Dihantam Corona, Ekspor Produk Pangan Olahan Masih Tumbuh 7,9%
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pemerintah mencatatkan pertumbuhan kinerja ekspor makanan dan minuman menujukkan tren positif walapun dihantam pandemi Covid-19. Berdasarkan laporan Kementerian Perdagangan , sepanjang Januari-Mei 2020 nilai ekspor produk makanan olahan mencapai USD1,32 miliar atau meningkat 7,9% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
"Capaian kinerja perdagangan ini cukup menggembirakan di tengah pandemi yang melanda hampir seluruh negara di dunia," kata Menteri Perdagangan Agus Suparmanto, di Jakarta, Selasa (30/6/2020).
(BACA JUGA: Ekspor Mamin Masih Bertahan di Tengah Pandemi Covid-19)
Menurut dia terdapat sejumlah negara-negara tujuan ekspor produk makanan olahan dari Indonesia yakni Amerika Serikat, Filipina, Malaysia, Singapura dan Jepang. Rinciannya terhitung mulai Januari-Mei ekspor ke Amerika Serikat mencapai USD 293,6 juta dengan pangsa pasar 22,11%, Filipina mencapai USD161,4 juta dengan pangsa pasar12,15%, Malaysia mencapai USD101,6 juta dengan pangsa pasar 7,65%, Singapura mencapai USD74,9 juta dengan pangsa pasar 5,64%, dan Jepang mencapai USD71,9 juta dengan pangsa pasar 5,41%.
"Untuk itu, diperlukan strategi khusus dalam memasarkan produk yang inovatif dan berkualitas, bermutu, serta memiliki produktivitas yang efisien dalam rantai nilai produksi. Hal ini akhirnya dapat menghasilkan produk yang kompetitif di pasar internasional," katanya.
Pihaknya terus mendukung pelaku usaha dalam meningkatkan ekspor produk Indonesia. Untuk itu, Kemendag telah menyiapkan
beberapa strategi untuk peningkatan ekspor. Sejumlah strategi di antaranya dengan mempermudah dan mempercepat pelayanan penerbitan surat keterangan asal (SKA) barang ekspor melalui penerapan affixed signature dan stamp, menerapkan otentikasi otomatis dalam proses perizinan ekspor bagi eksportir yang memiliki reputasi, serta meningkatkan kecepatan layanan ekspor-impor dan pengawasan melalui National Logistic Ecosystem (NLE).
Selain itu, Kemendag juga melakukan peningkatan fasilitasi dan pelayanan informasi ekspor, promosi ekspor dan penjajakan kesepakatan bisnis secara virtual melalui perwakilan perdagangan dan meingkatkan pelatihan calon eksportir secara virtual. "Selain itu kami juga mengusulkan insentif berupa asuransi, kredit ekspor, dan pembiayaan lainnya melalui lembaga pembiayaan ekspor bagi eksportir terdampak Covid-19," kata dia.
"Capaian kinerja perdagangan ini cukup menggembirakan di tengah pandemi yang melanda hampir seluruh negara di dunia," kata Menteri Perdagangan Agus Suparmanto, di Jakarta, Selasa (30/6/2020).
(BACA JUGA: Ekspor Mamin Masih Bertahan di Tengah Pandemi Covid-19)
Menurut dia terdapat sejumlah negara-negara tujuan ekspor produk makanan olahan dari Indonesia yakni Amerika Serikat, Filipina, Malaysia, Singapura dan Jepang. Rinciannya terhitung mulai Januari-Mei ekspor ke Amerika Serikat mencapai USD 293,6 juta dengan pangsa pasar 22,11%, Filipina mencapai USD161,4 juta dengan pangsa pasar12,15%, Malaysia mencapai USD101,6 juta dengan pangsa pasar 7,65%, Singapura mencapai USD74,9 juta dengan pangsa pasar 5,64%, dan Jepang mencapai USD71,9 juta dengan pangsa pasar 5,41%.
"Untuk itu, diperlukan strategi khusus dalam memasarkan produk yang inovatif dan berkualitas, bermutu, serta memiliki produktivitas yang efisien dalam rantai nilai produksi. Hal ini akhirnya dapat menghasilkan produk yang kompetitif di pasar internasional," katanya.
Pihaknya terus mendukung pelaku usaha dalam meningkatkan ekspor produk Indonesia. Untuk itu, Kemendag telah menyiapkan
beberapa strategi untuk peningkatan ekspor. Sejumlah strategi di antaranya dengan mempermudah dan mempercepat pelayanan penerbitan surat keterangan asal (SKA) barang ekspor melalui penerapan affixed signature dan stamp, menerapkan otentikasi otomatis dalam proses perizinan ekspor bagi eksportir yang memiliki reputasi, serta meningkatkan kecepatan layanan ekspor-impor dan pengawasan melalui National Logistic Ecosystem (NLE).
Selain itu, Kemendag juga melakukan peningkatan fasilitasi dan pelayanan informasi ekspor, promosi ekspor dan penjajakan kesepakatan bisnis secara virtual melalui perwakilan perdagangan dan meingkatkan pelatihan calon eksportir secara virtual. "Selain itu kami juga mengusulkan insentif berupa asuransi, kredit ekspor, dan pembiayaan lainnya melalui lembaga pembiayaan ekspor bagi eksportir terdampak Covid-19," kata dia.
(nng)