Gelombang Kedua Covid-19 Tidak Akan Mengganggu Pemulihan Ekonomi Global
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pasar keuangan global masih akan menghadapi ketidakpastian lebih lanjut, ketika pandemi Covid-19 belum teratasi. Head of Investment Strategy, Bank of Singapore Eli Lee mengatakan, meski pemilihan presiden AS (Amerika Serikat) telah selesai, namun perhitungan suara di beberapa negara bagian sedang mengalami tantangan di pengadilan.
(Baca Juga: Ekonomi Global Amburadul, Luhut: Penanganannya Berbeda dengan Krisis Sebelumnya )
Selain itu AS, Inggris, dan Zona Eropa juga masih mencatatkan lonjakan kasus baru. Namun, setelah hasil pemilu AS selesai, pasar keuangan akan cenderung fokus kembali kepada prospek yang menguntungkan untuk aset berisiko.
"Hal tersebut didukung oleh pemulihan global, vaksin yang akan datang, bank sentral yang sangat dovish, imbal hasil obligasi pemerintah yang rendah, dan USD yang lebih lemah," kata Eli di Jakarta.
(Baca Juga: Ekonomi Global Tahun Depan Masih Diselimuti Awan Gelap )
Lonjakan kasus Covid-19 yang kembali terjadi di seluruh AS, Inggris, dan Zona Eropa merupakan ancaman yang signifikan dalam jangka pendek. Namun lanjut dia, dampak dari pembatasan yang diperbarui pada aktivitas sosial dan ekonomi di kuartal IV 2020 tidak akan separah seperti lockdown pertama di kuartal II 2020.
"Dengan demikian, pemulihan global tidak akan terganggu dengan gelombang virus kedua menjelang akhir 2020," tandasnya.
Meskipun pemerintah Eropa telah menutup beberapa tempat sosial termasuk restoran, bar, bioskop dan acara olahraga, namun sekolah dan sebagian besar bisnis tetap buka. Sehingga, lanjut Eli, dampak ekonomi dari pembatasan yang diperbarui kemungkinan akan jauh lebih sedikit dibandingkan lockdown pertama di kuartal 2 2020.
(Baca Juga: Ekonomi Global Amburadul, Luhut: Penanganannya Berbeda dengan Krisis Sebelumnya )
Selain itu AS, Inggris, dan Zona Eropa juga masih mencatatkan lonjakan kasus baru. Namun, setelah hasil pemilu AS selesai, pasar keuangan akan cenderung fokus kembali kepada prospek yang menguntungkan untuk aset berisiko.
"Hal tersebut didukung oleh pemulihan global, vaksin yang akan datang, bank sentral yang sangat dovish, imbal hasil obligasi pemerintah yang rendah, dan USD yang lebih lemah," kata Eli di Jakarta.
(Baca Juga: Ekonomi Global Tahun Depan Masih Diselimuti Awan Gelap )
Lonjakan kasus Covid-19 yang kembali terjadi di seluruh AS, Inggris, dan Zona Eropa merupakan ancaman yang signifikan dalam jangka pendek. Namun lanjut dia, dampak dari pembatasan yang diperbarui pada aktivitas sosial dan ekonomi di kuartal IV 2020 tidak akan separah seperti lockdown pertama di kuartal II 2020.
"Dengan demikian, pemulihan global tidak akan terganggu dengan gelombang virus kedua menjelang akhir 2020," tandasnya.
Meskipun pemerintah Eropa telah menutup beberapa tempat sosial termasuk restoran, bar, bioskop dan acara olahraga, namun sekolah dan sebagian besar bisnis tetap buka. Sehingga, lanjut Eli, dampak ekonomi dari pembatasan yang diperbarui kemungkinan akan jauh lebih sedikit dibandingkan lockdown pertama di kuartal 2 2020.
(akr)