Gapki Serahkan Batik Sawit Nusantara ke Presiden Jokowi
loading...
A
A
A
JAKARTA - Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) menyerahkan Batik Sawit Nusantara yang merupakan hasil kolaborasi lintas generasi kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Wakil Presiden (Wapres) Ma’ruf Amin. Selain Presiden dan Wapres, Gapki juga menyerahkan 55 Batik Sawit Nusantara untuk para menteri di jajaran Kabinet Jokowi-Ma’ruf.
Wakil Ketua Gapki Togar Sitanggang mengatakan, Batik Sawit Nusantara dikerjakan dengan menggunakan fraksi padat turunan minyak kelapa sawit yang disebut palm wax sebagai malam batik. Produk ini merupakan hasil riset Gapki bekerja sama dengan OR PPT- BRIN.
Selain berbahan baku palm wax, desain Batik Sawit Nusantara sarat dengan pesan penting tentang manfaat kelapa sawit. “Pembuatan Batik Sawit Nusantara dilandasi pemikiran bahwa sawit sebagai salah satu kekayaan alam Indonesia, harus terus didengungkan manfaatnya. Di sisi lain, ada pesan hilirisasi di dalamnya,” kata Togar Sitanggang di Jakarta, Selasa (19/10/2021).
(Baca juga:Gapki Proyeksikan Ekspor Sawit Tahun Ini Capai Rp400 Triliun)
Hilirisasi sawit merupakan pesan Presiden Jokowi agar peran industri sawit dapat terus ditingkatkan serta mampu mendorong industri lain ikut berkembang. Karena sarat makna, Togar Sitanggang berharap, Batik Sawit Nusantara dapat menjadi inspirasi bagi Jokowi dan jajaran kabinetnya untuk memperkenalkan sawit Indonesia dalam berbagai forum.
Togar Sitanggang yang juga penggagas ide Batik Sawit Nusantara mengatakan, Batik Sawit Nusantara dikerjakan oleh tim perancang lintas generasi. Riset palm wax dikerjakan Indra Budi Susetyo, seorang profesional peneliti di OR PPT-BRIN dan teknik membatik dikerjakan oleh pembatik berpengalaman Wirasno.
Sementara desain batik dikerjakan Herdiyanto dan Syihan Rama Santosa. Kedua desainer ini merupakan milenial berpengalaman yang melahirkan banyak karya di industri kreatif.
(Baca juga:Gapki: Penanganan Karhutla Perlu Kolaborasi)
Menurut Herdiyanto yang bertindak sebagai brand designer, batik bermotif Ciptadira yang diberikan kepada Presiden Jokowi melambangkan gabungan kreasi dan makna kebijakan di dalamnya.
“Dira juga punya makna lain yakni singkatan dari Indonesia Raya. Pemilihan nama Ciptadira jadi simbol harapan sebuah kebijaksanaan dalam menjaga kepercayaan dan kemuliaan yang diamanatkan pada para pemimpin,” kata Anto sapaan akrab Herdiyanto.
Syhan Rama Santosa yang mendesain motif Panca Jagat untuk Wapres Ma’ruf Amin mengatakan, batik tersebut memiliki makna empat elemen dasar yakni air, udara, tanah dan api. Motif ini mengandung makna alam semesta atau Sang Hyang Agung. Itu berarti, jika alam bersuka cita, maka manusia pun ikut merasakan kebaikannya.
(Baca juga:Meski Memberatkan, Gapki Dukung Penyesuaian Pungutan Ekspor Produk Kelapa Sawit)
“Gambar kujang dan tanduk rusa di motif Panca Jagat melambangkan ide sarat makna. Ini berawal dari Bogor, kota pertama kelapa sawit ditanam di Indonesia,” jelas Syhan Rama dalam konferensi pers yang diadakan Gapki, Senin (18/10/2021).
Herdiyanto mengatakan, mendesain batik bukan hanya sekadar menggambarkan kultur budaya Indonesia lengkap dengan filosofi, tapi juga ada doa di dalamnya. “Dalam setiap goresan batik yang kami kerjakan untuk Presiden, Wapres serta jajaran kabinetnya, tersirat seuntai doa dari rakyat Indonesia, terutama mereka yang hidup dan berjuang di industri sawit.”
