Tembus Ekspor, Cau Coklat Kembangkan Pertanian dari Hulu ke Hilir
loading...
A
A
A
JAKARTA - Seruan Presiden Joko Widodo (Jokowi) agar pertanian dikelola dari hulu hingga hilir, diimplementasikan oleh Kadek Surya Prasetya Wiguna. Kadek bersama petani Tabanan dan Jembrana mengolah kakao Bali menjadi penganan oleh-oleh hingga menembus pasar ekspor , dengan branding internasional Cau Chocolates.
Kadek memilih mundur sebagai eksekutif muda di bank BUMN untuk alih profesi menjadi petani. Fokus awal, memutus rantai pasok kakao ke pabrik coklat yang merugikan petani. Kini, petani menjual kakao ke koperasi lalu masuk ke PT Chau Chocolate Bali sehingga petani diuntungkan dari harga jual panen yang tinggi.
(Baca juga:MRAT Perluas Pasar Ekspor ke Timur Tengah dan Rusia)
Apresiasi diberikan Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo bahwa Indonesia membutuhkan lebih banyak petani milenial. Pasalnya, sekitar 71% berusia 45 tahun ke atas sehingga dituntut adanya regenerasi petani.
Menurutnya, petani dan kelompok tani ke depan, dituntut mampu mengelola pertanian dari hulu ke hilir (on farm dan off farm) untuk mengelola pascapanen hingga pengemasan dan perdagangan lintas negara.
“Kita harus tahu persaingan produk pertanian sekarang sudah lintas negara. Petani Indonesia harus kompetitif dalam keterampilan teknis, pemanfaatan model bisnis dengan manajemen modern,” kata Mentan Syahrul.
(Baca juga:Wamendag Terus Dorong Produk Desa Tembus Pasar Ekspor)
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Dedi Nursyamsi mengatakan sektor pertanian sangat strategis bagi perekonomian bangsa dan negara, sehingga Kementan bersama insan-insan pertanian mengelola dari desa hingga pusat.
“Pertanian sangat menjanjikan, hadirkan kehidupan lebih baik bagi bangsa. Hadirnya Duta Petani Milenial dan Duta Petani Andalan atau DPM dan DPA diharapkan mampu menciptakan penguatan resonansi bagi milenial lainnya berkecimpung di sektor pertanian,” tutup Dedi.
Kadek mengakui pertanian adalah bisnis masa depan yang menjanjikan, karena stabil dan berkelanjutan dalam berbagai situasi. Terbukti di tengah pandemi Covid-19, pertanian menjadi salah satu subsektor ekonomi yang menopang pertumbuhan ekonomi nasional.
(Baca juga:Perluas Pasar Ekspor, Indonesia Berpartisipasi pada Foodex Kansai 2021)
“Melihat usaha yang telah saya dan ayah saya jalankan memiliki peluang cukup tinggi. Saya memutuskan fokus menggeluti bisnis Cau Chocolate ini,” kata Kadek, DPM Kementan dan Entrepreneur Heroes BNI yang lulus kuliah S1 ekonomi dalam waktu 2,5 tahun.
Potensi kakao Indonesia sangat besar, sebagai eksportir terbesar ketiga dunia, namun pada 2017 melorot ke peringkat enam dunia akibat harga ditentukan oleh pasar global. Sementara petani tidak faham standar harga global akibat panjangnya rantai distribusi, akibatnya petani hanya menerima 70% dari standar harga global.
“Petani kesulitan menjual hasil panen ke pabrik, maka Cau Chocolate memutus rantai distribusi ini. Kini, petani menjual kakao ke koperasi lalu masuk ke Cau Chocolate. Terpotongnya rantai distribusi, membuat harga yang diterima petani naik hingga 90%,” kata Kadek, Chief Executive Officer (CEO) PT Cau Chocolate Bali.
Menurutnya, saat ini Cau Chocolate bermitra dengan 600 petani di Tabanan dan Jembrana, 200 di antaranya telah memiliki sertifikasi organik. Saat ini, Cau Chocolates merupakan satu-satunya coklat Indonesia yang meraih organik sertifikat dari badan terakreditasi pemerintah Indonesia, Amerika (USDA) dan Eropa (EU). Sertifikat yang dimiliki antara lain Organik Indonesia, Organik Eropa, Halal, GMP, BPOM dan ISO 9001:2015.
“Awalnya, Cau Chocolate fokus pasar domestik untuk oleh-oleh, tapi menurunnya wisatawan ke Bali maka kami harus mengubah strategi. Membuka pasar domestik di luar Bali dan peluang ekspor. Sebelum pandemi, produk untuk ekspor hanya 10% tapi sekarang naik hingga 60% dari total omsel,” kata Kadek.
Periode Januari - Juli 2021, Cau Chocolates mengekspor 4,2 ton olahan coklat berupa cocoa powder, NBS, butter, coconut sugar dan dark chocolate ke lima negara tujuan ekspor yakni Malaysia, Brunei, Singapura, Qatar dan Jepang dengan perolehan devisa sekitar Rp1.265 miliar.
Guna menunjang ekspor, kata Kadek, Cau Chocolates juga menjalin kerjasama dengan kementerian terkait khususnya Kementan dan memanfaatkan platform digital untuk memasarkan produk ke mancanegara.
