Garcep, Memanfaatkan Kebiasaan Konsumen yang Berubah saat Pandemi
loading...
A
A
A
JAKARTA - Dunia memang sudah berubah saat pandemi corona datang. Prilaku masyarakat yang harus menghindari kerumunan dan menjaga jarak telah mempengaruhi kebiasaan dalam beraktifitas. Termasuk juga dalam hal belanja. Konsumen pun saat ini jadi lebih memilih belanja melalui daring, ketimbang datang langsung ke outlet atau toko. Pandemi pun telah membuat bisnis e-commerce makin melesat.
Bank Indonesia (BI) memproyeksikan transaksi e-commerce di masa pandemi meningkat sebesar Rp 429 triliun sepanjang 2020. Peningkatan ini lebih tinggi dibanding transaksi e-commerce sepanjang 2019 sebesar Rp 205,5 triliun. Adapun realisasi hingga Agustus 2020, transaksi e-commerce mencapai hampir Rp 180 triliun. "Ini menandakan adopsi digital di Indonesia meningkat pesat," kata Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo.
Pandemi Covid-19 yang melanda dunia, termasuk Indonesia sejak awal 2020, ternyata memberi dampak yang signifikan terhadap peningkatan transaksi belanja daring. Berdasarkan data dari Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran Bank Indonesia (BI), transaksi e-commerce naik sebesar 26% selama masa pandemi.
Jamalul Izza, Ketua Umum APJII, menjelaskan kenaikan jumlah penggguna itu antara lain disebabkan beberapa faktor, seperti infrastruktur internet cepat atau broadband di Indonesia semakin merata dengan adanya Palapa Ring.
Transformasi digital semakin masif akibat pembelajaran online dan kebijakan bekerja dari rumah (work form home) akibat pandemi Covid-10 sejak Maret lalu. "Survei ini menggambarkan ada kenaikan jumlah pengguna internet Indonesia sebesar 8,9% atau setara 25,5 juta pengguna di medio tahun ini," ujar Jamal.
Hasil survei APJII juga menyoroti perilaku pengguna internet terutama efek pandemi Covid-19. Mayoritas pengguna mengakses internet lebih dari 8 jam dalam satu hari. Kemudian ada pergeseran perilaku pengguna selama pandemi, antara lain dari konten media online yang diakses pengguna.
Sejatinya, ada lima alasan utama mereka mengakses internet, yakni media sosial, komunikasi pesan, game online, dan belanja online. Produk fashion dan kecantikan, produk rumah tangga, dan produk elektronika adalah tiga produk yang banyak dibeli pengguna saat belanja online. APJII juga menyatakan sebanyak 68,7% pengguna internet merasa aman bertransaksi melalui online.
Menjawab Kebutuhan
Tentu saja apa yang disampaikan oleh Bank Indonesia maupun APJII ini, membuka mata investor pelaku bisnis, potensi belanja online di negeri ini cukup besar. Itu sebabnya pula investor kakap seperti Google dan Temasek, garcep saat dunia masih menghadapi pandemi, rela mengucurkan investasi sekitar Rp 5 triliun kepada salah satu platform e-commerce terbesar di Indonesia saat ini, Tokopedia.
Pelaku bisnis di dalam negeri juga tak ingin melewatkan peluang yang cukup besar di bisnis ecommerce. Seperti yang dilakukan PT Duta Abadi Primantara (DAP), retail matras modern American Giant Mattress. Menjawab kebutuhan masyarakat akan berbelanja tanpa harus khawatir di masa pandemi saat ini, DAP pun meluncurkan smart web commerce, Agmstore.com, Kamis pekan lalu, (12/11/ 2020).
Bank Indonesia (BI) memproyeksikan transaksi e-commerce di masa pandemi meningkat sebesar Rp 429 triliun sepanjang 2020. Peningkatan ini lebih tinggi dibanding transaksi e-commerce sepanjang 2019 sebesar Rp 205,5 triliun. Adapun realisasi hingga Agustus 2020, transaksi e-commerce mencapai hampir Rp 180 triliun. "Ini menandakan adopsi digital di Indonesia meningkat pesat," kata Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo.
Pandemi Covid-19 yang melanda dunia, termasuk Indonesia sejak awal 2020, ternyata memberi dampak yang signifikan terhadap peningkatan transaksi belanja daring. Berdasarkan data dari Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran Bank Indonesia (BI), transaksi e-commerce naik sebesar 26% selama masa pandemi.
Baca Juga
Jamalul Izza, Ketua Umum APJII, menjelaskan kenaikan jumlah penggguna itu antara lain disebabkan beberapa faktor, seperti infrastruktur internet cepat atau broadband di Indonesia semakin merata dengan adanya Palapa Ring.
Transformasi digital semakin masif akibat pembelajaran online dan kebijakan bekerja dari rumah (work form home) akibat pandemi Covid-10 sejak Maret lalu. "Survei ini menggambarkan ada kenaikan jumlah pengguna internet Indonesia sebesar 8,9% atau setara 25,5 juta pengguna di medio tahun ini," ujar Jamal.
Hasil survei APJII juga menyoroti perilaku pengguna internet terutama efek pandemi Covid-19. Mayoritas pengguna mengakses internet lebih dari 8 jam dalam satu hari. Kemudian ada pergeseran perilaku pengguna selama pandemi, antara lain dari konten media online yang diakses pengguna.
Sejatinya, ada lima alasan utama mereka mengakses internet, yakni media sosial, komunikasi pesan, game online, dan belanja online. Produk fashion dan kecantikan, produk rumah tangga, dan produk elektronika adalah tiga produk yang banyak dibeli pengguna saat belanja online. APJII juga menyatakan sebanyak 68,7% pengguna internet merasa aman bertransaksi melalui online.
Menjawab Kebutuhan
Tentu saja apa yang disampaikan oleh Bank Indonesia maupun APJII ini, membuka mata investor pelaku bisnis, potensi belanja online di negeri ini cukup besar. Itu sebabnya pula investor kakap seperti Google dan Temasek, garcep saat dunia masih menghadapi pandemi, rela mengucurkan investasi sekitar Rp 5 triliun kepada salah satu platform e-commerce terbesar di Indonesia saat ini, Tokopedia.
Pelaku bisnis di dalam negeri juga tak ingin melewatkan peluang yang cukup besar di bisnis ecommerce. Seperti yang dilakukan PT Duta Abadi Primantara (DAP), retail matras modern American Giant Mattress. Menjawab kebutuhan masyarakat akan berbelanja tanpa harus khawatir di masa pandemi saat ini, DAP pun meluncurkan smart web commerce, Agmstore.com, Kamis pekan lalu, (12/11/ 2020).