China Masih Dihantui Covid-19, Harga CPO Malaysia Nyungsep
loading...
A
A
A
JAKARTA - Harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) mengalami penurunan tajam pada perdagangan Senin (20/6/2022) sore.
Mengutip data Bursa Derivative Malaysia, harga CPO untuk kontrak bulan Juli 2022 anjlok hingga 5,88% menjadi MYR 5.345 per ton. Selama sepekan terakhir, harga CPO ambrol 10,78%.
Kondisi yang sama terjadi pada harga CPO kontrak bulan Agustus 2022 yang merosot hingga 6,97% menjadi MYR 5.139 per ton. Selama sepekan, harga komoditas ini ambruk 11,22%.
Untuk harga CPO kontrak bulan September, penurunannya lebih tajam lagi, mencapai 7,11% menjadi MYR 5.066 per ton dan ambles 10,22% sepekan ke belakang.
Penurunan harga yang tajam ini disebabkan oleh beberapa faktor. Misalnya, kebijakan Domestic Market Obligation (DMO) CPO Indonesia yang harus dipenuhi oleh produsen agar bisa mengekspor komoditasnya.
Hingga Rabu (15/6) pekan lalu, izin ekspor pengiriman minyak nabati sudah dikeluarkan sebanyak 602.142 ton, mengutip Reuters.
Selain itu dari sisi permintaan, China sebagai salah satu importir minyak nabati terbesar masih menerapkan lockdown untuk menahan penyebaran Covid-19. Pembatasan ini menyebabkan permintaan minyak nabati melandai karena aktivitas ekonomi juga dibatasi.
Mengutip data Bursa Derivative Malaysia, harga CPO untuk kontrak bulan Juli 2022 anjlok hingga 5,88% menjadi MYR 5.345 per ton. Selama sepekan terakhir, harga CPO ambrol 10,78%.
Kondisi yang sama terjadi pada harga CPO kontrak bulan Agustus 2022 yang merosot hingga 6,97% menjadi MYR 5.139 per ton. Selama sepekan, harga komoditas ini ambruk 11,22%.
Untuk harga CPO kontrak bulan September, penurunannya lebih tajam lagi, mencapai 7,11% menjadi MYR 5.066 per ton dan ambles 10,22% sepekan ke belakang.
Penurunan harga yang tajam ini disebabkan oleh beberapa faktor. Misalnya, kebijakan Domestic Market Obligation (DMO) CPO Indonesia yang harus dipenuhi oleh produsen agar bisa mengekspor komoditasnya.
Hingga Rabu (15/6) pekan lalu, izin ekspor pengiriman minyak nabati sudah dikeluarkan sebanyak 602.142 ton, mengutip Reuters.
Selain itu dari sisi permintaan, China sebagai salah satu importir minyak nabati terbesar masih menerapkan lockdown untuk menahan penyebaran Covid-19. Pembatasan ini menyebabkan permintaan minyak nabati melandai karena aktivitas ekonomi juga dibatasi.
(ind)