Gubernur Bank Sentral Ukraina Minta Sanksi ke Rusia Ditambah, Ini Daftarnya
loading...
A
A
A
KIEV - Gubernur Bank Sentral Ukraina, Kyrylo Shevchenko yang berada di lokasi rahasia telah meminta agar sanksi ekonomi dan keuangan terhadap Rusia terus ditambah. Meski menyambut baik sanksi keuangan yang sudah diberlakukan oleh masyarakat internasional, namun Ia meminta agar 'hukuman' bagi Rusia diperluas ke setiap sudut ekonomi Vladimir Putin.
Seperti diketahui negara-negara Barat telah melayangkan beragam sanksi terhadap Rusia, dimana yang terbaru Amerika Serikat (AS) memberlakukan embargo minyak dari Moskow. Namun sepertinya Kyrylo Shevchenko belum puas, berikut daftar sanksi tambahan yang diminta olehnya agar dijatuhkan kepada Rusia:
- Platform data perdagangan dan keuangan Refinitiv dan Bloomberg diminta untuk menghentikan akses bagi klien asal Rusia dan Belarusia.
- AS dan Uni Eropa disarankan agar menginstruksikan bank mereka untuk memutuskan hubungan dengan bank-bank Rusia.
- Organisasi bank sentral, Bank for International Settlements harus mengusir bank sentral Rusia.
- Dana Moneter Internasional (IMF) diminta untuk menangguhkan Rusia dan Belarus dari daftar pertemuan selanjutnya. Lalu memblokir akses mereka (Rusia dan Belarus) ke aset yang dikeluarkan oleh IMF atau yang disebut Special Drawing Rights, "karena dana ini dapat digunakan untuk membiayai aksi militer terhadap negara kita (Ukraina)," ujar Shevchenko.
- Sistem pembayaran kartu UnionPay China (mirip dengan Mastercard dan Visa) diminta berhenti melayani kartu pembayaran yang dikeluarkan oleh bank-bank Rusia.
- Armenia, Kazakhstan, Kirgistan, Tajikistan, Turki dan Vietnam juga diminta agar memblokir sistem pembayaran Rusia, Mir.
- Operator transfer uang internasional Western Union menghentikan pengiriman uang tunai ke bank-bank Rusia dan Belarusia.
"Kami sudah melihat efek (sanksi) pada sistem keuangan agresor, tetapi kami masih menunggu lebih banyak yang harus dilakukan. Saya ingin menggarisbawahi bahwa setiap hari sanksi yang tertunda telah mengorbankan nyawa warga sipil dan anak-anak," kata Shevchenko.
"Ini adalah kehidupan orang Ukraina yang telah memilih jalan seperti Eropa dan sekarang kami membela tidak hanya negara sendiri, tetapi juga seluruh sistem nilai-nilai yang terletak pada inti peradaban Barat," ungkapnya.
Embargo Minyak
Keputusan AS melakukan embargo minyak dan gas bumi (migas) Rusia belum diikuti oleh seluruh Eropa. Alasannya banyak negara-negara Barat masih bergulat dengan sulitnya melepas Rusia untuk mengamankan pasokan energi mereka.
Sementara itu uang tunai yang diterima Moskow dari ekspor minyak dan gas menjadi jalur kehidupan yang vital. Pemerintah Eropa telah memutuskan bahwa mereka tidak dapat hidup tanpa pasokan migas Rusia, setidaknya untuk saat ini.
"Hari ini kita dapat melihat bahwa Rusia menggunakan kapasitas sumber daya energinya untuk memberi tekanan ekonomi kepada Eropa. Energi juga merupakan salah satu narasi yang sering dipakai media Rusia. Mereka menggunakannya untuk memberi informasi yang salah kepada publik Rusia tentang keengganan Barat mengambil langkah-langkah lebih keras, karena takut kehilangan akses ke minyak dan gas Rusia," ungkap Shevchenko.
Lebih lanjut Shevchenko mengaku, menyadari betapa sulitnya keputusan melepas Rusia bagi mitra Barat-nya karena bisa mengorbankan pasokan energi. "Tapi kita harus bekerja sama untuk menemukan dan menggunakan semua alat yang mungkin untuk menghentikan pembunuhan dan penderitaan yang semakin meluas yang disebabkan Rusia di Ukraina," ajaknya.
Tantangan Menjaga Sistem Keuangan
Shevchenko juga menggambarkan beberapa tantangan untuk menjaga sistem keuangan Ukraina tetap berjalan selama perang. Ia mengatakan, stafnya bekerja tiada henti dan banyak yang berlindung di bunker bawah tanah untuk menghindar dari pemboman.
Namun dia mengatakan, pembayaran elektronik dan ATM masih berfungsi, dan uang tunai dikirim ke mana-mana kecuali zona tempur aktif. "Saya dapat dengan bangga mengatakan bahwa sistem perbankan Ukraina tetap stabil dan likuid bahkan di bawah darurat militer," jelasnya.
