IHSG Tembus Rekor, Investor Asing Borong Saham Rp2,5 Triliun
loading...
A
A
A
JAKARTA - Investor asing sepanjang hari kemarin mencatatkan net buy (beli bersih) sekitar Rp2,5 triliun, hal tersebut langsung mengerek Indek Harga Saham Gabungan (IHSG) sebesar 2% ke level 6.382,94.
IHSG pada perdagangan di pasar modal kemarin ditutup pada level tertinggi sejak 19 Juli 2019 atau periode sebelum pandemi virus korona (Covid-19). Meskipun sempat ramai kekhawatiran Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di Jawa-Bali pada 11-25 Januari 2020, namun indeks berhasil menguat 2% atau naik 125 poin ke level 6.382,94.
(Baca Juga : Sesuai Masterplan, PGN Kebut Pembangunan Infrastruktur Gas Bumi Nasional )
Chief Economist TanamDuit Ferry Latuhihin meyakini kebijakan pemerintah tersebut dipercaya pelaku pasar tidak akan mengganggu. Bahkan diyakini akan memperkuat ekonomi. Misalnya yang terjadi di kuartal IV tahun lalu. “Buktinya Purchasing Manager Index (PMI) kita di Desember naik ke 51,3 dari 50,6 di November 2020,” kata Ferry saat dihubungi di Jakarta, kemarin.
Dia juga menilai ada faktor eksternal yang juga ikut membantu menggerakan indeks. Misalnya dari ekonomi global, ekonomi China yang diperkirakan IMF akan tumbuh 7.9% tahun ini. Sementara Presiden AS terpilih, Joe Biden akan tetap gencar melakukan stimulus fiskal tahun ini. Sedangkan ekonomi Indonesia sendiri diperkirakan IMF akan tumbuh 6% tahun ini. “Tapi saya khawatir ini overshooting dan harus tetap diwaspadai. Namun saya selalu dalam melakukan buy and hold selama mungkin dan mengikuti business cycle,” katanya.
Untuk diketahui, data dari divisi riset lembaga juga pemeringkat PT Pefindo menyebutkan angka Purchasing Manager Index (PMI) manufaktur Indonesia pada bulan Desember 2020 naik 0,7 poin ke 51,3 dari bulan sebelumnya. Kenaikan tersebut tanda manufaktur Indonesia mulai bangkit di tengah pandemi Covid-19. Tiga sektor yang diproyeksikan terakselerasi pada tahun 2021, yaitu makanan, minuman, pulp & paper.
Defisit fiskal Indonesia pada tahun 2020 diperkirakan berada di angka 6,09% dari Produk Domestik Bruto (GDP) berdasarkan realisasi APBN sebelum diaudit. Penerimaan pajak melemah karena pendapatan perusahaan-perusahaan terpukul dampak langkah-langkah yang diberlakukan oleh pemerintah untuk membatasi pandemi. Ini menyebabkan pendapatan negara pada tahun 2020 berada lebih rendah 17% dibandingkan tahun sebelumnya.
Sementara itu, Head of Research Creative Trading System Argha Jonathan Karo Karo mengatakan, saat ini menjadi momentum bagi saham-saham farmasi menjelang vaksinasi Covid-19 yang dijadwalkan dimulai pada Rabu (13/1) mendatang.
IHSG pada perdagangan di pasar modal kemarin ditutup pada level tertinggi sejak 19 Juli 2019 atau periode sebelum pandemi virus korona (Covid-19). Meskipun sempat ramai kekhawatiran Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di Jawa-Bali pada 11-25 Januari 2020, namun indeks berhasil menguat 2% atau naik 125 poin ke level 6.382,94.
(Baca Juga : Sesuai Masterplan, PGN Kebut Pembangunan Infrastruktur Gas Bumi Nasional )
Chief Economist TanamDuit Ferry Latuhihin meyakini kebijakan pemerintah tersebut dipercaya pelaku pasar tidak akan mengganggu. Bahkan diyakini akan memperkuat ekonomi. Misalnya yang terjadi di kuartal IV tahun lalu. “Buktinya Purchasing Manager Index (PMI) kita di Desember naik ke 51,3 dari 50,6 di November 2020,” kata Ferry saat dihubungi di Jakarta, kemarin.
Dia juga menilai ada faktor eksternal yang juga ikut membantu menggerakan indeks. Misalnya dari ekonomi global, ekonomi China yang diperkirakan IMF akan tumbuh 7.9% tahun ini. Sementara Presiden AS terpilih, Joe Biden akan tetap gencar melakukan stimulus fiskal tahun ini. Sedangkan ekonomi Indonesia sendiri diperkirakan IMF akan tumbuh 6% tahun ini. “Tapi saya khawatir ini overshooting dan harus tetap diwaspadai. Namun saya selalu dalam melakukan buy and hold selama mungkin dan mengikuti business cycle,” katanya.
Untuk diketahui, data dari divisi riset lembaga juga pemeringkat PT Pefindo menyebutkan angka Purchasing Manager Index (PMI) manufaktur Indonesia pada bulan Desember 2020 naik 0,7 poin ke 51,3 dari bulan sebelumnya. Kenaikan tersebut tanda manufaktur Indonesia mulai bangkit di tengah pandemi Covid-19. Tiga sektor yang diproyeksikan terakselerasi pada tahun 2021, yaitu makanan, minuman, pulp & paper.
Defisit fiskal Indonesia pada tahun 2020 diperkirakan berada di angka 6,09% dari Produk Domestik Bruto (GDP) berdasarkan realisasi APBN sebelum diaudit. Penerimaan pajak melemah karena pendapatan perusahaan-perusahaan terpukul dampak langkah-langkah yang diberlakukan oleh pemerintah untuk membatasi pandemi. Ini menyebabkan pendapatan negara pada tahun 2020 berada lebih rendah 17% dibandingkan tahun sebelumnya.
Sementara itu, Head of Research Creative Trading System Argha Jonathan Karo Karo mengatakan, saat ini menjadi momentum bagi saham-saham farmasi menjelang vaksinasi Covid-19 yang dijadwalkan dimulai pada Rabu (13/1) mendatang.