Indonesia Turun Kelas, Gara-gara Ini Sempat Stagnan di Level Menengah
loading...
A
A
A
Kemudian, faktor lain yang menyebabkan Indonesia masih bertahan dalam zona kelas menengah yaitu dari struktur ekonomi selama dua dekade terakhir dimana sektor tersier (jasa-jasa) semakin mendominasi terhadap ekonomi namun belum didukung oleh sumber daya manusia (SDM) yang memumpuni.
Faktor berikutnya, dari sisi dukungan investasi masih minim terhadap pertumbuhan industri. Berdasarkan data dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) tahun 2020, investasi penanaman modal asing (PMA) dan penanapan modal dalam negeri (PMDN) trennya meningkat dari tahun ke tahun.
Namun ternyata pertumbuhan industrinya di bawah pertumbuhan ekonomi nasional. Artinya, belum ada suntikan investasi untuk sektor industri.
Demikian juga pada tenaga kerja, dimana investasi penanaman modal asing (PMA) dan penanapan modal dalam negeri (PMDN) terus meningkat, namun tren tenaga kerjanya justru melambat.
“Hal ini dikarenakan sektor tersier (jasa-jasa) yang menjadi sasaran empuk untuk investasi saat ini. Dimana sektor-sektor itu relatif lebih kedap terhadap penyerapan tenaga kerja. Atau kalaupun ada tenaga kerja yang membutuhkan disektor tersier, tentunya tenaga kerja yang dibutuhkan adalah tenaga kerja yang memiliki keahlian yang spesifik,” jelas dia.
Ahmad menyebut, hal inilah yang menjadikan adanya fenomena ketimpangan dan menjadi faktor mengapa Indonesia masih terjebak dalam kelas menengah.
Faktor berikutnya, dari sisi dukungan investasi masih minim terhadap pertumbuhan industri. Berdasarkan data dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) tahun 2020, investasi penanaman modal asing (PMA) dan penanapan modal dalam negeri (PMDN) trennya meningkat dari tahun ke tahun.
Namun ternyata pertumbuhan industrinya di bawah pertumbuhan ekonomi nasional. Artinya, belum ada suntikan investasi untuk sektor industri.
Demikian juga pada tenaga kerja, dimana investasi penanaman modal asing (PMA) dan penanapan modal dalam negeri (PMDN) terus meningkat, namun tren tenaga kerjanya justru melambat.
“Hal ini dikarenakan sektor tersier (jasa-jasa) yang menjadi sasaran empuk untuk investasi saat ini. Dimana sektor-sektor itu relatif lebih kedap terhadap penyerapan tenaga kerja. Atau kalaupun ada tenaga kerja yang membutuhkan disektor tersier, tentunya tenaga kerja yang dibutuhkan adalah tenaga kerja yang memiliki keahlian yang spesifik,” jelas dia.
Ahmad menyebut, hal inilah yang menjadikan adanya fenomena ketimpangan dan menjadi faktor mengapa Indonesia masih terjebak dalam kelas menengah.
(akr)