Tolong ya Kaum Berduit, Jangan Panic Buying Saat PSBB Jakarta Jilid II
loading...
A
A
A
JAKARTA - Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) meminta agar masyarakat tidak perlu melakukan aksi borong alias panic buying dalam membeli bahan pokok, menyusul keputusan Pemprov DKI Jakarta yang mengaktifkan kembali pembatasan sosial berskala besar (PSBB) .
"Kita inginkan jangan ada panic buying," ujar Ketua Aprindo Roy Nicholas Mandey saat dihubungi SINDOnews di Jakarta, Jumat (11/9/2020).
Menurut dia, panic buying terjadi dikarenakan kelompok menengah atas. Hal ini tidak sepatutnya dilakukan apalagi panic buying ini bisa memicu kecemburuan sosial pada kalangan menengah bawah yang tidak mampu untuk membeli kebutuhan bahan pokok.
"Kita mencegah panic buying yang dilakukan orang-orang berduit, yang sosial ekonomi atas, yang mereka itu paranoid seperti yang lalu dan berbelanja dalam jumlah yang besar. Kita enggak inginkan dan kalau ada panic buying bisa memicu kecemburuan sosial," katanya. (Baca juga: Anis Minta Insentif Rp600 Ribu untuk Karyawan Swasta Tak Timbulkan Kecemburuan )
Roy menegaskan bahwa jika ada panic buying, maka peritel modern akan membatasi pembelian bahan pokok. "Kalau panic buying terjadi, maka solusi yang kita ambil adalah adanya pembatasan pembelian. Kalau pembatasan dilakukan itu sudah dari pemerintah dan satgas karena ini menyangkut pemerataan ketersedian barang agar tidak terjadi kelangkaan," tuturnya.
Dia menambahkan, peritel sudah siap menjaga ketersediaan barang terutama untuk bahan pokok. Namun, jika banyak yang melakukan panic buying maka ketersediaan barang bisa menipis.
Apalagi, untuk mengembalikan ketersediaan produk butuh waktu yang tidak cepat dan tergantung jalur logistik serta distribusi. "Karena barang itu enggak semua di toko tapi di pusat logistik dan itu ada di pusat distribusi dan butuh waktu serta proses," jelasnya.
Dia pun berharap PSBB ini tidak memicu panic buying sehingga aturan pembatasan pembelian juga tidak perlu dilakukan. Selain itu, masyarakat seluruh lapisan ekonomi baik bawah dan atas juga bisa mendapatkan kebutuhan pokok dengan mudah.
Lebih lanjut, Roy berharap agar mal atau pusat perbelanjaan maupun peritel modern yang ada di dalamnya tidak ikut terkena penutupan saat PSBB kembali diberlakukan di DKI Jakarta pada Senin (14/9) mendatang. (Baca juga: Mal di Jakarta Tutup Selama PSBB Total, Pengusaha: Kita Sudah Babak Belur )
Dia pun menegaskan bahwa mal dan peritel modern khususnya yang ada di dalam pusat perbelanjaan sudah menerapkan protokol kesehatan semenjak dibuka kembali.
"Kita ingin agar PSBB besok (jilid II) kondisinya tidak sama dengan PSBB yang lalu karena PSBB yang sekarang ini pemerintah sudah bisa memetakan mana sektor yang bisa ditutup dan boleh dibuka," tandasnya.
"Kita inginkan jangan ada panic buying," ujar Ketua Aprindo Roy Nicholas Mandey saat dihubungi SINDOnews di Jakarta, Jumat (11/9/2020).
Menurut dia, panic buying terjadi dikarenakan kelompok menengah atas. Hal ini tidak sepatutnya dilakukan apalagi panic buying ini bisa memicu kecemburuan sosial pada kalangan menengah bawah yang tidak mampu untuk membeli kebutuhan bahan pokok.
"Kita mencegah panic buying yang dilakukan orang-orang berduit, yang sosial ekonomi atas, yang mereka itu paranoid seperti yang lalu dan berbelanja dalam jumlah yang besar. Kita enggak inginkan dan kalau ada panic buying bisa memicu kecemburuan sosial," katanya. (Baca juga: Anis Minta Insentif Rp600 Ribu untuk Karyawan Swasta Tak Timbulkan Kecemburuan )
Roy menegaskan bahwa jika ada panic buying, maka peritel modern akan membatasi pembelian bahan pokok. "Kalau panic buying terjadi, maka solusi yang kita ambil adalah adanya pembatasan pembelian. Kalau pembatasan dilakukan itu sudah dari pemerintah dan satgas karena ini menyangkut pemerataan ketersedian barang agar tidak terjadi kelangkaan," tuturnya.
Dia menambahkan, peritel sudah siap menjaga ketersediaan barang terutama untuk bahan pokok. Namun, jika banyak yang melakukan panic buying maka ketersediaan barang bisa menipis.
Apalagi, untuk mengembalikan ketersediaan produk butuh waktu yang tidak cepat dan tergantung jalur logistik serta distribusi. "Karena barang itu enggak semua di toko tapi di pusat logistik dan itu ada di pusat distribusi dan butuh waktu serta proses," jelasnya.
Dia pun berharap PSBB ini tidak memicu panic buying sehingga aturan pembatasan pembelian juga tidak perlu dilakukan. Selain itu, masyarakat seluruh lapisan ekonomi baik bawah dan atas juga bisa mendapatkan kebutuhan pokok dengan mudah.
Lebih lanjut, Roy berharap agar mal atau pusat perbelanjaan maupun peritel modern yang ada di dalamnya tidak ikut terkena penutupan saat PSBB kembali diberlakukan di DKI Jakarta pada Senin (14/9) mendatang. (Baca juga: Mal di Jakarta Tutup Selama PSBB Total, Pengusaha: Kita Sudah Babak Belur )
Dia pun menegaskan bahwa mal dan peritel modern khususnya yang ada di dalam pusat perbelanjaan sudah menerapkan protokol kesehatan semenjak dibuka kembali.
"Kita ingin agar PSBB besok (jilid II) kondisinya tidak sama dengan PSBB yang lalu karena PSBB yang sekarang ini pemerintah sudah bisa memetakan mana sektor yang bisa ditutup dan boleh dibuka," tandasnya.
(ind)