Berat, Pertumbuhan Ekonomi Kuartal IV Diproyeksi Masih Negatif

Kamis, 05 November 2020 - 14:52 WIB
loading...
Berat, Pertumbuhan Ekonomi Kuartal IV Diproyeksi Masih Negatif
Pertumbuhan ekonomi di kuartal terakhir tahun 2020 diprediksi belum akan bergerak ke zona positif. Foto/Ilustrasi
A A A
JAKARTA - Ekonom Indef Bhima Yudistira mengatakan pertumbuhan ekonomi yang negatif masih akan berlanjut di kuartal IV/2020. Dia memperkirakan pertumbuhan ekonomi di kuartal terakhir tahun ini bakal -3,5%.

Sebagai informasi, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pertumbuhan ekonomi di kuartal ketiga -3,49%. Sementara di kuartal sebelumnya ekonomi pun minus sebesar 5,32%.

"Pertumbuhan kuartal IV/2020 diperkirakan masih negatif -1,5% sd -3,5% yoy. Sementara pertumbuhan full 2020 di kisaran -2% sd -3,5%," kata Bhima di Jakarta, Kamis (5/11/2020).

(Baca Juga: Sri Mulyani: Meski Resesi, Ekonomi Sudah Mengarah ke Jalur Positif)

Saat ini, kata dia, laju pertumbuhan industri manufaktur belum ada perbaikan yang signifikan, yakni bertahan di level negatif menjadi -4,3%. Ini mengindikasikan sektor manufaktur masih mengalami tekanan yang cukup dalam seiring belum pulihnya permintaan di dalam dan pasar ekspor.

Lalu, sektor informasi dan komunikasi jadi lead sector yang pertumbuhannya tinggi yakni 10,5% didorong oleh perubahan prilaku konsumen selama masa pandemi. Pemakaian data yang meningkat seiring kantor yang melakukan WFH dan sekolah dengan belajar online (PJJ) ikut mendorong permintaan jasa infokom.

Serta, sektor kesehatan meningkat hingga 15,3%. Namun, ini justru menunjukkan kondisi pandemi masih gawat sehingga belanja kesehatan masyarakat naik tajam. Bhima mengatakan, ini bukan sinyal positif bagi ekonomi.

(Baca Juga: Ngeri, Situasi Ekonomi Disebut Mengarah pada Gelombang Kebangkrutan Massal)

"Sektor transportasi dan pergudangan sedikit membaik tapi masih -16,7%. Artinya, mobilitas masyarakat untuk bepergian masih cukup rendah. Sementara itu pada kuartal ke IV nanti ada peak season yakni Libur Natal dan Tahun Baru. Jika sektor transportasi masih rendah artinya libur panjang belum mampu meningkatkan belanja di sektor retail dan pariwisata," tandasnya.

Sementara itu, sektor pariwisata belum pulih. Hal ini ditunjukkan dari pertumbuhan penyediaan akomodasi dan makanan-minuman masih mengalami kontraksi -11,85%. Sektor pariwisata diprediksi menjadi sektor paling akhir yang mengalami recovery. "Apakah 2021 atau 2022 masih belum dapat dipastikan," tandasnya.

(fai)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1693 seconds (0.1#10.140)