Bangkit dari Desa, Manfaatkan Peluang Sumber Daya Alam
loading...
A
A
A
Jika pemutakhiran data bisa berjalan, Halim memastikan kebangkitan ekonomi akan dimulai dari desa, karena pemerintah sudah memiliki data yang valid. Dengan data tersebut dipastikan tidak ada lagi penerima bansos yang salah sasaran. “Kita ngomong itu sudah punya tolak ukur,” jelasnya.
Peneliti Indef Rusli Abdullah juga meyakini desa memilili potensi yang sangat besar. Untuk kondisi pandemi ini, desa menjadi tujuan orang-orang kota yang menjadi korban putus hubungan kerja (PHK). Banyak dari mereka yang akhirnya kembali ke desa setelah di-PHK.
“Sekarang ada fenomena ruralisasi. Orang yang dari kota kena PHK lalu balik ke desa karena ada keluarga besar disana ada gotong royong yang kuat sehingga mereka bisa hidup, beda dengan dikota yang individualis,” katanya.
Secara budaya, masyarakat bisa bertahan hidup di desa. Dan jika ada distimulus, mereka akan semakin kuat. Menurut dia, ekonomi culture jika distimulus dengan dana desa akan menjadi kekuatan besar. Hanya saja dana desa saat ini baru berjalan enam tahun yang kebanyakan hanya digunakan untuk pembangunan infrastruktur.
“Seharusnya dana desa bisa digunakan utnuk pengembangan keterampilan warga sehingga tercipta community development yang baik,” kata pria yang juga Pengurus Perhimpunan Ekonomi Pertanian Komda DKI Jaya itu.
Rusli menyarankan agar nantinya dana desa pada fase selanjutnya dipastikan bisa digunakan untuk community development. Sehingga jika dilebur dengan SDM kota yang tinggal di desa maka akan menjadi kekuatan mumpuni.
“Jadi yang dulunya tidak bisa jualan menjadi bisa, yang mulanya tidak bisa bikin website menjadi bisa. Yang tadinya tidak bisa mengolah desa wisata namun kalau diberi pelatihan menjadi bisa untuk mengolah desa wisata menjadi profesional sehingga bisa mendatangkn turis ke desa,” ungkapya.
Dia lantas menuturkan,di masa pandemi ini desa menjadi peluang bagi orang kota yang terkena PHK untuk meningkatkan kesejahteraan. Mereka yang dari kota tentunya memiliki pengalaman lebih banyak dibanding orang desa. Hal ini yang seharusnya menjadi entry point untuk membangun desa.
“Pemanfaatan teknologi informasi harus dimaksimalkan. Bisa mengajak pelaku usaha di desa diedukasi dan dijual secara online. Mahasiswa juga punya peluang membangun desanya apalagi semasa pandemi ini karena banyak yang kuliah online untuk bangun desa wisata,” ungkapnya.
Peneliti Indef Rusli Abdullah juga meyakini desa memilili potensi yang sangat besar. Untuk kondisi pandemi ini, desa menjadi tujuan orang-orang kota yang menjadi korban putus hubungan kerja (PHK). Banyak dari mereka yang akhirnya kembali ke desa setelah di-PHK.
“Sekarang ada fenomena ruralisasi. Orang yang dari kota kena PHK lalu balik ke desa karena ada keluarga besar disana ada gotong royong yang kuat sehingga mereka bisa hidup, beda dengan dikota yang individualis,” katanya.
Secara budaya, masyarakat bisa bertahan hidup di desa. Dan jika ada distimulus, mereka akan semakin kuat. Menurut dia, ekonomi culture jika distimulus dengan dana desa akan menjadi kekuatan besar. Hanya saja dana desa saat ini baru berjalan enam tahun yang kebanyakan hanya digunakan untuk pembangunan infrastruktur.
“Seharusnya dana desa bisa digunakan utnuk pengembangan keterampilan warga sehingga tercipta community development yang baik,” kata pria yang juga Pengurus Perhimpunan Ekonomi Pertanian Komda DKI Jaya itu.
Rusli menyarankan agar nantinya dana desa pada fase selanjutnya dipastikan bisa digunakan untuk community development. Sehingga jika dilebur dengan SDM kota yang tinggal di desa maka akan menjadi kekuatan mumpuni.
“Jadi yang dulunya tidak bisa jualan menjadi bisa, yang mulanya tidak bisa bikin website menjadi bisa. Yang tadinya tidak bisa mengolah desa wisata namun kalau diberi pelatihan menjadi bisa untuk mengolah desa wisata menjadi profesional sehingga bisa mendatangkn turis ke desa,” ungkapya.
Dia lantas menuturkan,di masa pandemi ini desa menjadi peluang bagi orang kota yang terkena PHK untuk meningkatkan kesejahteraan. Mereka yang dari kota tentunya memiliki pengalaman lebih banyak dibanding orang desa. Hal ini yang seharusnya menjadi entry point untuk membangun desa.
“Pemanfaatan teknologi informasi harus dimaksimalkan. Bisa mengajak pelaku usaha di desa diedukasi dan dijual secara online. Mahasiswa juga punya peluang membangun desanya apalagi semasa pandemi ini karena banyak yang kuliah online untuk bangun desa wisata,” ungkapnya.