Euforia Tanaman Hias
loading...
A
A
A
"Tahun lalu pernah beli syngonium variegata harga Rp 60 ribu. Saya perbanyak hingga 20 pot, sudah setahun ini tumbuh. Tidak menyangka kalau akan menjadi hits tanaman hias. Sekarang saya jual per pot Rp 250 ribu," ungkapnya.
Sosiolog Sigit Rohadi menilai, euforia tanaman hias memang sesuai ciri masyarakat Indonesia yang reaktif dan emosional. Ciri-ciri itu menandakan seseorang akan mudah tertarik dengan sesuatu yang baru dan bahkan dirinya sendiri belum tahu manfaatnya atau bahkan barangnya. (Lihat videonya: Janda Bolong jadi Primadona Saat Pandemi Harganya Mencapai Ratusan Juta)
Sigit mengenang tren tanaman hias pernah terjadi 30 tahun silam. Dulu tahun 1980- an masyarakat gandrung dengan tanaman bonsai. Tanaman ini pun langsung populer.Kemudian tahun 1990-an booming tanaman kaktus kemudian meledek jenis tanman hias lain pada 2000 an yakni anthurium.
Semua polanya sama ketika suplai melimpah di pasaran harga menurun drastis. Tren datang juga biasanya memang disertai momen tertentu. "Disaat masyarakat sedang bosan atau kelelahan berpikir. Karena Masyarakat sedang dihadapkan pada rutinitas yang berbeda dari keseharian. Tren barang tersebut meledak dengan sendirinya, seperti pada pandemi saat ini," jelasnya. (Ananda Nararya/FW Bahtiar)
Sosiolog Sigit Rohadi menilai, euforia tanaman hias memang sesuai ciri masyarakat Indonesia yang reaktif dan emosional. Ciri-ciri itu menandakan seseorang akan mudah tertarik dengan sesuatu yang baru dan bahkan dirinya sendiri belum tahu manfaatnya atau bahkan barangnya. (Lihat videonya: Janda Bolong jadi Primadona Saat Pandemi Harganya Mencapai Ratusan Juta)
Sigit mengenang tren tanaman hias pernah terjadi 30 tahun silam. Dulu tahun 1980- an masyarakat gandrung dengan tanaman bonsai. Tanaman ini pun langsung populer.Kemudian tahun 1990-an booming tanaman kaktus kemudian meledek jenis tanman hias lain pada 2000 an yakni anthurium.
Semua polanya sama ketika suplai melimpah di pasaran harga menurun drastis. Tren datang juga biasanya memang disertai momen tertentu. "Disaat masyarakat sedang bosan atau kelelahan berpikir. Karena Masyarakat sedang dihadapkan pada rutinitas yang berbeda dari keseharian. Tren barang tersebut meledak dengan sendirinya, seperti pada pandemi saat ini," jelasnya. (Ananda Nararya/FW Bahtiar)
(ysw)