Menakar Kesiapan Industri Petrokimia Menuju Industri Hijau
loading...
A
A
A
Selain itu, Langkah lain yang telah dilakukan PKT adalah reaktivasi pabrik urea Proyek Optimasi Kaltim (POPKA-2) yang berpotensi mengurangi emisi 3,4% atau sebesar 145.408 ton CO2 per tahun, juga menyiapkan kapasitas penyimpanan carbon storage sebesar 130 MM ton CO2 atau sekitar 21% dari total potensi penyimpanan karbon di Indonesia.
Selain upaya inovasi yang dilakukan perusahaan, PKT juga secara aktif turut mengembangkan keterlibatan masyarakat sekitar melalui kehutanan dengan mengajak mereka untuk menanam tanaman yang mampu menyerap lebih banyak CO2 seperti mangrove, matoa, mahoni, durian, dan lainnya secara bersama-sama. Selain dapat mengurangi gas emisi karbon, dengan adanya kegiatan ini pun mampu memberikan nilai tambah dengan memanfaatkannya menjadi produk lain seperti kosmetik, makanan, dan lainnya.
“Kami mengembangkan budaya ramah lingkungan sebagai bagian dari program Environment, Social, and Governance (ESG) perusahaan. Kedepannya, PKT menargetkan untuk menanam 50,000 jenis pohon/tahun yang diantaranya merupakan tanaman mangrove yang mampu menyerap karbon hingga 37,500 ton per tahun,” jelas Rahmad.
Diungkapkan juga olehnya program penanaman ini pun nantinya akan terus berekspansi ke wilayah yang lebih luas agar carbon capture atau storage secara biologis tidak hanya terfokus di satu tempat. Dengan demikian, tidak hanya serapan karbon emisinya, tapi keuntungan bagi masyarakat pun dapat tercapai
Dalam diskusi publik tersebut, setidaknya terdapat tiga (3) upaya yang dapat dilakukan sektor industri guna menurunkan gas emisi, tidak terkecuali bagi industri petrokimia, yang diantaranya:
Pemanfaatan teknologi rendah karbon
Implementasi teknologi rendah karbon mampu mengurangi jumlah gas buangan dalam proses produksi, diantaranya melalui teknologi penangkapan dan penyimpanan karbon atau Carbon Capture and Storage (CCS).
Sebagaimana yang disampaikan Muhammad Khayam, Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Kementerian Perindustrian dalam webinar diskusi publik (28/01), pemerintah mulai mendorong penggunaan teknologi rendah karbon bagi pelaku industri serta pemerintah juga perlu memberikan insentif bagi industri untuk melakukan transformasi tersebut. Meskipun teknologi ini memerlukan biaya yang tidak sedikit, tetapi patut dilakukan untuk mengurangi jumlah gas emisi karbon.
Menerapkan program industri hijau secara keseluruhan
Selain upaya inovasi yang dilakukan perusahaan, PKT juga secara aktif turut mengembangkan keterlibatan masyarakat sekitar melalui kehutanan dengan mengajak mereka untuk menanam tanaman yang mampu menyerap lebih banyak CO2 seperti mangrove, matoa, mahoni, durian, dan lainnya secara bersama-sama. Selain dapat mengurangi gas emisi karbon, dengan adanya kegiatan ini pun mampu memberikan nilai tambah dengan memanfaatkannya menjadi produk lain seperti kosmetik, makanan, dan lainnya.
“Kami mengembangkan budaya ramah lingkungan sebagai bagian dari program Environment, Social, and Governance (ESG) perusahaan. Kedepannya, PKT menargetkan untuk menanam 50,000 jenis pohon/tahun yang diantaranya merupakan tanaman mangrove yang mampu menyerap karbon hingga 37,500 ton per tahun,” jelas Rahmad.
Diungkapkan juga olehnya program penanaman ini pun nantinya akan terus berekspansi ke wilayah yang lebih luas agar carbon capture atau storage secara biologis tidak hanya terfokus di satu tempat. Dengan demikian, tidak hanya serapan karbon emisinya, tapi keuntungan bagi masyarakat pun dapat tercapai
Dalam diskusi publik tersebut, setidaknya terdapat tiga (3) upaya yang dapat dilakukan sektor industri guna menurunkan gas emisi, tidak terkecuali bagi industri petrokimia, yang diantaranya:
Pemanfaatan teknologi rendah karbon
Implementasi teknologi rendah karbon mampu mengurangi jumlah gas buangan dalam proses produksi, diantaranya melalui teknologi penangkapan dan penyimpanan karbon atau Carbon Capture and Storage (CCS).
Sebagaimana yang disampaikan Muhammad Khayam, Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Kementerian Perindustrian dalam webinar diskusi publik (28/01), pemerintah mulai mendorong penggunaan teknologi rendah karbon bagi pelaku industri serta pemerintah juga perlu memberikan insentif bagi industri untuk melakukan transformasi tersebut. Meskipun teknologi ini memerlukan biaya yang tidak sedikit, tetapi patut dilakukan untuk mengurangi jumlah gas emisi karbon.
Menerapkan program industri hijau secara keseluruhan