terkadang tegang dalam beberapa tahun terakhir. Ushakov mengatakan "BRICS adalah struktur yang tidak dapat diabaikan", seraya menambahkan bahwa Barat menekan negara-negara agar tidak bergabung dengan organisasi tersebut.
Ia juga mengatakan anggota BRICS mencakup 45% populasi dunia, sekitar 40% produksi minyak, dan sekitar seperempat ekspor barang global.
Istilah BRIC dicetuskan oleh ekonom Goldman Sachs Jim O'Neill pada tahun 2003 untuk menggambarkan bagaimana keempat negara ekonomi yang sedang naik daun, yaitu Brasil, Rusia, India, dan Cina, kemungkinan akan menyaingi dan menyalip banyak ekonomi terkemuka di Barat selama setengah abad mendatang.
Dalam dua dekade sejak saat itu, kelompok tersebut telah terbentuk menjadi struktur resmi meskipun bobot ekonominya sebagian besar terdiri dari China, ekonomi terbesar kedua di dunia, dan para kritikus mengatakan anggota utama kelompok tersebut memiliki tujuan yang saling bertentangan.
Kelompok BRICS awalnya terdiri dari Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan, dan telah berkembang hingga mencakup Ethiopia, Iran, Mesir, dan Uni Emirat Arab, serta negara-negara lainnya. Sempat tertunda, Arab Saudi sebelumnya digadang-gadang juga akan bergabung ke dalam kelompok tersebut.
Dikutip dari Reuters, Jumat (11/10/2024), Asisten kebijakan luar negeri Presiden Vladimir Putin, Yuri Ushakov, mengatakan bahwa sembilan dari 10 negara anggota BRICS akan mengirimkan pemimpin mereka. Sementara, Arab Saudi akan mengirimkan menteri luar negerinya, Pangeran Faisal bin Farhan Al Saud, ke pertemuan puncak di kota Kazan, Rusia.
Ia tidak memberikan alasan atas ketidakhadiran putra mahkota, yang kerap dipanggil MbS ini. Rusia telah mengundang Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman untuk menghadiri pertemuan puncak tersebut, kata menteri luar negeri Sergei Lavrov bulan lalu.
Dua sumber yang memiliki pengetahuan langsung tentang masalah tersebut mengatakan kepada Reuters pada bulan Januari bahwa Riyadh masih mempertimbangkan undangan untuk bergabung dengan BRICS.
Salah satu dari mereka mengatakan ada manfaat yang kuat untuk bergabung dengan blok tersebut. Seorang sumber resmi Saudi mengatakan kepada Reuters pada bulan Februari bahwa kerajaan tersebut belum menanggapi undangan untuk bergabung dan bahwa hal itu masih dalam pertimbangan.
Hubungan kerajaan yang menghangat dengan Beijing telah menimbulkan kekhawatiran di Washington, sekutu lamanya, yang hubungannya terkadang tegang dalam beberapa tahun terakhir. Ushakov mengatakan "BRICS adalah struktur yang tidak dapat diabaikan", seraya menambahkan bahwa Barat menekan negara-negara agar tidak bergabung dengan organisasi tersebut.
Ia juga mengatakan anggota BRICS mencakup 45% populasi dunia, sekitar 40% produksi minyak, dan sekitar seperempat ekspor barang global.
Istilah BRIC dicetuskan oleh ekonom Goldman Sachs Jim O'Neill pada tahun 2003 untuk menggambarkan bagaimana keempat negara ekonomi yang sedang naik daun, yaitu Brasil, Rusia, India, dan Cina, kemungkinan akan menyaingi dan menyalip banyak ekonomi terkemuka di Barat selama setengah abad mendatang.
Dalam dua dekade sejak saat itu, kelompok tersebut telah terbentuk menjadi struktur resmi meskipun bobot ekonominya sebagian besar terdiri dari China, ekonomi terbesar kedua di dunia, dan para kritikus mengatakan anggota utama kelompok tersebut memiliki tujuan yang saling bertentangan.
(fjo)