Winning in The New Normal
loading...
A
A
A
Contohnya, sebagian resto dan hotel saat ini mengubah model bisnisnya menjadi food delivery services ketika sudah tidak ada lagi tamu yang datang. Es Teller 77 menutup beberapa gerai dan beralih menjual produk frozen food. Atau, yang lebih ekstrem, Mal Lippo Mampang Plaza melakukan survival innovation dengan mengubah mal dan apartemen menjadi rumah sakit untuk penderita Covid-19.
Kondisi krisis pandemi saat ini bisa saya sepadankan dengan arena balap MotoGP atau Formula 1. Di sirkuit balap, kebanyakan pembalap menyalip lawannya bukanlah di lintasan lurus, tapi di tikungan. Nah, kondisi krisis saat ini saya gambarkan sebagai lintasan balap yang menikung karena medannya lebih sulit, berat, tapi challenging. (Lihat Infografis: Tujuh Tari Tradisional Asal Indonesia yang Mendunia)
Seperti di lintasan balap, di bisnis menyalip pesaing yang paling mudah adalah di situasi yang gonjang-ganjing, disuptif, chaotic, discontinue, dan uncertain seperti krisis pandemi saat ini. Justru kita lebih sulit mengungguli pesaing dalam kondisi yang normal dan mapan.
Karena itu, memasuki new normal saat ini adalah momentum yang paling tepat bagi kita untuk “menyalip di tikungan” dengan melakukan inovasi. Inovasi ini kita ciptakan dengan memanfaatkan perubahan-perubahan yang terjadi selama transisi menuju terbentuknya kenormalan baru.
Kita bisa melihat gelas yang setengah terisi air dalam dua perspektif: setengah kosong atau sebaliknya, setengah penuh. Setengah kosong artinya pesimistis. Sementara setengah penuh optimistis.
Begitupun new normal kali ini kita bisa melihatnya secara pesimistis atau optimistis. Kalau pesimistis, kita akan melihat new normal sebagai bencana yang membuat kita tak berdaya. Sebaliknya, kita juga bisa melihatnya sebagai sebuah sinar terang benderang yang memunculkan sejuta peluang. Kita akan menjadi pemenang dengan new normal. (Lihat Videonya: Pewarta Foto: Merekam Sejarah Mengabadikan Sebuah Perjuangan)
Yang satu namanya loser mentality. Sementara yang kedua winning mentality. Welcome new normal. Be a winner.
Kondisi krisis pandemi saat ini bisa saya sepadankan dengan arena balap MotoGP atau Formula 1. Di sirkuit balap, kebanyakan pembalap menyalip lawannya bukanlah di lintasan lurus, tapi di tikungan. Nah, kondisi krisis saat ini saya gambarkan sebagai lintasan balap yang menikung karena medannya lebih sulit, berat, tapi challenging. (Lihat Infografis: Tujuh Tari Tradisional Asal Indonesia yang Mendunia)
Seperti di lintasan balap, di bisnis menyalip pesaing yang paling mudah adalah di situasi yang gonjang-ganjing, disuptif, chaotic, discontinue, dan uncertain seperti krisis pandemi saat ini. Justru kita lebih sulit mengungguli pesaing dalam kondisi yang normal dan mapan.
Karena itu, memasuki new normal saat ini adalah momentum yang paling tepat bagi kita untuk “menyalip di tikungan” dengan melakukan inovasi. Inovasi ini kita ciptakan dengan memanfaatkan perubahan-perubahan yang terjadi selama transisi menuju terbentuknya kenormalan baru.
Kita bisa melihat gelas yang setengah terisi air dalam dua perspektif: setengah kosong atau sebaliknya, setengah penuh. Setengah kosong artinya pesimistis. Sementara setengah penuh optimistis.
Begitupun new normal kali ini kita bisa melihatnya secara pesimistis atau optimistis. Kalau pesimistis, kita akan melihat new normal sebagai bencana yang membuat kita tak berdaya. Sebaliknya, kita juga bisa melihatnya sebagai sebuah sinar terang benderang yang memunculkan sejuta peluang. Kita akan menjadi pemenang dengan new normal. (Lihat Videonya: Pewarta Foto: Merekam Sejarah Mengabadikan Sebuah Perjuangan)
Yang satu namanya loser mentality. Sementara yang kedua winning mentality. Welcome new normal. Be a winner.
(ysw)