Demi Efisiensi, Sektor Usaha Perlu Berubah
loading...
A
A
A
Pengamat manajemen Wahyu T Setyobudi menilai perilaku digital banking di Indonesia belum terbentuk sempurna. Butuh waktu lima tahun untuk dapat mencapai titik optimal sehingga secara ekonomis dapat mencukupi. Sekarang ini, menurutnya, skema daur hidup produk masih dalam introduction menuju growth yang membutuhkan biaya besar untuk mengedukasi masyarakat.
Terkait kesiapan masyarakat, Wahyu menuturkan, nasabah Indonesia sangat potensial untuk mengadopsi layanan perbankan digital. Indikatornya, jumlah penduduk yang besar, penetrasi internet yang telah mencapai 73,7%, bonus demografi, dan kelas menengah yang besar.
“Tinggal perusahaan dan pemerintah melakukan edukasi yang intensif kepada masyarakat jika ingin mendapatkan keuntungan dari potensi yang ada. Hal itu untuk membangun budaya transaksi digital yang cerdas dan positif,” katanya.
Transformasi digital diyakini tidak hanya terjadi pada sektor jasa keuangan. Wahyu memaparkan perusahaan harus merasionalisasi jumlah cabang fisik dan menggantinya dengan channel digital. metode memperkaya jangkauan kepada pelanggan ini disebut omni channeling.
Dia mengutarakan perusahaan dapat mengidentifikasi customer journey melalui kebutuhan dan pembelian. Bahkan pasca pembelian masih bisa terhubung dengan customer.
“Kemudian merancang saluran yang tepat untuk menjangkaunya dengan pesan yang tepat melalui channel online dan offline (digital dan fisik). Agar strategi ini berhasil tentu banyak sekali prasyarat internal yang harus dibangun, salah satunya adalah sumberdaya digital perusahaan yang antara lain kesatuan data, infrastruktur teknologi digital, dan kompetensi digital karyawan perusahaan tersebut,” pungkasnya. fw Bahtiar/r ratna purnama/aprilia s andyna
Terkait kesiapan masyarakat, Wahyu menuturkan, nasabah Indonesia sangat potensial untuk mengadopsi layanan perbankan digital. Indikatornya, jumlah penduduk yang besar, penetrasi internet yang telah mencapai 73,7%, bonus demografi, dan kelas menengah yang besar.
“Tinggal perusahaan dan pemerintah melakukan edukasi yang intensif kepada masyarakat jika ingin mendapatkan keuntungan dari potensi yang ada. Hal itu untuk membangun budaya transaksi digital yang cerdas dan positif,” katanya.
Transformasi digital diyakini tidak hanya terjadi pada sektor jasa keuangan. Wahyu memaparkan perusahaan harus merasionalisasi jumlah cabang fisik dan menggantinya dengan channel digital. metode memperkaya jangkauan kepada pelanggan ini disebut omni channeling.
Dia mengutarakan perusahaan dapat mengidentifikasi customer journey melalui kebutuhan dan pembelian. Bahkan pasca pembelian masih bisa terhubung dengan customer.
“Kemudian merancang saluran yang tepat untuk menjangkaunya dengan pesan yang tepat melalui channel online dan offline (digital dan fisik). Agar strategi ini berhasil tentu banyak sekali prasyarat internal yang harus dibangun, salah satunya adalah sumberdaya digital perusahaan yang antara lain kesatuan data, infrastruktur teknologi digital, dan kompetensi digital karyawan perusahaan tersebut,” pungkasnya. fw Bahtiar/r ratna purnama/aprilia s andyna
(bai)