Taksi Terbang Listrik Hadir, Sandiaga Sebut Indonesia Pasar Potensial
loading...
A
A
A
Pengamat pariwisata Sapta Nirwandar berpendapat, untuk mengoperasikan taksi terbang di kawasan pariwisata Tanah Air harus ada kajian terlebih dahulu. Moda transportasi baru seperti taksi udara ini memang menawarkan daya tarik di wilayah wisata.
Dia mencontohkan di Maladewa atau Maldives ada sarana transportasi sea plane yang cukup popular. Moda itu digunakan karena kondisi wilayah di sana terdiri atas pulau-pulau.
“Namun, untuk di Indonesia taksi terbang harus dikaji terlebih dulu seperti apa dan segmennya apa. Juga soal harga tentu menjadi pertimbangan tersendiri,” katanya.
Kendati demikian, dia mengakui keberadaan taksi terbang akan bisa memajukan pariwisata yang mempunyai nilai tinggi. Hal itu tidak mustahil dilakukan asalkan ditata dengan baik dan bisa diterima oleh pasar.
Pengamat transportasi Djoko Setidjowarno mengatakan, mobilitas di Pulau Bali sangat tinggi. Jika ke depan taksi terbang beroperasi, maka seharusnya jangan sampai bersinggungan dengan bandara yang ada di sana.
“Wisata kan banyaknya di Bali, tapi di sana juga ada KKOP (Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan) yang ada di Bandara Ngurah Rai. Nah, itu tidak boleh bersinggungan. Jadi, harus lebih dipertimbangkan nantinya, peraturan menterinya harus jelas,” katanya.
Dia menyarankan, taksi terbang nanti harus mempunyai rute khusus seperti penerbangan udara lainnya. Djoko melihat segala hal mungkin terwujud jika melihat potensi yang ada saat ini. Hanya, yang perlu diperhatikan adalah soal keselamatan.
Perlu Inovasi
Wakil Ketua Komisi X DPR Abdul Fikri Faqih menilai, Indonesia memerlukan inovasi di sektor transportasi. Menurutnya, banyak permasalahan di sektor tersebut, mulai dari kemacetan serta minimnya moda transportasi massal yang aman dan nyaman, serta polusi menjadi ancaman.
“Sehingga opsi taksi terbang ini bisa saja dikaji untuk diterapkan di Indonesia. Sekali lagi dikaji karena banyak kebijakan publik kita dilakukan bukan berdasar kajian mendalam atau secara sainstifik lemah,” katanya kepada KORAN SINDO.
Abdul Fikri membenarkan bahwa Indonesia menjadi incaran negara produsen taksi terbang. Dia melihat ketika pandemi ini seluruh peralatan dan obat-obatan dibeli untuk pencegahan. Maka itu, juga bisa terjadi di sektor transportasi di mana nanti Indonesia menjadi pasar yang sangat empuk bagi negara produsen.
Dia mencontohkan di Maladewa atau Maldives ada sarana transportasi sea plane yang cukup popular. Moda itu digunakan karena kondisi wilayah di sana terdiri atas pulau-pulau.
“Namun, untuk di Indonesia taksi terbang harus dikaji terlebih dulu seperti apa dan segmennya apa. Juga soal harga tentu menjadi pertimbangan tersendiri,” katanya.
Kendati demikian, dia mengakui keberadaan taksi terbang akan bisa memajukan pariwisata yang mempunyai nilai tinggi. Hal itu tidak mustahil dilakukan asalkan ditata dengan baik dan bisa diterima oleh pasar.
Pengamat transportasi Djoko Setidjowarno mengatakan, mobilitas di Pulau Bali sangat tinggi. Jika ke depan taksi terbang beroperasi, maka seharusnya jangan sampai bersinggungan dengan bandara yang ada di sana.
“Wisata kan banyaknya di Bali, tapi di sana juga ada KKOP (Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan) yang ada di Bandara Ngurah Rai. Nah, itu tidak boleh bersinggungan. Jadi, harus lebih dipertimbangkan nantinya, peraturan menterinya harus jelas,” katanya.
Dia menyarankan, taksi terbang nanti harus mempunyai rute khusus seperti penerbangan udara lainnya. Djoko melihat segala hal mungkin terwujud jika melihat potensi yang ada saat ini. Hanya, yang perlu diperhatikan adalah soal keselamatan.
Perlu Inovasi
Wakil Ketua Komisi X DPR Abdul Fikri Faqih menilai, Indonesia memerlukan inovasi di sektor transportasi. Menurutnya, banyak permasalahan di sektor tersebut, mulai dari kemacetan serta minimnya moda transportasi massal yang aman dan nyaman, serta polusi menjadi ancaman.
“Sehingga opsi taksi terbang ini bisa saja dikaji untuk diterapkan di Indonesia. Sekali lagi dikaji karena banyak kebijakan publik kita dilakukan bukan berdasar kajian mendalam atau secara sainstifik lemah,” katanya kepada KORAN SINDO.
Abdul Fikri membenarkan bahwa Indonesia menjadi incaran negara produsen taksi terbang. Dia melihat ketika pandemi ini seluruh peralatan dan obat-obatan dibeli untuk pencegahan. Maka itu, juga bisa terjadi di sektor transportasi di mana nanti Indonesia menjadi pasar yang sangat empuk bagi negara produsen.