Euforia Tanaman Hias

Sabtu, 03 Oktober 2020 - 05:59 WIB
loading...
A A A
Ibu satu anak itu membeli tanaman itu pada pertengahan Juni lalu. Saat itu, temannya menawarkan Janda Bolong dengan harga yang masih murah. Bahkan, belum terkenal seperti saat ini. Janda bolong yang dimiliki Eva merupakan jenis dasarnya yang berwarna hijau. Di pasarannya, harganya berkisar Rp650.000-1.000.000. “Alhamdulillah Janda Bolong itu pas beli cuma dua tangkai, sekarang sudah sembilan tangkai,” ucapnya.

Tanaman Janda Bolong ini pun mempunyai keunggulan, mudah dalam pemeliharaan. Hadi Susilo menuturkan tanaman monster ini mudah untuk dikembangbiakkan.”Kalau harganya normal (tidak masalah). Ketika harganya jutaan kok bisa. Saya lihat variegata (beda), daunnya warna warni. Itu disilangkan,” ucapnya.

Dia menerangkan setiap booming tanaman hias biasa ada orang yang punya keahlian untuk membentuk tanaman itu terlihat berbeda. Sebelumnya, pernah tren palem raja untuk di perumahan. Setelah itu muncul palem ekor tupai dan botol. Pria asal Cirebon itu mengungkapkan palem raja itu booming karena seorang arsitektur lanskap taman.

Palem raja itu dijejer di area pemukiman biar kelihatan seperti di California, Amerika Serikat. “Yang pinter yang membuat trendsetter. Orang yang mempunyai pemikiran orang Indonesia latah dan mudah dibujuk. Dia bikin banyak, siap dilempar di pasar. Di buat tren, harganya melonjak, barang dia habis, dia keluarin tren lain. Petani lain ikutan, dia punya stok banyak harganya sudah turun,” jelasnya. (Baca juga: Peneliti Temukan Danau Air Asin di Planet Mars)

Pria lulusan Okayama University, Jepang, itu memprediksi tren tanaman janda bolong paling lama satu tahun. Ia menyamakan dengan tren batu akik yang booming beberapa tahun lalu, sekarang sudah tidak lagi. Dia menuturkan masyarakat harus logis dalam menjalankan hobi tanaman. Kalau harganya masih ratusan ribu itu tidak masalah. Namun, jika harganya sudah jutaan, itu sudah tidak logis. “Enggak sampai dua tahun. kan orang bosen juga,” pungkasnya.

Direktur Buah dan Florikultura Direktoran Jendral Hortikultura Kementrian Pertanian (Kementan) Liferdi Lukman menanggapi positif fenomena tanaman hias yang kini tengah booming karena tentu berimbas secara positif terhadap pemasukan petani dan pelaku usaha tanaman hias. "Tren menanam dan memiliki tanaman hias khususnya pada masa pandemi ini menjadi asupan jiwa di tengah keterbatasan masyarakat,”ungkapnya di Jakarta, kemarin.

Dia memaparkan, sebagian masyarakat meyakini, memiliki dan merawat tanaman bisa membuat hati tenang, rileks dan bahagia. Hal ini menjadi peluang para petani dan tanaman hias untuk berproduksi dan mempromosikan tanaman hiasnya.

Jenis philodendron dan monstera terutama untuk jenis-jenis variegate dengan warna gelap, pink dan velvet harganya bisa sangat mahal hingga menyentuh angka Rp100 juta. Hal ini terjadi karena tanaman-tanaman tersebut menjadi sulit ditemui dipasaran karena keterbatasan stok tanaman. (Baca juga: Din Syamsuddin Minta Moeldoko Tak Mudah Lempar Tuduhan)

Menurut Ronald Bunga Mayang, Kepala Seksi Pelayanan Teknis dan Plt Kepala Seksi Jasa Penelitian Balai Penelitian Tanaman Hias (Balithi) mengatakan, tidak dapat dipungkiri heboh tanaman hias hingga harganya yang terus tinggi disebabkan juga munculnya influencer yang memiliki kepentingan tertentu.

"Berbeda dari tren tahun 2000-an yang menaikan Anthurium atau dikenal gelombang cinta. Dulu hanya memenuhi pasar lokal, belum terbuka seperti saat ini. Kalau sekarang lebih terbuka dengan media sosial beserta para influencer di dalamnya," ujarnya.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1870 seconds (0.1#10.140)