Memanfaatkan Cicilan Murah, Agar Bisa Memiliki Rumah

Kamis, 18 Februari 2021 - 23:00 WIB
loading...
A A A
(Baca Juga : Giliran BRIS Buka Mulut Bantah Soal Endorse Saham Lewat Artis )

Bagi dia, dengan gaji pokok Rp3,6 juta-an sebulan, cicilan sebesar itu dirasa cukup ringan dibandingkan saat dia menyewa sebuah kamar kos di Jakarta. ‘’Saat ngekos bayarnya Rp1,5 juta per bulan, sekarang bayar cicilan hanya Rp900 ribu, dan kelak menjadi rumah milik sendiri. Menurut saya ini alternatif buat yang ngontrak atau ngekos, karena membantu banget. Mending beli karena untuk ngekos Rp17 juta setahun, cicil rumah cuman Rp12 juta-an setahun,’’paparnya.

Meskipun berlokasi jauh dari tempat bekerjanya, namun dia tak terlalu risau dengan jarak dan waktu tempuh. Mengingat kawasan Cileungsi kini juga dikelilingi oleh kawasan perumahan yang dikembangkan oleh pengembang-pengembang besar. Otomatis Okta pun merasa dapat memanfaatkan fasilitas umum yang dihadirkan oleh pengembang –pengembang tersebut.

Rencana akses Tol Cimanggis - Cibitung dengan pintu tol terdekat di Kota Wisata dan Narogong membuat kawasan ini mudah diakses. Selain dari Cibubur, perumahan bersubsidi itu juga bisa diakses melalui tol Jakarta Lingkar Luar dan bisa diakses dari Bekasi, Depok, dan Jakarta. Selain kendaraan pribadi, jalur menuju perumahan dilewati oleh beberapa pilihan angkutan umum dari arah Bekasi, Jakarta, dan Bogor.

Masa pandemi Covid-19 membuat Okta lebih banyak bekerja dari rumah. Sempat kehilangan pekerjaan di awal pandemi membuat dia bersyukur karena masih bisa membayar cicilan dari tabungannya. ’’Saya sempat dipecat dari pekerjaan, lalu mengajukan restrukturisasi selama 7 bulan ke BTN. Alhamdulillah disetujui, sekarang saya sudah bekerja lagi,’’ungkapnya.

Tak ada rasa penyesalan karena memilih membeli hunian yang jauh dari tempatnya bekerja. Bagi dia, saat sudah berkeluarga dan memiliki anak kelak, tentu dirinya butuh tempat yang nyaman. Dia sadar harga rumah akan terus naik setiap tahunnya. ’’Kalau ditunda terus, sampai kapan pun tidak akan terbeli. Daripada buat bayar sewa kontrakan, mending buat bayar cicilan rumah,"ujarnya. Di rumah tipe 60/22 yang masih memiliki lahan cukup untuk dikembangkan itu, kini Okta hidup sendirian. Ibunya yang sebelumnya menemaninya meninggal tahun lalu karena sakit. ’’Beruntung saya ikuti nasihat ibu yang selalu memberikan support di saat senang maupun susah,’’paparnya.

Rumah Sederhana Pasar yang Paling Besar

Diantara beragam jenis hunian, rumah sederhana, khususnya rumah sederhana bersubsidi memiliki pasar yang paling besar. ’’Segmen ini memang yang paling besar, karena terjangkau oleh masyarakat kita,’’ungkap Ketua Umum The HUD Institute Zulfi Syarif Koto. Di masa pandemi seperti saat ini, untuk memiliki hunian, masyarakat sudah tentu menyesuaikan dengan penghasilan yang masih dimiliki.

’’Untuk membeli rumah menengah tentunya terkendala dengan kemampuan untuk membayar cicilan. Sehingga arahnya ya memilih ke rumah sederhana, yang subsidi ataupun bukan subsidi,’’ujarnya. Menurut Zulfi, tantangan yang dihadapi saat ini adalah bagaimana memperkuat daya beli dan daya cicil masyarakat untuk mendapatkan hunian yang layak, terutama untuk segmen menengah. ’’Untuk segmen rumah sederhana, tahun ini tetap berjalan dan tumbuh,’’bebernya. Bahkan, Zulfi meyakini dengan adanya program satu juta rumah yang dicanangkan presiden Joko Widodo, industri properti tahun ini akan bertumbuh lebih besar dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi nasional.

’’Jika ekonomi kita diproyeksikan bertumbuh 3% hingga 5% tahun ini, industri properti bisa lebih besar dari itu,’’katanya. Keyakinan itu didasarkan masih terus dibangunnya rumah-rumah bersubsidi di berbagai daerah. Dengan masih adanya pembangunan, maka industri pendukungnya ikut bertumbuh. Seperti industri konstruksi, bahan bangunan, furnitur, elektronik dan lainnya. ‘’Orang menghuni rumah kan perlu meja,kursi, televisi, lampu dan sebagainya,’’ungkapnya.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1009 seconds (0.1#10.140)