Vaksin Corona Kian Mendekat, Industri Properti Bakal Menggeliat
loading...
A
A
A
Diakui, target penyaluran kredit properti yang mencapai Rp11,5 triliun sampai dengan akhir tahun ini sulit tercapai. Namun keberhasilan pertumbuhan yang mencapai 7,9 % yoy, merupakan pencapai yang sangat baik di tahun Covid-19.
Pengamat dari Epic Property, M. Gali Ade Novrans mengatakan, dampak pandemi Covid-19 membuat industri properti sedikit kontraksi di awal. Namun naik terus hingga Oktober. Selain itu, lanjutnya, Covid-19 telah secara tidak langsung mempercepat transporasi industri properti dari konvensional ke dunia digital.
“Pada project yang dikelola epik angka pertumbuhannya mencapai 28 hingga 30%. Transaksi properti baik primer maupun sekunder trendnya terus meningkat, ” ujarnya.
Ditambahkan, masa Covid-19 bisa menjadi pelajaran tersendiri bagi industri properti bagaimana bertahan, beradaptasi dan harus bisa berinovasi. Menurutnya tahun 2021 semua industri akan bangkit sering ditemukannya vaksin corona.
“Saya selaku pelaku properti selalu berfikir positif. Dengan ditemukannya vaksin lima tahun ke depan Covid-19 bisa dianggap seperti penyakit flu biasa saja,” ujarnya.
Sementara itu pada sesi pertama webniar urban forum, Kamis (12/11/2020), Direktur Consumer dan Commercial Lending Bank Tabungan Negara (BTN) Hirwandi Gafar mengungkapkan BTN memproyeksikan penyaluran KPR bakal lebih tinggi.
Optimisme ini didorong sejumlah faktor, di antaranya anggaran FLPP meningkat menjadi Rp16,63 triliun untuk 157.500 rumah pada 2021. Selain itu, proyeksi pertumbuhan ekonomi 2021 diperkirakan di kisaran 4,5% hingga 5,5%.
Adanya kebiasaan gaya hidup baru yang membuat lebih banyak orang bekerja dan berinteraksi dari rumah juga ikut menjadi faktor pendorong. Di samping itu, perkiraan vaksin mulai bisa digunakan di Indonesia pada awal tahun depan sehingga ekonomi dan bisnis akan bergerak ke arah yang lebih positif.
“Kami berkeyakinan serapan tinggi di 2021 karena rumah merupakan kebutuhan paling pokok saat ini, di mana orang lebih banyak berada di rumah,” tandasnya.
Semengara itu Tuti Mugiastuti, Direktur Utama TMA Group mengungkapkan memang tiga bulan pertama pandemi mengalami penurunan mencapai 60%, tetapi di bulan Agustus-Oktober permintaan KPR meningkat kembali pada kalangan menengah ke bawah karena strategi pemasaran yang mengadakan promo besar-besaran. ( Baca juga:Gara-Gara Salah Ketik, Heboh Soal Kepemilikan Saham DKI di Perusahaan Bir )
“Prospeknya apa pun kondisinya rumah subsidi akan tetap diminati karena adanya bantuan dari pemertintah. Perumahan subsidi adalah jawaban yang tepat untuk masyarakat Indonesia karena memang pendapatan rata-rata 4 juta per bulan,” ungkapnya.
Pengamat dari Epic Property, M. Gali Ade Novrans mengatakan, dampak pandemi Covid-19 membuat industri properti sedikit kontraksi di awal. Namun naik terus hingga Oktober. Selain itu, lanjutnya, Covid-19 telah secara tidak langsung mempercepat transporasi industri properti dari konvensional ke dunia digital.
“Pada project yang dikelola epik angka pertumbuhannya mencapai 28 hingga 30%. Transaksi properti baik primer maupun sekunder trendnya terus meningkat, ” ujarnya.
Ditambahkan, masa Covid-19 bisa menjadi pelajaran tersendiri bagi industri properti bagaimana bertahan, beradaptasi dan harus bisa berinovasi. Menurutnya tahun 2021 semua industri akan bangkit sering ditemukannya vaksin corona.
“Saya selaku pelaku properti selalu berfikir positif. Dengan ditemukannya vaksin lima tahun ke depan Covid-19 bisa dianggap seperti penyakit flu biasa saja,” ujarnya.
Sementara itu pada sesi pertama webniar urban forum, Kamis (12/11/2020), Direktur Consumer dan Commercial Lending Bank Tabungan Negara (BTN) Hirwandi Gafar mengungkapkan BTN memproyeksikan penyaluran KPR bakal lebih tinggi.
Optimisme ini didorong sejumlah faktor, di antaranya anggaran FLPP meningkat menjadi Rp16,63 triliun untuk 157.500 rumah pada 2021. Selain itu, proyeksi pertumbuhan ekonomi 2021 diperkirakan di kisaran 4,5% hingga 5,5%.
Adanya kebiasaan gaya hidup baru yang membuat lebih banyak orang bekerja dan berinteraksi dari rumah juga ikut menjadi faktor pendorong. Di samping itu, perkiraan vaksin mulai bisa digunakan di Indonesia pada awal tahun depan sehingga ekonomi dan bisnis akan bergerak ke arah yang lebih positif.
“Kami berkeyakinan serapan tinggi di 2021 karena rumah merupakan kebutuhan paling pokok saat ini, di mana orang lebih banyak berada di rumah,” tandasnya.
Semengara itu Tuti Mugiastuti, Direktur Utama TMA Group mengungkapkan memang tiga bulan pertama pandemi mengalami penurunan mencapai 60%, tetapi di bulan Agustus-Oktober permintaan KPR meningkat kembali pada kalangan menengah ke bawah karena strategi pemasaran yang mengadakan promo besar-besaran. ( Baca juga:Gara-Gara Salah Ketik, Heboh Soal Kepemilikan Saham DKI di Perusahaan Bir )
“Prospeknya apa pun kondisinya rumah subsidi akan tetap diminati karena adanya bantuan dari pemertintah. Perumahan subsidi adalah jawaban yang tepat untuk masyarakat Indonesia karena memang pendapatan rata-rata 4 juta per bulan,” ungkapnya.