Tembus Ekspor, Cau Coklat Kembangkan Pertanian dari Hulu ke Hilir
loading...
A
A
A
(Baca juga:Perluas Pasar Ekspor, Indonesia Berpartisipasi pada Foodex Kansai 2021)
“Melihat usaha yang telah saya dan ayah saya jalankan memiliki peluang cukup tinggi. Saya memutuskan fokus menggeluti bisnis Cau Chocolate ini,” kata Kadek, DPM Kementan dan Entrepreneur Heroes BNI yang lulus kuliah S1 ekonomi dalam waktu 2,5 tahun.
Potensi kakao Indonesia sangat besar, sebagai eksportir terbesar ketiga dunia, namun pada 2017 melorot ke peringkat enam dunia akibat harga ditentukan oleh pasar global. Sementara petani tidak faham standar harga global akibat panjangnya rantai distribusi, akibatnya petani hanya menerima 70% dari standar harga global.
“Petani kesulitan menjual hasil panen ke pabrik, maka Cau Chocolate memutus rantai distribusi ini. Kini, petani menjual kakao ke koperasi lalu masuk ke Cau Chocolate. Terpotongnya rantai distribusi, membuat harga yang diterima petani naik hingga 90%,” kata Kadek, Chief Executive Officer (CEO) PT Cau Chocolate Bali.
Menurutnya, saat ini Cau Chocolate bermitra dengan 600 petani di Tabanan dan Jembrana, 200 di antaranya telah memiliki sertifikasi organik. Saat ini, Cau Chocolates merupakan satu-satunya coklat Indonesia yang meraih organik sertifikat dari badan terakreditasi pemerintah Indonesia, Amerika (USDA) dan Eropa (EU). Sertifikat yang dimiliki antara lain Organik Indonesia, Organik Eropa, Halal, GMP, BPOM dan ISO 9001:2015.
“Awalnya, Cau Chocolate fokus pasar domestik untuk oleh-oleh, tapi menurunnya wisatawan ke Bali maka kami harus mengubah strategi. Membuka pasar domestik di luar Bali dan peluang ekspor. Sebelum pandemi, produk untuk ekspor hanya 10% tapi sekarang naik hingga 60% dari total omsel,” kata Kadek.
Periode Januari - Juli 2021, Cau Chocolates mengekspor 4,2 ton olahan coklat berupa cocoa powder, NBS, butter, coconut sugar dan dark chocolate ke lima negara tujuan ekspor yakni Malaysia, Brunei, Singapura, Qatar dan Jepang dengan perolehan devisa sekitar Rp1.265 miliar.
Guna menunjang ekspor, kata Kadek, Cau Chocolates juga menjalin kerjasama dengan kementerian terkait khususnya Kementan dan memanfaatkan platform digital untuk memasarkan produk ke mancanegara.
Lihat Juga: Produk Olahan Tembus Pasar Singapura, Plt. Mentan: Indonesia Bisa Jadi Produsen Pangan Dunia
“Melihat usaha yang telah saya dan ayah saya jalankan memiliki peluang cukup tinggi. Saya memutuskan fokus menggeluti bisnis Cau Chocolate ini,” kata Kadek, DPM Kementan dan Entrepreneur Heroes BNI yang lulus kuliah S1 ekonomi dalam waktu 2,5 tahun.
Potensi kakao Indonesia sangat besar, sebagai eksportir terbesar ketiga dunia, namun pada 2017 melorot ke peringkat enam dunia akibat harga ditentukan oleh pasar global. Sementara petani tidak faham standar harga global akibat panjangnya rantai distribusi, akibatnya petani hanya menerima 70% dari standar harga global.
“Petani kesulitan menjual hasil panen ke pabrik, maka Cau Chocolate memutus rantai distribusi ini. Kini, petani menjual kakao ke koperasi lalu masuk ke Cau Chocolate. Terpotongnya rantai distribusi, membuat harga yang diterima petani naik hingga 90%,” kata Kadek, Chief Executive Officer (CEO) PT Cau Chocolate Bali.
Menurutnya, saat ini Cau Chocolate bermitra dengan 600 petani di Tabanan dan Jembrana, 200 di antaranya telah memiliki sertifikasi organik. Saat ini, Cau Chocolates merupakan satu-satunya coklat Indonesia yang meraih organik sertifikat dari badan terakreditasi pemerintah Indonesia, Amerika (USDA) dan Eropa (EU). Sertifikat yang dimiliki antara lain Organik Indonesia, Organik Eropa, Halal, GMP, BPOM dan ISO 9001:2015.
“Awalnya, Cau Chocolate fokus pasar domestik untuk oleh-oleh, tapi menurunnya wisatawan ke Bali maka kami harus mengubah strategi. Membuka pasar domestik di luar Bali dan peluang ekspor. Sebelum pandemi, produk untuk ekspor hanya 10% tapi sekarang naik hingga 60% dari total omsel,” kata Kadek.
Periode Januari - Juli 2021, Cau Chocolates mengekspor 4,2 ton olahan coklat berupa cocoa powder, NBS, butter, coconut sugar dan dark chocolate ke lima negara tujuan ekspor yakni Malaysia, Brunei, Singapura, Qatar dan Jepang dengan perolehan devisa sekitar Rp1.265 miliar.
Guna menunjang ekspor, kata Kadek, Cau Chocolates juga menjalin kerjasama dengan kementerian terkait khususnya Kementan dan memanfaatkan platform digital untuk memasarkan produk ke mancanegara.
Lihat Juga: Produk Olahan Tembus Pasar Singapura, Plt. Mentan: Indonesia Bisa Jadi Produsen Pangan Dunia
(dar)