Bisakah Eropa Hidup Tanpa Minyak dan Gas Rusia? Ini Fakta-faktanya

Selasa, 16 Agustus 2022 - 22:41 WIB
loading...
Bisakah Eropa Hidup Tanpa Minyak dan Gas Rusia? Ini Fakta-faktanya
Perang Rusia Ukraina perlahan tapi pasti mulai melebar menjadi perang energi antara Moskow dan Eropa diikuti juga oleh AS. Beragam sanksi mulai dari embargo minyak dan gas menimpa Moskow. Foto/Dok
A A A
MOSKOW - Rusia dituding telah menggunakan kekuatan energinya sebagai senjata untuk melawan sanksi Barat yang menghujani Moskow sejak melakukan investasi ke Ukraina. Perang gas melawan Eropa dimulai saat Rusia berulang kali memangkas pasokan ke Jerman.

Sejak invasi Ukraina , negara-negara Barat telah memberikan sanksi kepada minyak dan gas Rusia, hingga memicu pembalasan dari Moskow. Lalu berapa banyak gas Rusia yang digunakan Eropa?



Rusia sendiri memasok 40% dari gas alamnya ke Uni Eropa (UE) pada tahun lalu. Sedangkan Jerman, ekonomi terbesar di Eropa menjadi importir terbesar pada tahun 2020, diikuti oleh Italia.

Sementara Inggris hanya mengimpor 4% dari kebutuhannya dari Rusia dan Amerika Serikat (AS) tidak mengimpor gas apapun dari Rusia. Namun mereka juga terpengaruh ketika Rusia membatasi pasokan ke daratan Eropa, karena hal ini menyebabkan harga gas global naik. Harga gas hampir naik dua kali lipat di Inggris selama setahun terakhir.

Sanksi Uni Eropa

UE mengatakan, bakal memotong impor gas dari Rusia sebesar dua pertiga mulai tahun depan. Dimana pemutusan secara total masih jadi pembicaraan yang alot di antara anggota, mengingat ketergantungan setiap negara terhadap minyak dan gas Rusia berbeda-beda.



Guna membantu mencapai tujuannya, negara-negara anggota Uni Eropa telah setuju untuk mengurangi penggunaan gas sebesar 15% selama tujuh bulan ke depan. Namun, ada keraguan di mana UE akan menemukan alternatif pasokan gas.

"Mereka (Eropa) harus beralih ke produsen seperti AS dan Qatar, yang akan mengirimkan gas alam cair (LNG) dalam kapal tanker," kata penasihat energi Kate Dourian.

"Tapi tidak ada cukup terminal LNG di Eropa. Ini akan menjadi masalah bagi Jerman, khususnya," sambungnya.

Respons Rusia

Presiden Vladimir Putin telah menuntut agar negara-negara yang "tidak ramah" di Eropa untuk membayar gas dengan Rubel Rusia. Langkah ini sebagai membantu mendukung nilai mata uang Rusia.

Polandia, Bulgaria, dan Finlandia termasuk di antara yang menolak untuk melakukannya dan sebagai akibatnya Rusia memutus pasokan mereka. Sedangkan beberapa perusahaan energi Eropa membayar gas melalui rekening bank Rusia, yang mengubah euro menjadi rubel. Mereka menegaskan bahwa transaksi pembayaran itu sejalan dengan sanksi.

Akankah Eropa Kekurangan Minyak?

UE telah setuju untuk melarang semua impor minyak Rusia yang masuk melalui laut. Namun larangan itu memungkinkan minyak Rusia untuk terus diimpor melalui pipa. Para pemimpin Uni Eropa mengatakan ini adalah "tindakan sementara" karena negara-negara seperti Hongaria dan Slovakia sangat bergantung pada minyak Rusia.

AS sendiri telah menyatakan larangan total impor minyak mentah Rusia. Sedangkan Inggris baru akan menghapus impor minyak Rusia pada akhir tahun.

Banyak negara Eropa harus mengguras stok minyak mereka seiring larangan tersebut. Lithuania dan Finlandia mendapat sekitar 80% minyak mereka dari Rusia pada November tahun lalu, seperti diungkapkan data terbaru.

Meski begitu beberapa negara-negara UE dapat membeli minyak dari produsen lain. IEA -klub negara pengimpor minyak- telah merilis minyak mentah senilai 120 juta barel dari stok mereka.

Presiden AS Joe Biden memerintahkan pelepasan minyak besar-besaran dari cadangan Amerika. "Negara-negara seperti Arab Saudi mungkin mulai memasukkan lebih banyak minyak ke pasar dunia di akhir tahun, dan mungkin ada lebih banyak pasokan dari AS," kata Kate Dourian.

Akankah Sanksi Barat dan Sekutunya Berhasil?

Dibantu oleh melonjaknya harga energi, Rusia menerima sekitar 400 miliar euro (atau setara USD430 miliar) selama setahun terakhir dari ekspor minyak dan gas ke Eropa.

UE mengatakan, sanksi terbarunya dapat memangkas jumlah minyak yang dibelinya dari Rusia sebesar 90%. Namun, ini akan memakan waktu beberapa bulan untuk mulai berlaku secara penuh, dan bahkan kemudian Rusia akan dapat menjual minyak di tempat lain di seluruh dunia.

"Negara-negara di Asia mungkin membeli hingga satu juta barel per hari lebih banyak minyak mentah dari Rusia daripada yang mereka ambil sekarang," kata Kepala ekonom di perusahaan data energi Argus Media, David Fyfe.

"Sebagai hasil dari semua sanksi yang diumumkan sejauh ini, Rusia mungkin kehilangan antara sepertiga dan setengah dari total pendapatan minyaknya, tetapi tidak semuanya," lanjut David Fyfe.

Lonjakan Tagihan

Konsumen menghadapi kenaikan tagihan energi dan bahan bakar ketika sanksi terhadap energi Rusia dimulai. Harga kemungkinan akan meningkat lebih jauh jika ekspor gas Rusia ke Eropa dibatasi.

(akr)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1303 seconds (0.1#10.140)