Tudingan Dewan Minyak Sawit Indonesia Soal Kelangkaan Minyak Goreng

Rabu, 13 April 2022 - 16:44 WIB
loading...
Tudingan Dewan Minyak Sawit Indonesia Soal Kelangkaan Minyak Goreng
Perubahan aturan yang cepat dituding jadi penyebab kelangkaan minyak goreng. Foto/Dok
A A A
JAKARTA - Dewan Minyak Sawit Indonesia menyoroti penyebab kelangkaan minyak goreng di pasaran. Disebut-sebut, salah satunya karena perubahan regulasi dalam waktu yang singkat.



Wakil Ketua Dewan Minyak Sawit Indonesia Harry Hanawi mengatakan, regulasi yang singkat membuat mekanisme pasar dalam menjual minyak goreng menjadi tidak beraturan dan timbul spekulan-spekulan baru.

"Kemudian kedua, besarnya disparitas harga antara harga eceran tertinggi (HET) dengan harga pasar. Banyak minyak goreng yang hilang dari jalur pasar yang selama ini dipakai menjadi sarana yang berubah ke jalur pasar spekulan," paparnya dalam Webinar Nasional Badan Logistik dan Rantau Pasok Minyak Goreng, Rabu (13/4/2022).

Selain itu, kata Harry, letak geografis Indonesia ini sangat luas di mana pusat industri minyak goreng lebih banyak ada di Indonesia bagian barat, yakni Sumatera dan Jawa. Sehingga menurutnya, kerja sama dengan Dirjen Perhubungan Laut agar distribusi minyak goreng dapat terdistribusi dengan baik.



"Seperti yang kita tahu minyak goreng di pasaran belum merata. Itu karena ada keterlambatan dari sisi distribusi. Maka dari itu harus ada sinergi dengan Dirjen Perhubungan Laut supaya proses pengiriman bisa lebih lancar," jelasnya.

Mencermati isu minyak goreng di pasaran, ia menyarankan beberapa hal. Pertama, perlu adanya kebijakan yang selalu siap sedia untuk menghadapi disparitas harga yang tinggi antara sawit di pasar global dengan pasar domestik untuk minyak goreng bagi konsumen.

Kedua, minyak goreng untuk konsumen sebaiknya berada dalam kemasan, sehingga higienitas terjamin dan mata rantai jalur distribusi akan lebih mudah.



"Terakhir, karena minyak goreng itu adalah bagian penting dari hajat hidup orang banyak, sebaiknya dimasukkan juga sebagai kategori pangan primer, dan alurnya bisa dilacak di seluruh Indonesia," tutupnya.
(uka)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2061 seconds (0.1#10.140)