Warning IMF: Indonesia Perlu Waspada Risiko Utang dan Lonjakan Inflasi

Kamis, 28 Oktober 2021 - 12:55 WIB
loading...
Warning IMF: Indonesia Perlu Waspada Risiko Utang dan Lonjakan Inflasi
IMF memperingkatkan negara-negara di dunia termasuk Indonesia untuk waspada lonjakan inflasi dan tingkat risiko utang. FOTO/REUTERS
A A A
JAKARTA - Dana Moneter Internasional (IMF) memperingkatkan negara-negara di dunia termasuk Indonesia untuk waspada lonjakan inflasi dan tingkat risiko utang yang diperkirakan bakal tumbuh sejalan dengan pemulihan ekonomi global.

"Pemulihan global sedang berlangsung di tengah prospek yang tidak merata dan berisiko terjadi penurunan yang substansial," tulis IMF dalam laporan G-20 terkait Prospek Pertumbuhan yang Kuat, Berkelanjutan, Seimbang, dan Inklusif, dilansir Anadolu Agency, Kamis (27/10/2021).



Secara khusus, IMF mewanti-wanti agar bisa mengontrol tingkat utang yang diambil mengingat perubahan iklim bisa mengancam pertumbuhan dan berpotensi merenggut mata pencaharian warga. Di samping itu, lembaga perekonomian global itu juga meminta agar penyebaran vaksin dapat merata di seluruh penjuru negara, agar tidak menghambat dan membebani ekonomi yang disebabkan oleh krisis corona.

"Saat ini varian virus baru terus menyebar, tetapi akses ketersediaan vaksin masih tertinggal di banyak negara miskin. Ini dapat menghambat pemulihan dan membebani prospek ekonomi, termasuk peningkatan pengangguran yang disebabkan oleh krisis," lanjutnya.

Mengantisipasi potensi penurunan ekonomi dunia, IMF mendesak negara-negara G-20 untuk segera mengambil tindakan bersama dalam mendukung pemulihan ekonomi mengingat sebentar lagi akan ada pertemuan G-20 di Roma, Italia pada 30-31 Oktober 2021.

Sejumlah rekomendasi IMF di antaranya: mengurangi kesenjangan pembiayaan dan berbagi vaksin Covid-19 untuk mengakhiri pandemi, memberikan bantuan keuangan kepada negara-negara berkembang, serta berkomitmen untuk mendukung program bebas emisi pada 2050 mendatang.



Belakangan ini IMF memangkas proyeksi pertumbuhan global menjadi 5,9% pada 2021. Beberapa aspek memengaruhi perubahan proyeksi tersebut seperti isu gangguan persediaan di negara-negara maju serta sempat memburuknya kasus Covid-19 di negara berkembang akibat varian delta.

Dua negara dengan ekonomi terbesar dunia, yakni Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok, juga mendapatkan revisi ke bawah untuk outlook pertumbuhannya. Ekonomi AS diproyeksikan tumbuh 6,0% di 2021, sementara Tiongkok tumbuh 8,0%
(nng)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1813 seconds (0.1#10.140)