Rahasia di Balik Sukses Perusahaan Berusia Ratusan Tahun
loading...
A
A
A
PERUSAHAAN yang bertahan hingga berabad-abad banyak sekali ditemukan di Jepang , negara yang dikenal memiliki usia harapan hidup warganya yang tinggi .
Salah satu perusahan tertua di dunia dan masuk Guinness Book of World Records tercatat adalah sebuah hotel bernama Nisiyama Onsen Keiunkan yang telah berdiri sejak 705. Selain itu, ada juga Sudo Honke, pembuat sake tertua di dunia, yaitu sejak 1141.
Selain itu juga ada Nintendo, perusahaan yang dikenal sebagai pengembang video game yang berdiri pada 1889. Dikutip dari situs Nintendo, perusahaan itu dirintis saat Fusajiro Yamauchi membuat kartu permainan di Kyoto.
Pada 1902, Nintendo membuat kartu remi gaya barat di Jepang. Produk ini populer di Jepang dan seluruh dunia. Lalu apa yang membuat perusahaan-perusahaan Jepang bisa bertahan hingga puluhan bahkan ratusan tahun.
Pengamat Ekonomi dari INDEF Bhima Yudhistira menjelaskan, salah satu strategi yang membuat perusahaan Jepang bertahan hingga ratusan tahun adalah pertumbuhan organik, keputusan bisnis yang dilakukan hati-hati, dan suksesi kepemimpinan bisnis kepada generasi berikutnya. Dibandingkan agresif dalam membentuk unit bisnis baru, perusahaan Jepang cenderung risk averse (menghindari risiko) dengan melihat pesaing.
Ketika suatu bisnis dirasa telah teruji, baru perusahaan Jepang masuk ke bisnis tersebut. Salah satu strategi yang efektif adalah pola pengambilan keputusan berjenjang, dari level terbawah hingga mendapat persetujuan di forum direksi paling atas. Meskipun waktu yang dibutuhkan relatif lama, tapi cara ini teruji untuk menghindari pengambilan keputusan yang tergesa-gesa dan berdampak pada reputasi perusahaan.
Pelajaran berikutnya terkait dengan suksesi adalah tongkat estafet kepemimpinan perusahaan di Jepang diserahkan perlahan pada generasi penerus. Calon penerus kerajaan bisnis mendapatkan pengalaman mendalam, tidak hanya soal gelar pendidikan tapi belajar mengelola perusahaan sampai bidang yang paling teknis.
Sangat wajar di Jepang, ada anak direktur memulai karier menjadi teknisi di hierarki terbawah misalnya, atau akuntan biasa. Sehingga transisi kepemimpinan berjalan mulus jika diserahkan pada generasi penerus yang kompeten.
“Ya di Indonesia kurang lebih sama, kebanyakan perusahaan besar gagal bertahan karena tidak menemukan generasi penerus yang profesional. Biasanya karena generasi penerus tidak tertarik melanjutkan bisnis atau menjalani pola pendidikan yang salah, sehingga dimanjakan berbagai fasilitas,” katanya.
Salah satunya adalah mempertahankan tradisi. Karena tradisi yang relatif baik misalnya profesionalitas.
Salah satu perusahan tertua di dunia dan masuk Guinness Book of World Records tercatat adalah sebuah hotel bernama Nisiyama Onsen Keiunkan yang telah berdiri sejak 705. Selain itu, ada juga Sudo Honke, pembuat sake tertua di dunia, yaitu sejak 1141.
Selain itu juga ada Nintendo, perusahaan yang dikenal sebagai pengembang video game yang berdiri pada 1889. Dikutip dari situs Nintendo, perusahaan itu dirintis saat Fusajiro Yamauchi membuat kartu permainan di Kyoto.
Pada 1902, Nintendo membuat kartu remi gaya barat di Jepang. Produk ini populer di Jepang dan seluruh dunia. Lalu apa yang membuat perusahaan-perusahaan Jepang bisa bertahan hingga puluhan bahkan ratusan tahun.
Pengamat Ekonomi dari INDEF Bhima Yudhistira menjelaskan, salah satu strategi yang membuat perusahaan Jepang bertahan hingga ratusan tahun adalah pertumbuhan organik, keputusan bisnis yang dilakukan hati-hati, dan suksesi kepemimpinan bisnis kepada generasi berikutnya. Dibandingkan agresif dalam membentuk unit bisnis baru, perusahaan Jepang cenderung risk averse (menghindari risiko) dengan melihat pesaing.
Ketika suatu bisnis dirasa telah teruji, baru perusahaan Jepang masuk ke bisnis tersebut. Salah satu strategi yang efektif adalah pola pengambilan keputusan berjenjang, dari level terbawah hingga mendapat persetujuan di forum direksi paling atas. Meskipun waktu yang dibutuhkan relatif lama, tapi cara ini teruji untuk menghindari pengambilan keputusan yang tergesa-gesa dan berdampak pada reputasi perusahaan.
Pelajaran berikutnya terkait dengan suksesi adalah tongkat estafet kepemimpinan perusahaan di Jepang diserahkan perlahan pada generasi penerus. Calon penerus kerajaan bisnis mendapatkan pengalaman mendalam, tidak hanya soal gelar pendidikan tapi belajar mengelola perusahaan sampai bidang yang paling teknis.
Sangat wajar di Jepang, ada anak direktur memulai karier menjadi teknisi di hierarki terbawah misalnya, atau akuntan biasa. Sehingga transisi kepemimpinan berjalan mulus jika diserahkan pada generasi penerus yang kompeten.
“Ya di Indonesia kurang lebih sama, kebanyakan perusahaan besar gagal bertahan karena tidak menemukan generasi penerus yang profesional. Biasanya karena generasi penerus tidak tertarik melanjutkan bisnis atau menjalani pola pendidikan yang salah, sehingga dimanjakan berbagai fasilitas,” katanya.
Salah satunya adalah mempertahankan tradisi. Karena tradisi yang relatif baik misalnya profesionalitas.