RI Pasti Resesi, Ayo Pak Jokowi Genjot Lagi Konsumsi!
loading...
A
A
A
JAKARTA - Indonesia hampir dipastikan akan mengalami resesi ekonomi pada kuartal III/2020. Hal ini dilihat dari berbagai faktor perekonomian nasional yang terpuruk akibat pandemi Covid-19.
VP Economist Bank Permata, Josua Pardede mengatakan, dengan adanya ancaman resesi yang semakin mendekati kenyataan diperlukan langkah-langkah cepat dari pemerintah khususnya dalam rangka mendongkrak kembali konsumsi masyarakat.
"Ini yang saya pikir menjadi komponen terbesar sehingga aktivitas dari sisi produksi akan terungkit kalau sisi permintaan terdorong dengan stimulus-stimulus yang diberikan pemerintah," ujar Josua dalam acara Market Review IDX Channel, Jumat (25/9/2020). (Baca juga: Wahai Pebisnis Hotel, Laksanakanlah Pernyataan Menko Airlangga Ini! )
Selain data pertumbuhan ekonomi, ada beberapa indikator lain yang mempengaruhi resesi atau tidaknya suatu negara, seperti tingkat pekerjaan, pendapatan domestik bruto, penjualan eceran grosir, dan produksi industri.
Josua menuturkan, jika dilihat dari perkembangan arus Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) atau perusahaan yang merumahkan karyawannya sejak April lalu, ada potensi bahwa tingkat pengangguran cenderung akan meningkat. "Kita perkirakan tingkat rasio (PHK) sekitar 9 persenan," kata dia. (Baca juga: Gelombang PHK Pekerja Mal Kian Nyata Seiring Perpanjangan PSBB Jakarta )
Adapun terkait Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur dan retail sale, dia menyebut, dilihat dari data penjualan eceran masih terkontraksi sampai dengan Juli lalu. Dengan demikian, secara komprehensif sudah cukup terkonfirmasi Indonesia masuk jurang resesi. "Ditambah beberapa data lain selain data pertumbuhan ekonomi di kuartal III yang masih tumbuh negatif," ucapnya.
VP Economist Bank Permata, Josua Pardede mengatakan, dengan adanya ancaman resesi yang semakin mendekati kenyataan diperlukan langkah-langkah cepat dari pemerintah khususnya dalam rangka mendongkrak kembali konsumsi masyarakat.
"Ini yang saya pikir menjadi komponen terbesar sehingga aktivitas dari sisi produksi akan terungkit kalau sisi permintaan terdorong dengan stimulus-stimulus yang diberikan pemerintah," ujar Josua dalam acara Market Review IDX Channel, Jumat (25/9/2020). (Baca juga: Wahai Pebisnis Hotel, Laksanakanlah Pernyataan Menko Airlangga Ini! )
Selain data pertumbuhan ekonomi, ada beberapa indikator lain yang mempengaruhi resesi atau tidaknya suatu negara, seperti tingkat pekerjaan, pendapatan domestik bruto, penjualan eceran grosir, dan produksi industri.
Josua menuturkan, jika dilihat dari perkembangan arus Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) atau perusahaan yang merumahkan karyawannya sejak April lalu, ada potensi bahwa tingkat pengangguran cenderung akan meningkat. "Kita perkirakan tingkat rasio (PHK) sekitar 9 persenan," kata dia. (Baca juga: Gelombang PHK Pekerja Mal Kian Nyata Seiring Perpanjangan PSBB Jakarta )
Adapun terkait Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur dan retail sale, dia menyebut, dilihat dari data penjualan eceran masih terkontraksi sampai dengan Juli lalu. Dengan demikian, secara komprehensif sudah cukup terkonfirmasi Indonesia masuk jurang resesi. "Ditambah beberapa data lain selain data pertumbuhan ekonomi di kuartal III yang masih tumbuh negatif," ucapnya.
(ind)