Herdiyanto dan Syhan Rama yang punya segudang pengalaman di industri kreatif menilai, batik dan sawit punya banyak kesamaan. Keduanya bercerita tentang peluh dan perjuangan bangsa Indonesia.
Batik adalah perjalanan panjang budaya Indonesia sejak zaman Belanda yang akhirnya diakui dunia melalui Unesco tahun 2009. Sementara itu, sawit merupakan sejarah pertumbuhan ekonomi Indonesia yang mampu menyelamatkan Indonesia dari keterpurukan ekonomi.
Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai kolobarasi Lintas Generasi Batik Sawit Nusantara bisa dilihat di https://www.batiksawitnusantara.id/.
Wirasno perajin batik yang telah berkecimpung lebih dari 20 tahun mengatakan, penggunaan palm wax mampu mengimbangi paraffin dalam menghasilkan warna. “Hasil pewarnaan lebih tajam dan cerah karena tahan terhadap larutan alkali dan asam akibat zat pewarna sintesis,” kata pembatik yang telah melahirkan banyak mahakarya seni lukis batik tersebut.
(Baca juga:Gapki Sebut Permintaan Sawit Masih Tinggi di Tengah Pandemi)
Canting Wira sapaan Wirasno mengatakan, ke depan penggunaan palm wax sebagai malam batik lebih terjamin karena tidak perlu mengandalkan pasokan impor. Selain pasokannya mudah, inovasi yang dikembangkan BRIN akan memberi banyak perbaikan kualitas serta ada pesan Go Green dan Go Sustainability di dalammya.
Sementara itu, Direktur Utama BPPDKS Eddy Abdurrachman mengatakan, pihaknya berkomitmen untuk mengembangkan kemitraaan dengan UMKM Batik Sawit Nusantara terutama di provinsi yang menjadi sentra sawit di Indonesia.
Saat ini, batik tidak hanya berkembang di Jawa, bahkan telah menyebar hingga ke Sumatera. “Karena keanekaragaman budaya, kami berharap desain dan corak batik karya anak bangsa akan lebih kaya sesuai dengan kearifan lokal. BPDPKS berkomitmen untuk mengembangkan UMKM Batik Sawit Nusantara di seluruh daerah di Indonesia,” kata dia.
Wakil Ketua Gapki Togar Sitanggang mengatakan, Batik Sawit Nusantara dikerjakan dengan menggunakan fraksi padat turunan minyak kelapa sawit yang disebut palm wax sebagai malam batik. Produk ini merupakan hasil riset Gapki bekerja sama dengan OR PPT- BRIN.
Selain berbahan baku palm wax, desain Batik Sawit Nusantara sarat dengan pesan penting tentang manfaat kelapa sawit. “Pembuatan Batik Sawit Nusantara dilandasi pemikiran bahwa sawit sebagai salah satu kekayaan alam Indonesia, harus terus didengungkan manfaatnya. Di sisi lain, ada pesan hilirisasi di dalamnya,” kata Togar Sitanggang di Jakarta, Selasa (19/10/2021).
(Baca juga:Gapki Proyeksikan Ekspor Sawit Tahun Ini Capai Rp400 Triliun)
Hilirisasi sawit merupakan pesan Presiden Jokowi agar peran industri sawit dapat terus ditingkatkan serta mampu mendorong industri lain ikut berkembang. Karena sarat makna, Togar Sitanggang berharap, Batik Sawit Nusantara dapat menjadi inspirasi bagi Jokowi dan jajaran kabinetnya untuk memperkenalkan sawit Indonesia dalam berbagai forum.
Togar Sitanggang yang juga penggagas ide Batik Sawit Nusantara mengatakan, Batik Sawit Nusantara dikerjakan oleh tim perancang lintas generasi. Riset palm wax dikerjakan Indra Budi Susetyo, seorang profesional peneliti di OR PPT-BRIN dan teknik membatik dikerjakan oleh pembatik berpengalaman Wirasno.
Sementara desain batik dikerjakan Herdiyanto dan Syihan Rama Santosa. Kedua desainer ini merupakan milenial berpengalaman yang melahirkan banyak karya di industri kreatif.
