India Krisis Batu Bara, Pemadaman Listrik Melanda Seluruh Negeri
loading...
A
A
A
NEW DELHI - Selama lebih dari sebulan, pabrik yang memproduksi barang-barang teknik yakni Sandeep Mall di sebelah Ibu kota India , Delhi mengalami pemadaman listrik yang melumpuhkan. Bahkan terkadang hingga 14 jam sehari di tengah krisis pasokan batu bara .
Kurang lebih 50 mesin pabrik yang terletak pada pusat manufaktur utama di Faridabad menghasilkan beragam produk, mulai dari industri penerbangan, mobil, pertambangan hingga konstruksi. "Setiap kali listrik padam, mesin berhenti, produk setengah jadi ditolak dan kami harus memulai dari awal lagi," kata Mall.
Akhirnya dia menyalakan generator bertenaga diesel untuk menjaga pabrik tetap berjalan. Dia mengatakan, tiga kali lebih mahal untuk menjalankannya dengan diesel daripada yang dia bayarkan kepada otoritas transmisi listrik lokal.
"Ini mengikis daya saing, memotong keuntungan saya. Ini benar-benar berantakan dan sangat membuat frustrasi. Ini adalah pemadaman listrik terburuk yang pernah saya hadapi dalam lebih dari satu dekade," ungkap Mall.
Mulai dari awal April, pemadaman listrik hampir melanda seluruh India, memperlambat pabrik, menutup sekolah, dan memicu demonstrasi. Dua dari tiga rumah tangga mengatakan, mereka menghadapi pemadaman listrik.
Hal itu menurut lebih dari 21.000 orang di 322 distrik yang disurvei oleh LocalCircles, sebuah lembaga. Satu dari tiga rumah tangga mengaku mengalami pemadaman listrik selama dua jam atau lebih setiap harinya.
Setidaknya sembilan negara bagian, termasuk Haryana, tempat pabrik milik Mall berada mengalami pemadaman berkepanjangan. Alasan utama mengapa pasokan listrik sangat terbatas adalah kekurangan batu bara.
Kondisi ini cukup ironis, mengingat India merupakan produsen dan konsumen batu bara terbesar kedua di dunia. Bahan bakar fosil membuat lampu negara tetap menyala: tiga perempat dari listrik yang dihasilkan menggunakan batu bara.
India duduk di atas cadangan batu bara tertinggi ketiga di dunia dan memiliki perusahaan pertambangan batu bara terbesar di dunia tetapi konsumsi per orang masih rendah.
Kurang lebih 50 mesin pabrik yang terletak pada pusat manufaktur utama di Faridabad menghasilkan beragam produk, mulai dari industri penerbangan, mobil, pertambangan hingga konstruksi. "Setiap kali listrik padam, mesin berhenti, produk setengah jadi ditolak dan kami harus memulai dari awal lagi," kata Mall.
Akhirnya dia menyalakan generator bertenaga diesel untuk menjaga pabrik tetap berjalan. Dia mengatakan, tiga kali lebih mahal untuk menjalankannya dengan diesel daripada yang dia bayarkan kepada otoritas transmisi listrik lokal.
"Ini mengikis daya saing, memotong keuntungan saya. Ini benar-benar berantakan dan sangat membuat frustrasi. Ini adalah pemadaman listrik terburuk yang pernah saya hadapi dalam lebih dari satu dekade," ungkap Mall.
Mulai dari awal April, pemadaman listrik hampir melanda seluruh India, memperlambat pabrik, menutup sekolah, dan memicu demonstrasi. Dua dari tiga rumah tangga mengatakan, mereka menghadapi pemadaman listrik.
Hal itu menurut lebih dari 21.000 orang di 322 distrik yang disurvei oleh LocalCircles, sebuah lembaga. Satu dari tiga rumah tangga mengaku mengalami pemadaman listrik selama dua jam atau lebih setiap harinya.
Setidaknya sembilan negara bagian, termasuk Haryana, tempat pabrik milik Mall berada mengalami pemadaman berkepanjangan. Alasan utama mengapa pasokan listrik sangat terbatas adalah kekurangan batu bara.
Kondisi ini cukup ironis, mengingat India merupakan produsen dan konsumen batu bara terbesar kedua di dunia. Bahan bakar fosil membuat lampu negara tetap menyala: tiga perempat dari listrik yang dihasilkan menggunakan batu bara.
India duduk di atas cadangan batu bara tertinggi ketiga di dunia dan memiliki perusahaan pertambangan batu bara terbesar di dunia tetapi konsumsi per orang masih rendah.