Inspirasi Kemerdekaan, Warteg Galieh Berkembang di Tengah Pandemi Berkat Digitalisasi
loading...
A
A
A
JAKARTA - HUT Kemerdekaan ke-76 RI menjadi momentum untuk kembali meresapi dan menghargai makna perjuangan. Bagi kalangan pengusaha, mampu bertahan dan berkompetisi di tengah hantaman pandemi Covid-19 saat ini juga merupakan perjuangan tersendiri.
Ada beragam cara yang bisa ditempuh agar bisnis terus berkembang, salah satunya melalui digitalisasi. Tak hanya usaha besar, Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) pun didorong untuk go digital, tak terkecuali usaha warung tegal (warteg).
Salah satu yang sempat menjadi sorotan adalah Warteg Galieh. Kesuksesan dalam mengembangkan pemasaran dalam digital membuat Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir tertarik untuk menyambanginya pada Rabu (11/8).
Rianto (35), sang pemilik warteg memaknai HUT kemerdekaan kali ini sebagai keberhasilan mempertahankan dan mengembangkan usahanya di tengah belenggu Covid-19, terlebih penerapan PPKM darurat yang pernah membuatnya terjebak dalam lubang ketidakpastian. Hanya ada dua pilihan, diam terbuang atau maju berkembang.
Kini Rianto menyebut dirinya telah merdeka, dalam arti berhasil menjalankan usahanya berdampingan dengan pandemi, di tengah banyaknya bisnis yang tumbang akibat gagal berkembang. Berkat digitalisasi yang diupayakan, Rianto mengaku mendapat banyak perubahan, salah satu indikasi adalah meningkatnya penjualan makanan di wartegnya.
"Bagi pedagang kecil seperti saya merdeka itu ya sudah lolos dari situasi pandemi ini, apalagi warteg Galieh ini bisa bertahan dan sudah bisa berkembang di era pandemi ini," ujarnya kepada MNC Portal, Senin (16/8/2021).
Pria kelahiran Pemalang itu menjelaskan bagaimana kondisi usahanya di tengah pandemi covid 19, khususnya di masa PPKM Darurat yang sempat membuat usahanya mengalami kemunduran. Pasalnya, sehari-hari pengunjung warteg yang berada dibilangan Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, itu paling banyak dari pkalangan ekerja di apartemen Belleza, Permata Hijau.
Ketika penerapan PPKM darurat, praktis omzet warteg turun cukup drastis. Namun, Rianto mengakalinya dengan menjajakan makanannya secara online. "Sebelum pandemi Covid-19, karyawan saya ada 6 orang, omzet harian Alhamdulillah tembus Rp4 juta per hari. Begitu ada Corona, pendapatan saya turun 75%, kisaran omzet Rp700 ribu per hari," ungkapnya.
Ada beragam cara yang bisa ditempuh agar bisnis terus berkembang, salah satunya melalui digitalisasi. Tak hanya usaha besar, Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) pun didorong untuk go digital, tak terkecuali usaha warung tegal (warteg).
Salah satu yang sempat menjadi sorotan adalah Warteg Galieh. Kesuksesan dalam mengembangkan pemasaran dalam digital membuat Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir tertarik untuk menyambanginya pada Rabu (11/8).
Baca Juga
Rianto (35), sang pemilik warteg memaknai HUT kemerdekaan kali ini sebagai keberhasilan mempertahankan dan mengembangkan usahanya di tengah belenggu Covid-19, terlebih penerapan PPKM darurat yang pernah membuatnya terjebak dalam lubang ketidakpastian. Hanya ada dua pilihan, diam terbuang atau maju berkembang.
Kini Rianto menyebut dirinya telah merdeka, dalam arti berhasil menjalankan usahanya berdampingan dengan pandemi, di tengah banyaknya bisnis yang tumbang akibat gagal berkembang. Berkat digitalisasi yang diupayakan, Rianto mengaku mendapat banyak perubahan, salah satu indikasi adalah meningkatnya penjualan makanan di wartegnya.
"Bagi pedagang kecil seperti saya merdeka itu ya sudah lolos dari situasi pandemi ini, apalagi warteg Galieh ini bisa bertahan dan sudah bisa berkembang di era pandemi ini," ujarnya kepada MNC Portal, Senin (16/8/2021).
Pria kelahiran Pemalang itu menjelaskan bagaimana kondisi usahanya di tengah pandemi covid 19, khususnya di masa PPKM Darurat yang sempat membuat usahanya mengalami kemunduran. Pasalnya, sehari-hari pengunjung warteg yang berada dibilangan Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, itu paling banyak dari pkalangan ekerja di apartemen Belleza, Permata Hijau.
Ketika penerapan PPKM darurat, praktis omzet warteg turun cukup drastis. Namun, Rianto mengakalinya dengan menjajakan makanannya secara online. "Sebelum pandemi Covid-19, karyawan saya ada 6 orang, omzet harian Alhamdulillah tembus Rp4 juta per hari. Begitu ada Corona, pendapatan saya turun 75%, kisaran omzet Rp700 ribu per hari," ungkapnya.