Mau Tak Mau Pemerintah Harus Berhutang, Menerbitkan Global Bond Disebut Wajar
loading...
A
A
A
JAKARTA - Ekonom sekaligus Direktur Riset Core Indonesia, Piter Abdullah menilai kebijakan pemerintah menerbitkan surat utang global atau global bond untuk kepentingan pemulihan ekonomi nasional adalah langkah tepat. Sebab di tengah pandemi global Covid-19 banyak negara dinilai menerapkan kebijakan serupa.
"Tapi mau tidak mau Pemerintah memang harus berhutang. Semua negara untuk mengatasi Covid-19 dengan menerbitkan surat utang global baru," ujar Piter dalam Webinar, Jakarta, Sabtu (12/9/2020).
(Baca Juga: Sri Mulyani: Semua Punya Utang, Negara Islam Juga )
Menurutnya, utang secara proporsional dinilai penting untuk membiayai berbagai program perlindungan bagi masyarakat serta pelaku usaha yang terdampak Covid-19. "Seperti membantu sektor kesehatan itu perlu uang. Kemudian juga bantuan sosial bagi pelaku UMKM," kata dia.
Meski demikian, pemerintah diminta tegas dalam mempertanggung jawabkan utang dengan meningkatkan realisasi berbagai program penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). "Seperti meningkatkan serapan berbagai sektor untuk pemulihan ekonomi nasional. Khususnya kesehatan, insentif usaha dan lainnya," ujar dia.
(Baca Juga: Covid-19 Bikin Belanja Pemerintah Membengkak, Tapi Pajak Loyo )
Sebelumnya, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menyebut, penerbitan surat utang global atau global bond menjadi suatu hal wajar dilakukan di sejumlah negara-negara dunia. Penerbitan surat utang itu pun didasari untuk keperluan negara dalam melakukan pemulihan ekonomi.
Dia mengatakan, penerbitan surat utang Indonesia sendiri dilakukan untuk menambah jumlah pembiayaan penanganan Covid-19. Sebab, beban Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) tidak cukup jika terus-terusan dikuras. Oleh karenanya, butuh pembiayaan alternatif lain untuk menopang APBN.
(Baca Juga: Mantap! The Power of Emak-Emak Ikut Borong Pembelian Surat Utang Negara )
Pemerintah menyadari jumlah penerimaan negara dari pajak dan bukan pajak di tahun ini akan turun akibat pandemi virus Corona. Sementara, di satu sisi pemerintah harus memenuhi kebutuhan masyarakat dan menghidupkan seluruh lini bisnis baik, UMKM, dunia usaha yang telah tertekan akibat Covid-19.
"Kita pinjam dulu, pinjamnya bisa ke Bank Indonesia atau bisa ke dunia, ke masyarakat supaya kita bisa membiayai tadi. Emangnya negara lain juga berutang? Ya iyalah," kata Menteri Sri Mulyani.
Dia mencontohkan negara Arab Saudi pun bahkan kali pertamanya melakukan penarikan utang dengan angka cukup tinggi. Hal itu terjadi mengingat kondisi harga minyak mentah dunia jatuh, sehingga perlu pembiayaan lain untuk menopang keuangan negaranya.
"Tapi mau tidak mau Pemerintah memang harus berhutang. Semua negara untuk mengatasi Covid-19 dengan menerbitkan surat utang global baru," ujar Piter dalam Webinar, Jakarta, Sabtu (12/9/2020).
(Baca Juga: Sri Mulyani: Semua Punya Utang, Negara Islam Juga )
Menurutnya, utang secara proporsional dinilai penting untuk membiayai berbagai program perlindungan bagi masyarakat serta pelaku usaha yang terdampak Covid-19. "Seperti membantu sektor kesehatan itu perlu uang. Kemudian juga bantuan sosial bagi pelaku UMKM," kata dia.
Meski demikian, pemerintah diminta tegas dalam mempertanggung jawabkan utang dengan meningkatkan realisasi berbagai program penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). "Seperti meningkatkan serapan berbagai sektor untuk pemulihan ekonomi nasional. Khususnya kesehatan, insentif usaha dan lainnya," ujar dia.
(Baca Juga: Covid-19 Bikin Belanja Pemerintah Membengkak, Tapi Pajak Loyo )
Sebelumnya, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menyebut, penerbitan surat utang global atau global bond menjadi suatu hal wajar dilakukan di sejumlah negara-negara dunia. Penerbitan surat utang itu pun didasari untuk keperluan negara dalam melakukan pemulihan ekonomi.
Dia mengatakan, penerbitan surat utang Indonesia sendiri dilakukan untuk menambah jumlah pembiayaan penanganan Covid-19. Sebab, beban Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) tidak cukup jika terus-terusan dikuras. Oleh karenanya, butuh pembiayaan alternatif lain untuk menopang APBN.
(Baca Juga: Mantap! The Power of Emak-Emak Ikut Borong Pembelian Surat Utang Negara )
Pemerintah menyadari jumlah penerimaan negara dari pajak dan bukan pajak di tahun ini akan turun akibat pandemi virus Corona. Sementara, di satu sisi pemerintah harus memenuhi kebutuhan masyarakat dan menghidupkan seluruh lini bisnis baik, UMKM, dunia usaha yang telah tertekan akibat Covid-19.
"Kita pinjam dulu, pinjamnya bisa ke Bank Indonesia atau bisa ke dunia, ke masyarakat supaya kita bisa membiayai tadi. Emangnya negara lain juga berutang? Ya iyalah," kata Menteri Sri Mulyani.
Dia mencontohkan negara Arab Saudi pun bahkan kali pertamanya melakukan penarikan utang dengan angka cukup tinggi. Hal itu terjadi mengingat kondisi harga minyak mentah dunia jatuh, sehingga perlu pembiayaan lain untuk menopang keuangan negaranya.
(akr)