Larangan Mudik Berdampak Negatif ke Ekonomi Daerah tapi Baik untuk Jangka Panjang
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kebijakan pemerintah yang melarang mudik lebaran pada periode 6-17 Mei 2021 berdampak negatif bagi pertumbuhan ekonomi di daerah, namun langkah ini harus ditempuh demi menekan kasus Covid-19.
Peneliti makroekonomi LPEM-FEB Universitas Indonesia (UI) Teuku Riefky mengatakan, larangan mudik memang berdampak negatif bagi pertumbuhan ekonomi khususnya bagi konsumsi rumah tangga yang ada di daerah karena masyarakat yang mencari uang di pusat kota tidak bisa membelanjakan uangnya di kampung halaman.
“Memang kita melihat larangan mudik ini dari sisi ekonomi akan berdampak negatif paling tidak bagi pertumbuhan konsumsi rumah tangga,” ujarnya dalam acara market review IDX Channel, Selasa (18/5/2021).
Kendati demikian, tandas Riefky, yang perlu dipahami adalah maksud dan tujuan dari larangan mudik dengan sudut pandang yang lebih luas, di mana tujuan utama dari larangan mudik adalah untuk mencegah penyebaran virus Covid-19.
“Tapi yang perlu kita lihat dan pahami kita perlu menyikapi ini secara holistik. Di mana berkurangnya pas lebaran pertumbuhan ekonomi akibat mudik tidak hanya di daerah tujuan tapi di sepanjang jalur mudik ini juga untuk membatasi penyebaran virus Covid,” tuturnya.
Dia menambahkan, larangan mudik ini sama sekali bukan merupakan satu kerugian jika melihatnya secara luas karena di masa mendatang akan berdampak besar khususnya bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia.
“Memang ada nilai baiknya ke depannya dan saya tidak melihat ini sebagai kerugian nilai ekonomi kalau kita melihat secara jangka panjang. Dengan melakukan larangan mudik pada lebaran ini kita sebetulnya menabung untuk pertumbuhan ekonomi di masa mendatang,” paparnya.
Lagi pula, imbuh dia, larangan mudik bukan sesuatu yang baru yang dijalani oleh masyarakat. Seperti diketahui, tahun lalu pemerintah juga mengeluarkan kebijakan yang sama bahkan lebih ketat seiring masuknya Covid-19 ke Indonesia.
“Jadi larangan mudik ini bukanlah hal yang baru memang di Indonesia lebaran dan ramadan merupakan festival besar terutama untuk umat muslim. Tapi memang kita sudah berada di pandemi ini satu tahun lebih dan pembatasan-pembatasan sosial ini bukan hal baru salah satunya larangan mudik,” pungkasnya.
Peneliti makroekonomi LPEM-FEB Universitas Indonesia (UI) Teuku Riefky mengatakan, larangan mudik memang berdampak negatif bagi pertumbuhan ekonomi khususnya bagi konsumsi rumah tangga yang ada di daerah karena masyarakat yang mencari uang di pusat kota tidak bisa membelanjakan uangnya di kampung halaman.
“Memang kita melihat larangan mudik ini dari sisi ekonomi akan berdampak negatif paling tidak bagi pertumbuhan konsumsi rumah tangga,” ujarnya dalam acara market review IDX Channel, Selasa (18/5/2021).
Baca Juga
Kendati demikian, tandas Riefky, yang perlu dipahami adalah maksud dan tujuan dari larangan mudik dengan sudut pandang yang lebih luas, di mana tujuan utama dari larangan mudik adalah untuk mencegah penyebaran virus Covid-19.
“Tapi yang perlu kita lihat dan pahami kita perlu menyikapi ini secara holistik. Di mana berkurangnya pas lebaran pertumbuhan ekonomi akibat mudik tidak hanya di daerah tujuan tapi di sepanjang jalur mudik ini juga untuk membatasi penyebaran virus Covid,” tuturnya.
Dia menambahkan, larangan mudik ini sama sekali bukan merupakan satu kerugian jika melihatnya secara luas karena di masa mendatang akan berdampak besar khususnya bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia.
“Memang ada nilai baiknya ke depannya dan saya tidak melihat ini sebagai kerugian nilai ekonomi kalau kita melihat secara jangka panjang. Dengan melakukan larangan mudik pada lebaran ini kita sebetulnya menabung untuk pertumbuhan ekonomi di masa mendatang,” paparnya.
Baca Juga
Lagi pula, imbuh dia, larangan mudik bukan sesuatu yang baru yang dijalani oleh masyarakat. Seperti diketahui, tahun lalu pemerintah juga mengeluarkan kebijakan yang sama bahkan lebih ketat seiring masuknya Covid-19 ke Indonesia.
“Jadi larangan mudik ini bukanlah hal yang baru memang di Indonesia lebaran dan ramadan merupakan festival besar terutama untuk umat muslim. Tapi memang kita sudah berada di pandemi ini satu tahun lebih dan pembatasan-pembatasan sosial ini bukan hal baru salah satunya larangan mudik,” pungkasnya.
(ind)