Akademisi Unpad Beberkan Sejumlah Tantangan Ekonomi Indonesia

Senin, 03 Oktober 2022 - 13:17 WIB
loading...
Akademisi Unpad Beberkan...
Dekan FEB Unpad Bandung, Prof. Nunuy Nur Afiah dalam webinar bertajuk Strategi ASEAN dalam Pemulihan Ekonomi Regional. FOTO/dok.Istimewa
A A A
JAKARTA - Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Padjajaran (FEB Unpad) Bandung, Prof. Nunuy Nur Afiah menyebutkan, situasi dan kondisi di tahun 2022 cukup menantang bagi kinerja pemulihan ekonomi Indonesia.

Pada sisi domestik, lanjut dia, masalah kesehatan masih menjadi tantangan terutama ketika Indonesia dihadapkan pada situasi dimana varian Omicron merajalela di awal tahun. Meski demikian, kesiapan Indonesia menghadapi Omicron sudah jauh lebih baik dibandingkan saat menghadapi varian Delta.

"Sementara itu, dari sisi internasional, tekanan geopolitik antara Rusia dan Ukraina yang semakin meningkat juga menjadi tantangan bagi kinerja pemulihan ekonomi nasional serta ancaman depresi. Merebaknya COVID-19 telah sangat menghambat operasi ekonomi global," kata Nunuy Nur Afiah dalam webinar bertajuk 'Strategi ASEAN dalam Pemulihan Ekonomi Regional' yang digelar oleh Magister Ekonomi Terapan (MET) FEB UNPAD bersama Kementerian Luar Negeri, pekan lalu.



Menurut data resmi Bank Dunia (Juni 2020), pandemi ini diperkirakan akan menyebabkan kontraksi 5,2% dari PDB global. Mulai Desember 2019, Covid-19 telah menyebar ke seluruh dunia dalam skala terbatas selama seperempat hingga Maret 2020 ketika jumlah kematian di negara-negara yang tergabung dalam Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) akhirnya mulai meningkat.

"Namun, meskipun wabah relatif terlambat di kawasan itu, pasar ASEAN telah jatuh bersama dengan pasar regional lainnya di seluruh dunia di tengah meningkatnya kekhawatiran tentang dampak ekonomi dari pembunuh virus terbesar pada tahun 2020," ujarnya.

Selain wabah covid-19 yang melanda seluruh Dunia, menurut Prof. Nunuy, konflik Rusia-Ukraina menjadi tantangan selanjutnya yang harus dihadapi bersama-sama oleh seluruh negara tidak terkecuali negara-negara di kawasan ASEAN.

Menurutnya, konflik tersebut telah menyebabkan kenaikan harga komoditas secara eksponensial, mengingat kedua negara yang bertikai merupakan pengekspor utama bahan bakar fosil, biji-bijian, pupuk, dan logam. Bahkan tidak dapat terbantahkan, gangguan pasokan komoditas akibat invasi Rusia ke Ukraina yang dimulai pada 24 Februari 2022 berdampak drastis pada perekonomian global, termasuk di kawasan Asia Tenggara seperti Indonesia, Malaysia, dan Filipina. "Selain itu, konflik Rusia-Ukraina itu akan menyebabkan harga energi dan makanan global naik masing-masing sebesar 50% dan 20% pada tahun 2022," terangnya.

Direktur Kerjasama Ekonomi ASEAN Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Republik Indonesia, Berlianto Situngkir membeberkan lima upaya membantu pemulihan ekonomi di Kementerian Luar Negeri. Pertama, membentuk Tim Khusus Ekonomi. "Sejak bulan Juli 2020, Kemenlu membentuk Tim Percepatan Pemulihan Ekonomi (TPPE), sebuah kelompok kerja non-struktural yang bertugas memetakan potensi dan memanfaatkan peluang ekonomi di tengah pandemi Covid-19," katanya.

Kedua, bekerja sama/gotong royong dimana TPPE senantiasa menjalin kerja sama dengan kementerian/lembaga milik Pemerintah Indonesia, terutama dengan Kementerian Kesehatan, Kementerian BUMN, dan Kementerian Investasi (BKPM).
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1985 seconds (0.1#10.140)