Optimistis Bangkit dari Resesi

Jum'at, 06 November 2020 - 06:05 WIB
loading...
A A A
Situasi resesi seperti saat ini yang paling utama adalah melakukan upaya-upaya perbaikan yang konkret dan fundamental. Hal itu untuk mengantisipasi risiko akibat resesi ekonomi sehingga tidak merembet pada sektor-sektor lain di luar ekonomi.

Pemerintah harus melakukan upaya yang serius untuk memperbaiki sektor-sektor ekonomi yang indikatornya negatif. Dengan demikian, resesi tidak berlangsung lama. Pemerintah sebenarnya telah berusaha mengerem laju pertumbuhan minus ini dengan menggelontorkan sejumlah bantuan sosial, insentif kepada dunia usaha, dan pekerja. (Baca juga: Serangan Meningkat, Prancis Tingkatkan Pengamanan di Perbatasan)

Politikus Partai Golkar itu menjelaskan harus ada perbaikan demand side, utamanya konsumsi rumah tangga. Sektor ini menopang perekonomian nasional sebesar 56%. Sektor ini didominasi kelas menengah, tetapi konsumsi mereka mengalami penurunan drastis. Dia menilai kebijakan stimulus belum menyentuh sisi konsumsi kelas menengah.

Dia mengungkapkan bantuan Rp600.000 per bulan kepada pekerja dan masyarakat tidak mampu sudah bagus. Namun, perlu ditingkatkan lagi nilainya dan cakupannya diperluas. Bantuan itu hanya untuk tahun 2020, maka tahun depan tetap harus diadakan. Alasannya, dampak pandemi Covid-19 masih terjadi pada tahun depan. Pemerintah diminta memperhatikan pekerja yang berpenghasilan Rp5 juta per bulan ke atas.

“Ada kelompok kelas menengah yang rentan turun kelas penghasilannya karena korporasi tempat mereka bekerja mengalami masalah. Kelompok ini juga perlu stimulus untuk mempertahankan daya beli mereka karena gerusan penurunan penghasilan,” tuturnya.

Anggota Komisi XI dari PDIP Said Abdullah menyoroti alasan dana PEN tahun depan bakal lebih kecil dari tahun ini. Konstruksi pemikirannya adalah mengandaikan pertumbuhan tahun ini mulai menunjukkan tren positif. Maka itu, ongkos pemulihan ekonomi tidak mahal pada 2021. (Baca juga: Bos Susuzuki Beri Kode Tak Mainkan Tim Order)

Dia mengatakan, tren positif itu telah tampak dari kontraksi ekonomi yang semakin rendah. Pada kuartal kedua minus 5,32% dan sekarang minus 3,49%. Said memprediksi pada kuartal keempat pertumbuhan ekonomi berada pada kisaran minus 1 hingga positif 0,2%. Keyakinan itu didasarkan pada makin bergeliatnya kembali sektor riil belakangan ini.

Menurut pengamat ekonomi Eko Listiyanto, strategi selamatkan rakyat terlebih dahulu adalah cara terbaik untuk bisa membuat ekonomi menjadi optimistis. “Kedisiplinan masyarakat untuk memastikan penerapan protokol kesehatan memang merupakan salah satu kunci membuat pemulihan ekonomi nasional bisa optimal,” kata Eko.

Namun, di sisi lain kecepatan dan kedisiplinan implementasi stimulus pemerintah sangat diperlukan. Dari berbagai macam krisis yang pernah terjadi di Indonesia, sektor UMKM merupakan sektor adaptif dan menjadi pintu penyelamat dari berlanjutnya resesi. “Saya punya keyakinan kalau kita bisa menyelamatkan UMKM. Jika UMKM-nya di dorong full untuk go digital, pasti akan terakselerasi ekonomi kita karena saat ini baru 13% UMKM yang go digital,” bebernya. (Lihat videonya: Status Gunung Merapi Naik ke Level Siaga)

Sedang Financial Planner Safir Senduk menilai saat resesi seperti sekarang masyarakat sebaiknya berhenti belanja yang tidak mendesak dan penting. Seharusnya masyarakat bisa memprioritaskan belanja pada ihwal yang memang mendesak.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1825 seconds (0.1#10.140)