Ketua Satgas PEN: Semoga Vaksin Indonesia Tidak Seperti Kasus AstraZeneca
loading...
A
A
A
JAKARTA - Ketua Satgas Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) sekaligus Wakil Menteri BUMN Budi Gunadi Sadikin mengatakan, vaksin Covid-19 yang diproduksi pemerintah tidak akan seperti kasus yang menimpa AstraZeneca. Diketahui, AstraZeneca menghentikan semua uji klinis tahap III vaksin Covid yang dikembangkan bersama dengan Oxford University di seluruh dunia.
Penghentian uji klinis itu dilakukan karena salah satu relawan di Inggris mengalami efek samping berupa penyakit aneh yang tidak bisa dijelaskan.
"Ini terjadi dengan AstraZeneca yang mana vaksin mereka ada masalah dengan klonikal trial. Jadi harusnya kita ada strategi lain agar tetap membatasi orang keluar rumah," ujar Budi dalam diskusi virtual, Kamis (10/9/2020). ( Baca juga:DKI Jakarta PSBB Total, Bioskop Dipastikan Batal Dibuka )
Kata dia, vaksin butuh tujuh tahun untuk diproduksi dan paing cepat empat tahun. Namun seiring perkembangan teknologi dan kebutuhan, pembuatan vaksin Covid-19 bisa dipercepat.
"Saat ini kita konfiden vaksin, tapi kita harus ada strategi alternatif yang belum ada," jelasnya. ( Baca juga:Dalami Kasus Proyek Fiktif, KPK Panggil 14 Pegawai Waskita Karya )
Sebagai informasi, penghentian uji klinis tadi dilakukan untuk mencegah terjadinya kasus yang sama. Meski kabar ini sudah beredar, pihak AstraZeneca tidak mengungkapkan reaksi efek samping seperti apa yang muncul pada pasien.
Perusahaan ini menguji vaksin buatannya di beberapa negara, seperti Amerika Serikat, Inggris, Amerika Latin, Eropa, dan Afrika. Mereka juga menegaskan akan terus menyelidiki dan memastikan penyakit yang disebabkan vaksin tersebut.
Penghentian uji klinis itu dilakukan karena salah satu relawan di Inggris mengalami efek samping berupa penyakit aneh yang tidak bisa dijelaskan.
"Ini terjadi dengan AstraZeneca yang mana vaksin mereka ada masalah dengan klonikal trial. Jadi harusnya kita ada strategi lain agar tetap membatasi orang keluar rumah," ujar Budi dalam diskusi virtual, Kamis (10/9/2020). ( Baca juga:DKI Jakarta PSBB Total, Bioskop Dipastikan Batal Dibuka )
Kata dia, vaksin butuh tujuh tahun untuk diproduksi dan paing cepat empat tahun. Namun seiring perkembangan teknologi dan kebutuhan, pembuatan vaksin Covid-19 bisa dipercepat.
"Saat ini kita konfiden vaksin, tapi kita harus ada strategi alternatif yang belum ada," jelasnya. ( Baca juga:Dalami Kasus Proyek Fiktif, KPK Panggil 14 Pegawai Waskita Karya )
Sebagai informasi, penghentian uji klinis tadi dilakukan untuk mencegah terjadinya kasus yang sama. Meski kabar ini sudah beredar, pihak AstraZeneca tidak mengungkapkan reaksi efek samping seperti apa yang muncul pada pasien.
Perusahaan ini menguji vaksin buatannya di beberapa negara, seperti Amerika Serikat, Inggris, Amerika Latin, Eropa, dan Afrika. Mereka juga menegaskan akan terus menyelidiki dan memastikan penyakit yang disebabkan vaksin tersebut.
(uka)