Bank-bank Afghanistan Kehabisan Dolar AS, Beberapa Terpaksa Tutup
loading...
A
A
A
Dia mengatakan bank sentral telah "melanjutkan lelang valuta asingnya untuk mengurangi depresiasi dan inflasi."
Uang Hilang
Laporan itu juga mempertanyakan keputusan bank sentral yang mengalihkan sebagian cadangan ke cabang-cabang di provinsi. Menempatkannya dalam risiko besar ketika militan Taliban makin berkuasa di seluruh negeri dari akhir 2020 menjelang kemenangan mereka.
Dikatakan sekitar USD202 juta disimpan di kantor bank cabang pada akhir 2020, nilainya besar bila dibandingkan dengan USD12,9 juta pada tahun 2019. Lalu uang tunai tersebut tidak bisa dipindahkan karena provinsi mulai jatuh ke tangan Taliban.
"Sejumlah uang dilaporkan hilang (dicuri) dari 'beberapa' cabang provinsi," kata laporan itu, tanpa merinci berapa banyak yang hilang.
Mehrabi mengatakan bank sentral sedang menyelidiki uang yang "dicuri" dari tiga kantor cabang, meski belum pasti dilakukan oleh Taliban. Dia tidak memberikan rincian lebih lanjut.
Mantan gubernur bank sentral Ajmal Ahmady, yang meninggalkan negara itu sehari setelah Kabul jatuh, belum menanggapi atas tindakannya pada beberapa bulan terakhir sebelum Taliban kembali berkuasa.
Melalui Twitter, Ahmady mengatakan bahwa dia melakukan yang terbaik untuk mengelola situasi, dan menyalahkan kekurangan uang tunai yang terjadi karena pembekuan aset bank sentral di luar negeri.
Dalam pernyataannya, dia juga mengatakan bank sentral telah mengelola ekonomi dengan baik sebelum jatuhnya Kabul ke tangan Taliban. Ia juga merasa bersalah karena meninggalkan para staf, tetapi Ia mengaku takut akan keselamatannya. Dia mengatakan tidak ada uang yang dicuri dari rekening cadangan.
Sebelumnya Bank telah mengurangi layanan dan memberlakukan batas pembayaran mingguan USD200 (Rp2,8 juta) di tengah kehabisan tabungan, dengan antrean panjang di luar cabang saat orang mencoba mendapatkan dolar AS.
Uang Hilang
Laporan itu juga mempertanyakan keputusan bank sentral yang mengalihkan sebagian cadangan ke cabang-cabang di provinsi. Menempatkannya dalam risiko besar ketika militan Taliban makin berkuasa di seluruh negeri dari akhir 2020 menjelang kemenangan mereka.
Dikatakan sekitar USD202 juta disimpan di kantor bank cabang pada akhir 2020, nilainya besar bila dibandingkan dengan USD12,9 juta pada tahun 2019. Lalu uang tunai tersebut tidak bisa dipindahkan karena provinsi mulai jatuh ke tangan Taliban.
"Sejumlah uang dilaporkan hilang (dicuri) dari 'beberapa' cabang provinsi," kata laporan itu, tanpa merinci berapa banyak yang hilang.
Mehrabi mengatakan bank sentral sedang menyelidiki uang yang "dicuri" dari tiga kantor cabang, meski belum pasti dilakukan oleh Taliban. Dia tidak memberikan rincian lebih lanjut.
Mantan gubernur bank sentral Ajmal Ahmady, yang meninggalkan negara itu sehari setelah Kabul jatuh, belum menanggapi atas tindakannya pada beberapa bulan terakhir sebelum Taliban kembali berkuasa.
Melalui Twitter, Ahmady mengatakan bahwa dia melakukan yang terbaik untuk mengelola situasi, dan menyalahkan kekurangan uang tunai yang terjadi karena pembekuan aset bank sentral di luar negeri.
Dalam pernyataannya, dia juga mengatakan bank sentral telah mengelola ekonomi dengan baik sebelum jatuhnya Kabul ke tangan Taliban. Ia juga merasa bersalah karena meninggalkan para staf, tetapi Ia mengaku takut akan keselamatannya. Dia mengatakan tidak ada uang yang dicuri dari rekening cadangan.
Sebelumnya Bank telah mengurangi layanan dan memberlakukan batas pembayaran mingguan USD200 (Rp2,8 juta) di tengah kehabisan tabungan, dengan antrean panjang di luar cabang saat orang mencoba mendapatkan dolar AS.