Cita Rasa Minyak Sawit Indonesia: Dielu-elukan di Dalam Negeri, Dicaci di Eropa

Sabtu, 09 April 2022 - 21:45 WIB
loading...
Cita Rasa Minyak Sawit Indonesia: Dielu-elukan di Dalam Negeri, Dicaci di Eropa
Penolakan Uni Eropa menjadi tantangan industri sawit Indonesia. Foto/YorriFarli/SINDOnews
A A A
JAKARTA - Di luar gonjang ganjing kenaikan harga dan kelangkaan minyak goreng, pengusaha minyak sawit tahun-tahun ini tersenyum lebar. Bayangkan, gara-gara kenaikan harga minyak sawit (CPO) dunia dari USD715 (2020) per ton menjadi USD1.194 di 2021, nilai ekspor CPO mereka pun meluber.



Tahun lalu ekspor CPO Indonesia mencapai USD35 miliar atau lebih dari Rp500 triliun (kurs Rp14.300). Jumlah itu naik 55,8% dibanding tahun 2020 yang sebesar USD22,9 miliar.

Ekspor CPO memang telah menjadi andalan Negeri Sawit ini untuk mendulang devisa sejak lebih dari dua dekade. Di tahun 2000 ekspor CPO Indonesia sebanyak 4,1 juta ton senilai USD1,1 miliar dolar.

Pelan tapi pasti, ekspor CPO Indonesa kian muncrat sejak saat itu. Tahun 2010, ekspor CPO Indonesia mencapai 16.3 juta ton senilai USD13,5 miliar.

CPO adalah primadona ekspor Indonesia. Ratusan miliar dolar sudah ditenggak industri sawit dari hasil ekspor.

Satu-satunya komoditas yang bisa mengungguli ekspor CPO adalah batu bara. Namun, sejak 2015 lalu nilai ekspor CPO balik mengangkangi batu bara dan menjadi penyumbang terbesar devisi bagi Indonesia. Tahun itu ekspor batu bara sebesar USD14,7 miliar, sedangkan ekspor CPO menembus USD15,4 miliar.

Sektor pariwisata sejatinya bisa meladeni raihan devisa ekspor CPO. Tahun 2018 devisa sektor pariwisata mencapai USD19,29 miliar. Waktu itu pariwisata digadang-gadang bakal menjadi mesin penghasil devisa nomor wahid di Indonesia.

Ndilalahnya, tahun 2020 hingga sekarang pandemi Covid-19 melanda. Sektor pariwisata ambruk. Melihat data tahun 2021 tadi, CPO pun kian mengukuhkan diri sebagai penghasil devisa numero uno.

Selain sebagai penyumbang devisa terbesar, industri sawit juga dielu-elukan sebagai salah satu sektor terbesar penyerap tenaga kerja di Indonesia. Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) mengungkap serapan tenaga kerja di sektor industri sawit mencapai 16,2 juta pekerja, yang terdiri dari 4,2 tenaga kerja langsung dan 12 juta tenaga kerja tidak langsung.

Besarnya kontribusi industri sawit nasional membuat pemerintah tak pernah menghentikan curahan kasih sayangnya. Insentif dan kemudahan perizinan untuk industri sawit banyak ditebarkan pemerintah. Mulai dari insetif fiskal, seperti pembebasan pajak di tahun 2015. Lalu pengurangan pajak badan dan pengurangan bea keluar.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1215 seconds (0.1#10.140)