Banker Is Marathoner, Not a Sprinter
loading...
A
A
A
Apabila laju pertumbuhan terus dipacu tanpa memperhatikan kapasitas dan kemampuan organisasi, hal ini bisa memunculkan risiko berupa menurunnya kualitas aset produktif. Pertumbuhan aset yang terus membesar tapi kemudian diikuti dengan semakin memburuknya kualitas aset tersebut tentu saja ini tidak sehat.
Karena itu yang diperlukan bukanlah sekedar pertumbuhan, tapi pertumbuhan yang benar-benar berkualitas. Yaitu pertumbuhan yang berlangsung secara berkelanjutan (sustainable growth). Pertumbuhan yang tidak diikuti dengan kehati-hatian dan manajemen risiko yang baik akan menghasilkan bad growth bukannya sustainable growth.
Pertumbuhan berkelanjutan tercipta jika pertumbuhan aset diikuti dengan kemampuan untuk mengelola aset tersebut secara pruden, disiplin menerapkan prinsip-prinsip good corporate governance, dan senantiasa memperhatian kapasitas dan kemampuan organisasi untuk mengelolanya. Untuk mencapai pertumbuhan berkelanjutan maka setiap bank harus menjaga keseimbangan antara ekspansi bisnis dan manajemen risikonya.
Seperti dikatakan Budi Sadikin, sebagai bankir sebaiknya kita menggunakan pendekatan “maraton”: alih-alih melakukan lompatan besar, kita mengembangkan pertumbuhan yang bertahap tapi konsisten. “Lebih baik larinya sedikit pelan, tapi konsisten,” kata Budi.
Hal ini bukan berarti bahwa bankir tidak boleh melakukan lompatan-lompatan besar. Boleh, tapi harus dilakukan dengan sangat hati-hati dan terus melihat fondasi tata kelola dan manajemen risikonya.
Belajar dari pengalaman BSM di kurun transisi 2012-2015, ketika laju pertumbuhan organisasi dipacu terlalu cepat maka pada titik tertentu kapasitas organisasi tak mampu lagi menopang laju pertumbuhan tersebut sehingga berdampak pada menurunnya kualitas aset dan pada gilirannya menggerus laba.
Karena itu yang diperlukan bukanlah sekedar pertumbuhan, tapi pertumbuhan yang benar-benar berkualitas. Yaitu pertumbuhan yang berlangsung secara berkelanjutan (sustainable growth). Pertumbuhan yang tidak diikuti dengan kehati-hatian dan manajemen risiko yang baik akan menghasilkan bad growth bukannya sustainable growth.
Pertumbuhan berkelanjutan tercipta jika pertumbuhan aset diikuti dengan kemampuan untuk mengelola aset tersebut secara pruden, disiplin menerapkan prinsip-prinsip good corporate governance, dan senantiasa memperhatian kapasitas dan kemampuan organisasi untuk mengelolanya. Untuk mencapai pertumbuhan berkelanjutan maka setiap bank harus menjaga keseimbangan antara ekspansi bisnis dan manajemen risikonya.
Seperti dikatakan Budi Sadikin, sebagai bankir sebaiknya kita menggunakan pendekatan “maraton”: alih-alih melakukan lompatan besar, kita mengembangkan pertumbuhan yang bertahap tapi konsisten. “Lebih baik larinya sedikit pelan, tapi konsisten,” kata Budi.
Hal ini bukan berarti bahwa bankir tidak boleh melakukan lompatan-lompatan besar. Boleh, tapi harus dilakukan dengan sangat hati-hati dan terus melihat fondasi tata kelola dan manajemen risikonya.
Belajar dari pengalaman BSM di kurun transisi 2012-2015, ketika laju pertumbuhan organisasi dipacu terlalu cepat maka pada titik tertentu kapasitas organisasi tak mampu lagi menopang laju pertumbuhan tersebut sehingga berdampak pada menurunnya kualitas aset dan pada gilirannya menggerus laba.
(her)