Korsel Kelangkaan Pupuk, Erick Thohir Wanti-wanti Soal Global Shock

Selasa, 23 November 2021 - 21:37 WIB
loading...
Korsel Kelangkaan Pupuk, Erick Thohir Wanti-wanti Soal Global Shock
Menteri BUMN Erick Thohir mengingatkan, Indonesia harus bersiap menghadapi Global Shock saat ini. Dimana harga komoditas meningkat secara besar-besaran imbas dari kondisi Pandemi. Foto/Dok
A A A
JAKARTA - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengingatkan, Indonesia harus bersiap menghadapi Global Shock saat ini. Dimana harga komoditas meningkat secara besar-besaran imbas dari kondisi Pandemi .

Ia menceritakan, Otoritas Korea Selatan (Korsel) meminta pemerintah Indonesia segera melakukan ekspor pupuk urea ke negara mereka. Permintaan tersebut menyusul adanya kelangkaan pupuk yang terjadi di negara setempat.



Kabar tersebut disampaikan Menteri BUMN Erick Thohir setelah dirinya melakukan pertemuan dengan pihak Kedutaan Besar Korea Selatan untuk Indonesia.

"Kemarin, saya baru saja rapat dengan Dubes Korea, dimana, untuk pertama kalinya juga, Korea kekurangan urea untuk industri. Minta kita ekspor ke sana dan ini hal-hal yang terjadi pada saat ini," ujar Menteri Erick Thohir, Selasa (23/11/2021).

Saat ini telah terjadi global shock yang menyebabkan kenaikan harga komoditas secara besar-besaran. Sementara itu Erick Thohir juga mencatat, pelemahan ekonomi akibat pandemi Covid-19 berimbas pada penurunan demand sejumlah komoditas.

Penurunan demand seperti, bahan baku industri, produk jadi industri (otomotif dan elektronik), barang impor dan ekspor, hingga pertambangan. Karena itu, Indonesia patut mengantisipasi dampak global shock terhadap ekonomi nasional.

"Dan tentu hal ini ada tekanan di atas, maka ada global shock, harga komoditas semakin tinggi, ini yang perlu kita antisipasi. Jangan sampai kita tidak siap, akhirnya kita mendapatkan shock yang terjadi hari ini," katanya.



Selain itu Erick Thohir juga mencatat dua tekanan lain terhadap industri logistik di Indonesia. Pertama, kerentanan rantai pasok global. Tekanan ini terkait dengan kurangnya jumlah container, keterlambatan pengiriman barang, hingga gap antara permintaan dan penawaran.

Lalu, kebijakan perdagangan global yang dikaitkan atas sikap proteksionisme sejumlah negara, perang dagang dan harga, hingga adanya peningkatan pajak.
(akr)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1801 seconds (0.1#10.140)