Produksi Kedelai Lokal Harus Ditingkatkan
loading...
A
A
A
Mengenai kosongnya tahu tempe ini, Sahat mengaku sudah mengetahui sejak sehari sebelumnya. Karena itu, dia pun memutuskan tidak menjual tempe. Di sisi lain, dia juga menginformasikan kepada para pembeli tentang persoalan yang terjadi.
“Yang datang hari ini banyak menanyakan tempe, tetapi ada juga yang setelah kami berikan informasi mereka langsunh beli yang biasanya dua papan jadi empat papan untuk persediaan,” tuturnya.
Santi, salah seorang pembeli mengaku sangat kehilangan dengan tidak adanya tempe dan tahu di pasaran. Dua makanan tersebut menjadi menu yang hampir tiap hari ada di rumahnya.
“Jadi bingung ya karena kan biasanya selalu ada tahu atau tempe kalau masak. Murah meriah dan anak-anak juga suka kebetulan tahu,” katanya.
Dia berharap agar kondisi ini dapat segera teratasi sehingga ibu rumah tangga seperti dirinya tidak kebingungan. Menurutnya tahu dan tempe menjadi andalan dirinya untuk menyajikan makanan untuk keluarga terutama saat tengah bulan. “Kalau kayak sekarang nih belum gajian kan biasanya lauknya tahu atau tempe. Nah sekarang ngga ada jadi bingung. Mau beli ayam atau ikan kan harganya lebih mahal dibanding tahu tempe,” pungkasnya.
Sementara itu, Wakil Ketua Komisi IV DPR Dedi Mulyadi menyatakan, langka dan tingginya harga kedelai di pasaran harus menjadi perhatian serius dan segera diatasi pemerintah. Menurut Dedi, dalam jangka panjang maka pemerintah harus terus mendorong agar jumlah produksi kedelai di dalam negeri ditingkatkan. Sedangkan untuk jangka pendek, kata dia, pemerintah harus menyiapkan ketersediaan kedelai sesuai dengan kebutuhan pasar dengan melakukan intervensi.
"Karena ini (kedelai) adalah sebuah kebutuhan mendasar dari pangan rakyat," tegas Dedi melalui keterangan tertulis, di Jakarta, Senin (21/2).
Ketua Bidang Pertanian dan Perkebunan DPP Partai Golkar ini menekankan, Kementerian Perdagangan (Kemendag) dan Kementerian Pertanian (Kementan) pun harus berperan aktif mengatasi permasalahan ini. Bagi Kemendag, tutur Dedi, perlu segera melakukan langkah-langkah guna mendorong ketersediaan kedelai di pasaran dan menstabilkan harga.
Menurut dia, yang paling penting pula adalah mendongkrak produksi kedelai di dalam negeri. Bagi Dedi, ketika harga stabil dan kedelai tersedia, maka akan memudahkan masyarakat mendapatkan komoditas ini di pasaran.
"Kedelai di kita memiliki kualitas baik, dan itu rasanya enak dibanding yang impor. Tapi, sering kali untuk kepentingan tempe kurang diminati karena ukurannya dianggap kecil dibanding impor yang ukurannya besar. Itu yang mendorong pedagang menyukai kedelai impor," ujarnya.
Dedi menggariskan, khusus untuk Kementan maka harus segera membuat perencanaan agar kedelai dapat diproduksi di Tanah Air. Perencanaan ini mencakup penanaman serentak, penyediaan lahan, bibit unggul yang sesuai kebutuhan pasar Indonesia, tenaga pendamping, hingga sejumlah alat produksi pascapanen. Dia menjelaskan, pascapanen jelas harus ada mesin pemanas dan mesin pemilahnya. Bahkan kata dia, kalau perlu disediakan karung kedelai bagi para petani.
“Yang datang hari ini banyak menanyakan tempe, tetapi ada juga yang setelah kami berikan informasi mereka langsunh beli yang biasanya dua papan jadi empat papan untuk persediaan,” tuturnya.
Santi, salah seorang pembeli mengaku sangat kehilangan dengan tidak adanya tempe dan tahu di pasaran. Dua makanan tersebut menjadi menu yang hampir tiap hari ada di rumahnya.
“Jadi bingung ya karena kan biasanya selalu ada tahu atau tempe kalau masak. Murah meriah dan anak-anak juga suka kebetulan tahu,” katanya.
Dia berharap agar kondisi ini dapat segera teratasi sehingga ibu rumah tangga seperti dirinya tidak kebingungan. Menurutnya tahu dan tempe menjadi andalan dirinya untuk menyajikan makanan untuk keluarga terutama saat tengah bulan. “Kalau kayak sekarang nih belum gajian kan biasanya lauknya tahu atau tempe. Nah sekarang ngga ada jadi bingung. Mau beli ayam atau ikan kan harganya lebih mahal dibanding tahu tempe,” pungkasnya.
Sementara itu, Wakil Ketua Komisi IV DPR Dedi Mulyadi menyatakan, langka dan tingginya harga kedelai di pasaran harus menjadi perhatian serius dan segera diatasi pemerintah. Menurut Dedi, dalam jangka panjang maka pemerintah harus terus mendorong agar jumlah produksi kedelai di dalam negeri ditingkatkan. Sedangkan untuk jangka pendek, kata dia, pemerintah harus menyiapkan ketersediaan kedelai sesuai dengan kebutuhan pasar dengan melakukan intervensi.
"Karena ini (kedelai) adalah sebuah kebutuhan mendasar dari pangan rakyat," tegas Dedi melalui keterangan tertulis, di Jakarta, Senin (21/2).
Ketua Bidang Pertanian dan Perkebunan DPP Partai Golkar ini menekankan, Kementerian Perdagangan (Kemendag) dan Kementerian Pertanian (Kementan) pun harus berperan aktif mengatasi permasalahan ini. Bagi Kemendag, tutur Dedi, perlu segera melakukan langkah-langkah guna mendorong ketersediaan kedelai di pasaran dan menstabilkan harga.
Menurut dia, yang paling penting pula adalah mendongkrak produksi kedelai di dalam negeri. Bagi Dedi, ketika harga stabil dan kedelai tersedia, maka akan memudahkan masyarakat mendapatkan komoditas ini di pasaran.
"Kedelai di kita memiliki kualitas baik, dan itu rasanya enak dibanding yang impor. Tapi, sering kali untuk kepentingan tempe kurang diminati karena ukurannya dianggap kecil dibanding impor yang ukurannya besar. Itu yang mendorong pedagang menyukai kedelai impor," ujarnya.
Dedi menggariskan, khusus untuk Kementan maka harus segera membuat perencanaan agar kedelai dapat diproduksi di Tanah Air. Perencanaan ini mencakup penanaman serentak, penyediaan lahan, bibit unggul yang sesuai kebutuhan pasar Indonesia, tenaga pendamping, hingga sejumlah alat produksi pascapanen. Dia menjelaskan, pascapanen jelas harus ada mesin pemanas dan mesin pemilahnya. Bahkan kata dia, kalau perlu disediakan karung kedelai bagi para petani.