(Baca juga:Gapki: Penanganan Karhutla Perlu Kolaborasi)
Menurut Herdiyanto yang bertindak sebagai brand designer, batik bermotif Ciptadira yang diberikan kepada Presiden Jokowi melambangkan gabungan kreasi dan makna kebijakan di dalamnya.
“Dira juga punya makna lain yakni singkatan dari Indonesia Raya. Pemilihan nama Ciptadira jadi simbol harapan sebuah kebijaksanaan dalam menjaga kepercayaan dan kemuliaan yang diamanatkan pada para pemimpin,” kata Anto sapaan akrab Herdiyanto.
Syhan Rama Santosa yang mendesain motif Panca Jagat untuk Wapres Ma’ruf Amin mengatakan, batik tersebut memiliki makna empat elemen dasar yakni air, udara, tanah dan api. Motif ini mengandung makna alam semesta atau Sang Hyang Agung. Itu berarti, jika alam bersuka cita, maka manusia pun ikut merasakan kebaikannya.
(Baca juga:Meski Memberatkan, Gapki Dukung Penyesuaian Pungutan Ekspor Produk Kelapa Sawit)
“Gambar kujang dan tanduk rusa di motif Panca Jagat melambangkan ide sarat makna. Ini berawal dari Bogor, kota pertama kelapa sawit ditanam di Indonesia,” jelas Syhan Rama dalam konferensi pers yang diadakan Gapki, Senin (18/10/2021).
Herdiyanto mengatakan, mendesain batik bukan hanya sekadar menggambarkan kultur budaya Indonesia lengkap dengan filosofi, tapi juga ada doa di dalamnya. “Dalam setiap goresan batik yang kami kerjakan untuk Presiden, Wapres serta jajaran kabinetnya, tersirat seuntai doa dari rakyat Indonesia, terutama mereka yang hidup dan berjuang di industri sawit.”
Herdiyanto dan Syhan Rama yang punya segudang pengalaman di industri kreatif menilai, batik dan sawit punya banyak kesamaan. Keduanya bercerita tentang peluh dan perjuangan bangsa Indonesia.
Batik adalah perjalanan panjang budaya Indonesia sejak zaman Belanda yang akhirnya diakui dunia melalui Unesco tahun 2009. Sementara itu, sawit merupakan sejarah pertumbuhan ekonomi Indonesia yang mampu menyelamatkan Indonesia dari keterpurukan ekonomi.
Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai kolobarasi Lintas Generasi Batik Sawit Nusantara bisa dilihat di https://www.batiksawitnusantara.id/.
Wirasno perajin batik yang telah berkecimpung lebih dari 20 tahun mengatakan, penggunaan palm wax mampu mengimbangi paraffin dalam menghasilkan warna. “Hasil pewarnaan lebih tajam dan cerah karena tahan terhadap larutan alkali dan asam akibat zat pewarna sintesis,” kata pembatik yang telah melahirkan banyak mahakarya seni lukis batik tersebut.
(Baca juga:Gapki Sebut Permintaan Sawit Masih Tinggi di Tengah Pandemi)
Canting Wira sapaan Wirasno mengatakan, ke depan penggunaan palm wax sebagai malam batik lebih terjamin karena tidak perlu mengandalkan pasokan impor. Selain pasokannya mudah, inovasi yang dikembangkan BRIN akan memberi banyak perbaikan kualitas serta ada pesan Go Green dan Go Sustainability di dalammya.
Sementara itu, Direktur Utama BPPDKS Eddy Abdurrachman mengatakan, pihaknya berkomitmen untuk mengembangkan kemitraaan dengan UMKM Batik Sawit Nusantara terutama di provinsi yang menjadi sentra sawit di Indonesia.
Saat ini, batik tidak hanya berkembang di Jawa, bahkan telah menyebar hingga ke Sumatera. “Karena keanekaragaman budaya, kami berharap desain dan corak batik karya anak bangsa akan lebih kaya sesuai dengan kearifan lokal. BPDPKS berkomitmen untuk mengembangkan UMKM Batik Sawit Nusantara di seluruh daerah di Indonesia,” kata dia.
(dar)