Terkendala Pasokan, Pertumbuhan Manufaktur AS Melambat

Selasa, 03 Agustus 2021 - 10:51 WIB
loading...
Terkendala Pasokan, Pertumbuhan Manufaktur AS Melambat
Foto/abcnews
A A A
JAKARTA - Geliat aktivitas pabrik di Amerika Serikat (AS) dilaporkan melambat pada Juli 2021 di tengah masalah ketersediaan pasokan.

Laporan bulanan Institute for Supply Management (ISM), sebuah asosiasi dagang purchasing managers, menunjukkan indeks aktivitas manufaktur AS turun 1,1 poin ke 59,5. Angka ini merupakan level terendah sejak Januari 2021, meskipun masih melebihi ambang batas 50 yang menandai pertumbuhan.

Baca juga:Heboh NIK KTP Dipakai Warga Asing Lee In Wong, Pria di Bekasi Ditolak Vaksin

"Perlambatan masih dalam jalur pertumbuhan setelah AS mengalami kontraksi ekonomi berturut-turut sejak April 2020 yang memicu penutupan sejumlah bisnis nasional," dikutip dari Associated Press, Selasa (3/8/2021).

Kenaikan harga material dan kesulitan merekrut pekerja menjadi tantangan Negeri Paman Sam AS saat membuka kembali ekonomi negara mereka.

"Perusahaan terus berjuang untuk menampung banyaknya permintaan di tengah kesulitan mempekerjakan dan mempertahankan para pekerja," kata Kepala ISM, Timothy Fiore, di AFP, Senin (2/8).

Timothy mencatat bahwa semua segmen dalam industri manufaktur dipengaruhi oleh waktu pengiriman bahan baku yang lama, kekurangan material dasar, kenaikan harga komoditas, dan kesulitan mengangkut produk.

Baca juga:Rayakan Turun 10 Kg, Ivan Gunawan Pamer Foto Rangkul Ayu Ting Ting

Seperti diketahui, produsen barang tengah berjuang dalam beberapa bulan terakhir di tengah macetnya rantai pasokan. Salah satunya adalah kesulitan mendapatkan chip komputer dan komponen lain yang diperlukan dalam rantai produksi industri teknologi. Di sisi lain, analis menyatakan bahwa prospek manufaktur AS masih cukup baik di masa depan.

"Prospek manufaktur masih cukup cerah dengan besarnya permintaan barang, meningkatnya investasi bisnis, dan pulihnya aktivitas global yang membuat pabrik-pabrik di AS terus berjalan. Namun, produsen masih sulit memenuhi kuatnya permintaan" kata Ekonom Universitas Oxford, Oren Klachkin.
(uka)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1006 seconds (0.1#10.140)