Lihat Juga: Produk Olahan Tembus Pasar Singapura, Plt. Mentan: Indonesia Bisa Jadi Produsen Pangan Dunia
Kadek memilih mundur sebagai eksekutif muda di bank BUMN untuk alih profesi menjadi petani. Fokus awal, memutus rantai pasok kakao ke pabrik coklat yang merugikan petani. Kini, petani menjual kakao ke koperasi lalu masuk ke PT Chau Chocolate Bali sehingga petani diuntungkan dari harga jual panen yang tinggi.
(Baca juga:MRAT Perluas Pasar Ekspor ke Timur Tengah dan Rusia)
Apresiasi diberikan Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo bahwa Indonesia membutuhkan lebih banyak petani milenial. Pasalnya, sekitar 71% berusia 45 tahun ke atas sehingga dituntut adanya regenerasi petani.
Menurutnya, petani dan kelompok tani ke depan, dituntut mampu mengelola pertanian dari hulu ke hilir (on farm dan off farm) untuk mengelola pascapanen hingga pengemasan dan perdagangan lintas negara.
“Kita harus tahu persaingan produk pertanian sekarang sudah lintas negara. Petani Indonesia harus kompetitif dalam keterampilan teknis, pemanfaatan model bisnis dengan manajemen modern,” kata Mentan Syahrul.
(Baca juga:Wamendag Terus Dorong Produk Desa Tembus Pasar Ekspor)
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Dedi Nursyamsi mengatakan sektor pertanian sangat strategis bagi perekonomian bangsa dan negara, sehingga Kementan bersama insan-insan pertanian mengelola dari desa hingga pusat.
“Pertanian sangat menjanjikan, hadirkan kehidupan lebih baik bagi bangsa. Hadirnya Duta Petani Milenial dan Duta Petani Andalan atau DPM dan DPA diharapkan mampu menciptakan penguatan resonansi bagi milenial lainnya berkecimpung di sektor pertanian,” tutup Dedi.
Kadek mengakui pertanian adalah bisnis masa depan yang menjanjikan, karena stabil dan berkelanjutan dalam berbagai situasi. Terbukti di tengah pandemi Covid-19, pertanian menjadi salah satu subsektor ekonomi yang menopang pertumbuhan ekonomi nasional.
(Baca juga:Perluas Pasar Ekspor, Indonesia Berpartisipasi pada Foodex Kansai 2021)
“Melihat usaha yang telah saya dan ayah saya jalankan memiliki peluang cukup tinggi. Saya memutuskan fokus menggeluti bisnis Cau Chocolate ini,” kata Kadek, DPM Kementan dan Entrepreneur Heroes BNI yang lulus kuliah S1 ekonomi dalam waktu 2,5 tahun.
Potensi kakao Indonesia sangat besar, sebagai eksportir terbesar ketiga dunia, namun pada 2017 melorot ke peringkat enam dunia akibat harga ditentukan oleh pasar global. Sementara petani tidak faham standar harga global akibat panjangnya rantai distribusi, akibatnya petani hanya menerima 70% dari standar harga global.
“Petani kesulitan menjual hasil panen ke pabrik, maka Cau Chocolate memutus rantai distribusi ini. Kini, petani menjual kakao ke koperasi lalu masuk ke Cau Chocolate. Terpotongnya rantai distribusi, membuat harga yang diterima petani naik hingga 90%,” kata Kadek, Chief Executive Officer (CEO) PT Cau Chocolate Bali.
Menurutnya, saat ini Cau Chocolate bermitra dengan 600 petani di Tabanan dan Jembrana, 200 di antaranya telah memiliki sertifikasi organik. Saat ini, Cau Chocolates merupakan satu-satunya coklat Indonesia yang meraih organik sertifikat dari badan terakreditasi pemerintah Indonesia, Amerika (USDA) dan Eropa (EU). Sertifikat yang dimiliki antara lain Organik Indonesia, Organik Eropa, Halal, GMP, BPOM dan ISO 9001:2015.
“Awalnya, Cau Chocolate fokus pasar domestik untuk oleh-oleh, tapi menurunnya wisatawan ke Bali maka kami harus mengubah strategi. Membuka pasar domestik di luar Bali dan peluang ekspor. Sebelum pandemi, produk untuk ekspor hanya 10% tapi sekarang naik hingga 60% dari total omsel,” kata Kadek.
Periode Januari - Juli 2021, Cau Chocolates mengekspor 4,2 ton olahan coklat berupa cocoa powder, NBS, butter, coconut sugar dan dark chocolate ke lima negara tujuan ekspor yakni Malaysia, Brunei, Singapura, Qatar dan Jepang dengan perolehan devisa sekitar Rp1.265 miliar.
Guna menunjang ekspor, kata Kadek, Cau Chocolates juga menjalin kerjasama dengan kementerian terkait khususnya Kementan dan memanfaatkan platform digital untuk memasarkan produk ke mancanegara.
Lihat Juga: Produk Olahan Tembus Pasar Singapura, Plt. Mentan: Indonesia Bisa Jadi Produsen Pangan Dunia
(dar)