Vaksin Sinovac China Tiba di RI, Pengusaha Girang
loading...
A
A
A
JAKARTA - Para pelaku usaha merasa lega dan optimistis terhadap Penangan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional usai pemerintah berhasil mendatangkan 1,2 juta dosis vaksin Sinovac ke Tanah Air. Dengan begitu, ada keyakinan dan kepercayaan pada 2021 ekonomi Indonesia perlahan menggeliat dan tumbuh positif.
Ketua Umum DPD HIPPI DKI Jakarta sekaligus Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Kadin DKI Jakarta Sarman Simanjorang mengatakan, akhir-akhir ini psikologi pelaku usaha sudah sangat terganggu melihat jumlah terinfeksi Covid-19 yang semakin tinggi. Namun, dengan datangnya vaksin Covid-19, maka dia menilai ada keyakinan dan kepercayaan bahwa tahun depan ekonomi Indonesia akan tumbuh positif.
"Dengan tibanya vaksin covid 19 pengusaha merasa lega dan optimis akan percepatan Pemulihan Ekonomi Nasional. Akhir-akhir ini psikologi pelaku usaha sudah sangat terganggu melihat jumlah yang terkapar semakin tinggi ini," ujar Sarman, Jakarta, Senin (7/12/2020).
Karena itu, pelaku bisnis mengajak seluruh elemen masyarakat untuk mendukung dan mensukseskan vaksinasi Covid-19 yang ditargetkan dilakukan pada 2021 mendatang setelah disetujui oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (POM).
Dia menyebut, keselamatan dan kesehatan masyarakat dan masa depan ekonomi Indonesia tergantung pada suksesnya vaksinasi tersebut. Bila hal itu berjalan efektif, maka akan meningkatkan kepercayaan pasar dan investor untuk segera masuk menanamkan modalnya di Indonesia.
Dengan begitu, para karyawan yang terkena PHK dan dirumahkan dapat bekerja kembali dan yang menganggur juga memiliki kesempatan mendapatkan pekerjaan. Untuk vaksin mandiri, Sarman menilai, manajemen perseroan dapat membantu masyarakat sekitar perusahaan melalui program tanggung jawab sosial perusahaan atau corporate social responsibility (CSR)
"Juga kepada para pengusaha yang memiliki kemampuan agar dapat mensukseskan program vaksinasi secara mandiri, bahkan melalui program CSR dapat membantu masyarakat disekitarnya untuk vaksin Covid-19," kata dia.
Senada, Pengamat ekonomi dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira mencatat, pemulihan ekonomi nasional pada 2021 akan tergantung pada dua faktor. Satu diantaranya adalah distribusi vaksin Covid-19.
Bhima menyebut, 1,2 juta dosis vaksin Sinovac asal China yang sudah tiba di Indonesia harus didistribusikan secara merata bagi masyarakat, meski jumlah dosis vaksin masih tercatat kecil jika dibandingkan dengan jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 270 juta orang. Namun dia berharap, langkah awal vaksinasi dapat menekan angka penularan infeksi virus Corona di Indonesia. Dengan begitu, keyakinan masyarakat, khususnya belanja kelas menengah atas terhadap barang dan jasa kembali pulih.
"Sementara faktor pendorong pertumbuhan ekonomi di 2021 bergantung pada distribusi vaksin yang merata dan penurunan kasus Covid-19 yang signifikan. Tanpa penurunan kasus, sulit berharap kelas menengah atas kembali berbelanja seperti situasi normal. Mana bisa disuruh belanja kalau keluar rumah riskan tertular virus sementara rumah sakit penuh," kata Bhima saat dihubungi.
Faktor kedua berasal dari belanja pemerintah dengan catatan realisasi belanja dipercepat di awal tahun, khususnya belanja sektor kesehatan, dan perlindungan sosial. Bahkan, dia menyebut, proyeksi perekonomian di 2021 diperkirakan mencapai 2,5 persen sampai 3 persen dan untuk pulih ke 5 persen. Estimasi tercepat di awal 2022.
Ketua Umum DPD HIPPI DKI Jakarta sekaligus Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Kadin DKI Jakarta Sarman Simanjorang mengatakan, akhir-akhir ini psikologi pelaku usaha sudah sangat terganggu melihat jumlah terinfeksi Covid-19 yang semakin tinggi. Namun, dengan datangnya vaksin Covid-19, maka dia menilai ada keyakinan dan kepercayaan bahwa tahun depan ekonomi Indonesia akan tumbuh positif.
"Dengan tibanya vaksin covid 19 pengusaha merasa lega dan optimis akan percepatan Pemulihan Ekonomi Nasional. Akhir-akhir ini psikologi pelaku usaha sudah sangat terganggu melihat jumlah yang terkapar semakin tinggi ini," ujar Sarman, Jakarta, Senin (7/12/2020).
Karena itu, pelaku bisnis mengajak seluruh elemen masyarakat untuk mendukung dan mensukseskan vaksinasi Covid-19 yang ditargetkan dilakukan pada 2021 mendatang setelah disetujui oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (POM).
Dia menyebut, keselamatan dan kesehatan masyarakat dan masa depan ekonomi Indonesia tergantung pada suksesnya vaksinasi tersebut. Bila hal itu berjalan efektif, maka akan meningkatkan kepercayaan pasar dan investor untuk segera masuk menanamkan modalnya di Indonesia.
Dengan begitu, para karyawan yang terkena PHK dan dirumahkan dapat bekerja kembali dan yang menganggur juga memiliki kesempatan mendapatkan pekerjaan. Untuk vaksin mandiri, Sarman menilai, manajemen perseroan dapat membantu masyarakat sekitar perusahaan melalui program tanggung jawab sosial perusahaan atau corporate social responsibility (CSR)
"Juga kepada para pengusaha yang memiliki kemampuan agar dapat mensukseskan program vaksinasi secara mandiri, bahkan melalui program CSR dapat membantu masyarakat disekitarnya untuk vaksin Covid-19," kata dia.
Senada, Pengamat ekonomi dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira mencatat, pemulihan ekonomi nasional pada 2021 akan tergantung pada dua faktor. Satu diantaranya adalah distribusi vaksin Covid-19.
Bhima menyebut, 1,2 juta dosis vaksin Sinovac asal China yang sudah tiba di Indonesia harus didistribusikan secara merata bagi masyarakat, meski jumlah dosis vaksin masih tercatat kecil jika dibandingkan dengan jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 270 juta orang. Namun dia berharap, langkah awal vaksinasi dapat menekan angka penularan infeksi virus Corona di Indonesia. Dengan begitu, keyakinan masyarakat, khususnya belanja kelas menengah atas terhadap barang dan jasa kembali pulih.
"Sementara faktor pendorong pertumbuhan ekonomi di 2021 bergantung pada distribusi vaksin yang merata dan penurunan kasus Covid-19 yang signifikan. Tanpa penurunan kasus, sulit berharap kelas menengah atas kembali berbelanja seperti situasi normal. Mana bisa disuruh belanja kalau keluar rumah riskan tertular virus sementara rumah sakit penuh," kata Bhima saat dihubungi.
Faktor kedua berasal dari belanja pemerintah dengan catatan realisasi belanja dipercepat di awal tahun, khususnya belanja sektor kesehatan, dan perlindungan sosial. Bahkan, dia menyebut, proyeksi perekonomian di 2021 diperkirakan mencapai 2,5 persen sampai 3 persen dan untuk pulih ke 5 persen. Estimasi tercepat di awal 2022.
(nng)