"Ini adalah waktu yang sangat sulit bagi setiap orang Ukraina, baik untuk rakyat dan negara. Bank Nasional Ukraina melakukan segala daya untuk mendukung Ukraina, para pembelanya, dan penduduk yang terkena dampak agresi Rusia," jelasnya.
Seperti diketahui negara-negara Barat telah melayangkan beragam sanksi terhadap Rusia, dimana yang terbaru Amerika Serikat (AS) memberlakukan embargo minyak dari Moskow. Namun sepertinya Kyrylo Shevchenko belum puas, berikut daftar sanksi tambahan yang diminta olehnya agar dijatuhkan kepada Rusia:
- Platform data perdagangan dan keuangan Refinitiv dan Bloomberg diminta untuk menghentikan akses bagi klien asal Rusia dan Belarusia.
- AS dan Uni Eropa disarankan agar menginstruksikan bank mereka untuk memutuskan hubungan dengan bank-bank Rusia.
- Organisasi bank sentral, Bank for International Settlements harus mengusir bank sentral Rusia.
- Dana Moneter Internasional (IMF) diminta untuk menangguhkan Rusia dan Belarus dari daftar pertemuan selanjutnya. Lalu memblokir akses mereka (Rusia dan Belarus) ke aset yang dikeluarkan oleh IMF atau yang disebut Special Drawing Rights, "karena dana ini dapat digunakan untuk membiayai aksi militer terhadap negara kita (Ukraina)," ujar Shevchenko.
- Sistem pembayaran kartu UnionPay China (mirip dengan Mastercard dan Visa) diminta berhenti melayani kartu pembayaran yang dikeluarkan oleh bank-bank Rusia.
- Armenia, Kazakhstan, Kirgistan, Tajikistan, Turki dan Vietnam juga diminta agar memblokir sistem pembayaran Rusia, Mir.
- Operator transfer uang internasional Western Union menghentikan pengiriman uang tunai ke bank-bank Rusia dan Belarusia.
"Kami sudah melihat efek (sanksi) pada sistem keuangan agresor, tetapi kami masih menunggu lebih banyak yang harus dilakukan. Saya ingin menggarisbawahi bahwa setiap hari sanksi yang tertunda telah mengorbankan nyawa warga sipil dan anak-anak," kata Shevchenko.
"Ini adalah kehidupan orang Ukraina yang telah memilih jalan seperti Eropa dan sekarang kami membela tidak hanya negara sendiri, tetapi juga seluruh sistem nilai-nilai yang terletak pada inti peradaban Barat," ungkapnya.
Embargo Minyak
Keputusan AS melakukan embargo minyak dan gas bumi (migas) Rusia belum diikuti oleh seluruh Eropa. Alasannya banyak negara-negara Barat masih bergulat dengan sulitnya melepas Rusia untuk mengamankan pasokan energi mereka.
Sementara itu uang tunai yang diterima Moskow dari ekspor minyak dan gas menjadi jalur kehidupan yang vital. Pemerintah Eropa telah memutuskan bahwa mereka tidak dapat hidup tanpa pasokan migas Rusia, setidaknya untuk saat ini.
"Hari ini kita dapat melihat bahwa Rusia menggunakan kapasitas sumber daya energinya untuk memberi tekanan ekonomi kepada Eropa. Energi juga merupakan salah satu narasi yang sering dipakai media Rusia. Mereka menggunakannya untuk memberi informasi yang salah kepada publik Rusia tentang keengganan Barat mengambil langkah-langkah lebih keras, karena takut kehilangan akses ke minyak dan gas Rusia," ungkap Shevchenko.
Lebih lanjut Shevchenko mengaku, menyadari betapa sulitnya keputusan melepas Rusia bagi mitra Barat-nya karena bisa mengorbankan pasokan energi. "Tapi kita harus bekerja sama untuk menemukan dan menggunakan semua alat yang mungkin untuk menghentikan pembunuhan dan penderitaan yang semakin meluas yang disebabkan Rusia di Ukraina," ajaknya.
Tantangan Menjaga Sistem Keuangan
Shevchenko juga menggambarkan beberapa tantangan untuk menjaga sistem keuangan Ukraina tetap berjalan selama perang. Ia mengatakan, stafnya bekerja tiada henti dan banyak yang berlindung di bunker bawah tanah untuk menghindar dari pemboman.
Namun dia mengatakan, pembayaran elektronik dan ATM masih berfungsi, dan uang tunai dikirim ke mana-mana kecuali zona tempur aktif. "Saya dapat dengan bangga mengatakan bahwa sistem perbankan Ukraina tetap stabil dan likuid bahkan di bawah darurat militer," jelasnya.
"Ini adalah waktu yang sangat sulit bagi setiap orang Ukraina, baik untuk rakyat dan negara. Bank Nasional Ukraina melakukan segala daya untuk mendukung Ukraina, para pembelanya, dan penduduk yang terkena dampak agresi Rusia," jelasnya.
(akr)