Isu Maraknya TKA China di Industri Smelter Nikel, Jubir Luhut: Jangan Maunya Serba Instan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Juru Bicara (Jubir) Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan , Jodi Mahardi menanggapi tudingan anggota Komisi VII DPR atas banyaknya Tenaga Kerja Asing (TKA) asal China di industri Smelter Nikel.
Menurut Jodi, sejak awal pemerintah memiliki peta jalan atau roadmap untuk komoditas mineral nikel, di mana Indonesia sebelumnya tidak pernah memiliki pabrik pemurnian nikel seperti saat ini.
“Selama puluhan tahun kita tidak pernah memiliki yang namanya pabrik pemurnian nikel seperti sekarang, kita cuma ekspor terus bahan mentahnya. Terus kita baru mulai beberapa tahun terakhir sejak dipimpin Presiden Jokowi. Bagaimana bisa kita langsung mau punya pabrik mobil listrik? Kan tidak bisa seperti itu cara berpikirnya,” kata Jodi saat dihubungi MNC Portal Indonesia (MPI), Kamis (25/11/2021).
Jodi menegaskan, semua harus disiapkan dan dilakukan secara bertahap sehingga jangan sampai bangsa Indonesia memilikinya secara instan. “Jangan kita jadi bangsa yang maunya semua instan. Beberapa tahun terakhir kita masih fokus pada peningkatan produksi stainless steel dari hasil pengolahan nikel tersebut, sambil secara bertahap menyiapkan semua kebutuhan untuk pembangunan pabrik komponen baterai, sampai nantinya kita harapkan bisa masuk ke pengembangan ekosistem mobil listrik,” bebernya.
Dengan demikian, Jodi menilai butuh waktu untuk sampai kepada tahap pengembangan ekosistem mobil listrik. “Kita juga terus mendorong pendirian politeknik di berbagai kawasan industri sebagai bagian dari komitmen melakukan transfer teknologi,” tambahnya.
Jodi menyebut untuk mewujudkan apa yang menjadi visi di Indonesia, semua butuh kerja dan waktu yang tidak sebentar. “Belum lagi dengan segala keterbatasan seperti tenaga kerja terlatih dan terampil di sekitar lokasi yang memang harus kita akui saat ini masih kurang karena di era-era yang dulu memang penyiapan tenaga kerja yang dibutuhkan belum menjadi perhatian serius,” pungkasnya.
Menurut Jodi, sejak awal pemerintah memiliki peta jalan atau roadmap untuk komoditas mineral nikel, di mana Indonesia sebelumnya tidak pernah memiliki pabrik pemurnian nikel seperti saat ini.
“Selama puluhan tahun kita tidak pernah memiliki yang namanya pabrik pemurnian nikel seperti sekarang, kita cuma ekspor terus bahan mentahnya. Terus kita baru mulai beberapa tahun terakhir sejak dipimpin Presiden Jokowi. Bagaimana bisa kita langsung mau punya pabrik mobil listrik? Kan tidak bisa seperti itu cara berpikirnya,” kata Jodi saat dihubungi MNC Portal Indonesia (MPI), Kamis (25/11/2021).
Jodi menegaskan, semua harus disiapkan dan dilakukan secara bertahap sehingga jangan sampai bangsa Indonesia memilikinya secara instan. “Jangan kita jadi bangsa yang maunya semua instan. Beberapa tahun terakhir kita masih fokus pada peningkatan produksi stainless steel dari hasil pengolahan nikel tersebut, sambil secara bertahap menyiapkan semua kebutuhan untuk pembangunan pabrik komponen baterai, sampai nantinya kita harapkan bisa masuk ke pengembangan ekosistem mobil listrik,” bebernya.
Dengan demikian, Jodi menilai butuh waktu untuk sampai kepada tahap pengembangan ekosistem mobil listrik. “Kita juga terus mendorong pendirian politeknik di berbagai kawasan industri sebagai bagian dari komitmen melakukan transfer teknologi,” tambahnya.
Jodi menyebut untuk mewujudkan apa yang menjadi visi di Indonesia, semua butuh kerja dan waktu yang tidak sebentar. “Belum lagi dengan segala keterbatasan seperti tenaga kerja terlatih dan terampil di sekitar lokasi yang memang harus kita akui saat ini masih kurang karena di era-era yang dulu memang penyiapan tenaga kerja yang dibutuhkan belum menjadi perhatian serius,” pungkasnya.
(ind)