Pasar Modal Syariah Punya Potensi Besar, Kontribusi PDB 2019 Capai 24%

Senin, 30 November 2020 - 10:53 WIB
loading...
Pasar Modal Syariah...
Ilustrasi IHSG. FOTO/SINDOnews/Yorri Farli
A A A
JAKARTA - Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) , Inarno Djajadi mengatakan, dengan potensi-potensi yang ada dan salah satu negara muslim terbesar di dunia RI harus dapat mendorong pasar modal syariah .

"Kalau kita lihat total kontribusi total aset terhadap PDB, total aset pasar modal syariah 2019 itu adalah 29 persen, kapitalisasi saham syariah 2019 terhadap PDB kontribusinya sebesar 24 persen. Saya yakin kontribusi tersebut terhadap PDB kedepannya saya yakin akan jauh meningkat secara gradual," ujar Inarno dalam Webinar Syariah Series KAFEGAMA 2020, Senin (30/11/2020).



Inarno menambahkan, perkembangan pasar modal syariah di Tanah Air cukup bagus dan naik secara signifikan. Pihaknya bersama dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) terus berkoordinasi dalam melakukan seleksi saham yang termasuk dalam kategori saham syariah yang tertuang dalam daftar saham efek syariah (DES).

"Saat ini kami catatkan sebesar 451 saham syariah di BEI out off 708 efek yang listed di BEI. Kalau kita lihat dari kapitalisasi pasar saham syariah mencapai 51 persen atau Rp.3.302 triliun out off Rp6.475 triliun kapitalisasi pasar keseluruhan," katanya.



Dilihat secara statistik, Inarno menyampaikan bahwa transaksi saham syariah Indonesia per tahunnya mencapai 61 persen dari total transaksi di BEI. Jumlah investor syariah juga tumbuh konsisten, dimana sampai 2020 sudah mencapai 81.413 single investor identification (SID), dimana kenaikannya cukup bagus jika dilihat dari tahun 2016 di angka 12.283 SID atau tumbuh 563 persen dibandingkan dari 2016, rata-rata per tahun 63 persen.

"Investor saham yang aktif setiap hari melakukan transaksi ada 26 persen dan dilihat rasio investor syariah terhadap total investor 5,7 persen. Akumulasi transaksi investor syariah juga meningkat cukup signifikan dan saya yakin ke depannya akan jauh lebih tinggi lagi, mulai dari 2016 itu adalah Rp926 miliar, saat ini sudah Rp3.582 miliar secara year to date," ucapnya.

"Dan frekuensi transaksi secara akumulasi meningkat cukup besar dimulai dari 2016 yang di bawah 151 menjadi 100.280 kali transaksi per hari secara year to date," sambungnya.
(nng)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1748 seconds (0.1#10.140)