Ekspor Terus Menguat, Dompet Pekebun Sawit Makin Tebal
loading...
A
A
A
JAKARTA - Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) mencatat ekspor produk minyak sawit bulan Oktober 2020 mencapai 3,028 juta ton, naik 9,5% dibandingkan dengan bulan September. Sementara, secara nilai terjadi kenaikan 10,7% menjadi USD2,07 miliar dari USD1,87 miliar pada bulan September 2020.
"Tren ekspor, konsumsi dalam negeri dan harga yang juga terus meningkat akan meningkatkan peran industri minyak sawit dalam perekonomian negara dan pendapatan pekebun," ujar Direktur Eksekutif Gapki Mukti Sardjono dalam keterangan tertulis, Selasa (15/12/2020).
(Baca Juga: Tarif Ekspor Naik, Tren Harga Sawit Positif)
Dia menjelaskan, kenaikan yang tinggi terjadi pada produk olahan minyak sawit menjadi 1,95 juta ton dari 1,76 juta ton pada September (10,7%) dan produk oleokimia menjadi 408.000 ton dari 313.000 ton pada bulan September (30,3%).
Secara tahunan (year on year/YoY) sampai dengan Oktober, volume ekspor 2020 masih lebih rendah yakni -10,8% dibandingkan 2019. Namun, secara nilai lebih tinggi 14,8% yang disebabkan harga rata-rata bulanan sampai dengan Oktober pada tahun 2020 mencapai USD676 per ton dibandingkan tahun 2019 yang hanya mencapai USD535 per ton (cif Rotterdam).
Adapun berdasarkan negara tujuan, kenaikan ekspor tertinggi terjadi untuk tujuan India yang naik dari 351.950 ton pada bulan September menjadi 481.690 ton pada bulan Oktober (36,86%). Diikuti dengan ke Amerika Serikat yang naik 44.310 ton menjadi 150.630 ton (41,68%).
Ekspor ke Uni Eropa naik 38.090 ton (10,57%), Pakistan naik 33.680 ton (19,35%), Timur Tengah naik 22.910 ton (14,53). Sedangkan ekspor ke China hanya naik 4.020 ton (0,62%) dan ke Bangladesh turun 1.130 ton (-1,31%) dan ekspor ke Afrika turun 51.170 ton (-17,95%).
Produksi pada bulan Oktober mencapai 4,76 juta ton yang lebih tinggi 0,9% dari produksi September. Secara YoY sampai dengan Oktober, produksi 2020 lebih rendah (-2,3%) dari 2019. "Walaupun masih negatif, defisit YoY sampai dengan Oktober menunjukkan perbaikan yang konsisten," jelas Mukti.
(Baca Juga: Punya Potensi Besar, Bisnis Sawit 'Nggak Ada Matinya')
Sementara konsumsi dalam negeri secara total mencapai 1,47 juta ton, naik 2% dari konsumsi bulan September. Kenaikan pada konsumsi untuk industri pangan sebesar 3,7% menjadi 692.000 ton. Konsumsi untuk biodiesel bulan Oktober adalah 599.000 ton lebih rendah (-4,9%) dari bulan September yang mungkin disebabkan turunnya mobilitas penduduk sebagai dampak pandemi Covid-19 belum pulih.
Konsumsi pangan yang pada Oktober mencapai 667.000 ton secara konsisten juga naik sejak bulan Juni, meskipun belum sama dengan sebelum pandemi yang pada Februari 2020 mencapai 786.000 ton. Konsumsi oleokimia tercatat mencapai 181.000 ton atau 22,5% lebih tinggi dari bulan September.
Lihat Juga: Penuhi Standar Keberlanjutan, Koperasi Peserta Program Sawit Terampil Raih Sertifikasi RSPO
"Tren ekspor, konsumsi dalam negeri dan harga yang juga terus meningkat akan meningkatkan peran industri minyak sawit dalam perekonomian negara dan pendapatan pekebun," ujar Direktur Eksekutif Gapki Mukti Sardjono dalam keterangan tertulis, Selasa (15/12/2020).
(Baca Juga: Tarif Ekspor Naik, Tren Harga Sawit Positif)
Dia menjelaskan, kenaikan yang tinggi terjadi pada produk olahan minyak sawit menjadi 1,95 juta ton dari 1,76 juta ton pada September (10,7%) dan produk oleokimia menjadi 408.000 ton dari 313.000 ton pada bulan September (30,3%).
Secara tahunan (year on year/YoY) sampai dengan Oktober, volume ekspor 2020 masih lebih rendah yakni -10,8% dibandingkan 2019. Namun, secara nilai lebih tinggi 14,8% yang disebabkan harga rata-rata bulanan sampai dengan Oktober pada tahun 2020 mencapai USD676 per ton dibandingkan tahun 2019 yang hanya mencapai USD535 per ton (cif Rotterdam).
Adapun berdasarkan negara tujuan, kenaikan ekspor tertinggi terjadi untuk tujuan India yang naik dari 351.950 ton pada bulan September menjadi 481.690 ton pada bulan Oktober (36,86%). Diikuti dengan ke Amerika Serikat yang naik 44.310 ton menjadi 150.630 ton (41,68%).
Ekspor ke Uni Eropa naik 38.090 ton (10,57%), Pakistan naik 33.680 ton (19,35%), Timur Tengah naik 22.910 ton (14,53). Sedangkan ekspor ke China hanya naik 4.020 ton (0,62%) dan ke Bangladesh turun 1.130 ton (-1,31%) dan ekspor ke Afrika turun 51.170 ton (-17,95%).
Produksi pada bulan Oktober mencapai 4,76 juta ton yang lebih tinggi 0,9% dari produksi September. Secara YoY sampai dengan Oktober, produksi 2020 lebih rendah (-2,3%) dari 2019. "Walaupun masih negatif, defisit YoY sampai dengan Oktober menunjukkan perbaikan yang konsisten," jelas Mukti.
(Baca Juga: Punya Potensi Besar, Bisnis Sawit 'Nggak Ada Matinya')
Sementara konsumsi dalam negeri secara total mencapai 1,47 juta ton, naik 2% dari konsumsi bulan September. Kenaikan pada konsumsi untuk industri pangan sebesar 3,7% menjadi 692.000 ton. Konsumsi untuk biodiesel bulan Oktober adalah 599.000 ton lebih rendah (-4,9%) dari bulan September yang mungkin disebabkan turunnya mobilitas penduduk sebagai dampak pandemi Covid-19 belum pulih.
Konsumsi pangan yang pada Oktober mencapai 667.000 ton secara konsisten juga naik sejak bulan Juni, meskipun belum sama dengan sebelum pandemi yang pada Februari 2020 mencapai 786.000 ton. Konsumsi oleokimia tercatat mencapai 181.000 ton atau 22,5% lebih tinggi dari bulan September.
Lihat Juga: Penuhi Standar Keberlanjutan, Koperasi Peserta Program Sawit Terampil Raih Sertifikasi RSPO
(fai)