Menanti Daya Tarik Investasi
loading...
A
A
A
Adapun yang ketiga adalah faktor produktivitas dan upah tenaga kerja di Indonesia yang dinilai kurang kompetitif. Terakhir adalah terkait respons dan kecepatan respons dari upaya penanggulangan pandemi Covid-19. (Baca juga: Relokasi 7 Perusahaan dari China Bisa Berjalan jika Hambatan Daya Saing Bisa Dihapus)
“Indonesia dinilai kurang mumpuni, dibanding Vietnam, Malaysia, Thailand dan banyak negara ASEAN lainnya. Dari empat aspek di atas, kita bisa menilai diperlukan reformasi regulasi, kebijakan dan juga mengarah pada perbaikan iklim investasi," kata Shinta.
Kendati demikian, ujar Shinta, realiasi Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja (RUU Cipta Kerja) diyakini akan menjadi daya tarik bagi investor. Hal ini dinantikan implementasinya oleh kalangan pengusaha.
"Ini kuncinya di Omnibus Law RUU Cipta Kerja sebagai strategi penting untuk memberikan reformasi ekonomi, kemudahan investasi dan memperluas penciptaan lapangan kerja terutama agar kita bisa membangun kembali dan memulihkan diri dari dampak pandemi," tandasnya.
Seperti diberitahukan, pada Selasa (30/6) lalu pemerintah mengumumkan tujuh perusahaan yang merelokasi pabriknya dari China ke Indonesia yakni PT Meiloon Technology Indonesia yang relokasi dari Suzhou China. Lalu PT Sagami Indonesia yang merelokasi pabrik dari Shenzen China, kemudian PT CDS Asia (Alpan Lighting) yang relokasi dari Xiamen China. Alpan memilih Indonesia karena Amerika menerapkan tarif impor 25% barang dari China, sementara dari Indonesia 0%.
Selanjutnya, PT Kenda Rubber Indonesia yang relokasi pabrik dari Shenzen China. Kemudian PT Denso Indonesia yang merupakan relokasi pabrik dari Jepang karena memandang Indonesia sebagai lokasi terbaik setelah melakukan riset ke berbagai negara di kawasan ASEAN.
Lalu, PT Panasonic Manufacturing Indonesia yang relokasi dari China karena ingin menjadikan Indonesia sebagai pasar basis ekspor bagi beberapa kategori produk home appliances. Terakhir PT LG Electronics Indonesia yang relokasi dari Korea Selatan dan berencana menjadikan Indonesia sebagai regional hub baru yang menjangkau pasar Asia dan Australia. (Baca juga: Menag Fachrul Razi Pecat Staf Khusus Ubaidillah Amin?)
Sementara itu, ke-17 perusahaan yang berniat relokasi ke Indonesia memiliki nilai investasi USD 37 miliar dengan serapan tenaga 112.000 orang. Salah satu perusahaan telah menyatakan komitmennya yaitu LG Chemical dengan nilai investasi USD9,8 miliar dengan potensi penyerapan tenaga kerja 14.000 orang.
Peneliti Indef Bhima Yudhistira Adhinegara mengatakan, relokasi pabrik-pabrik perusahaan raksasa dari China ke Indonesia realistis dilakukan selama hambatan-hambatan dalam berusaha (doing business) bisa dihilangkan. Dia menyebutkan, hambatan tersebut di antaranya ketersediaan infrastruktur dan reformasi birokrasi serta ketersediaan sumber daya manusia.
“Relokasi saya kira akan berjalan cepat, kalau kualitas infrastruktur tersedia dengan baik, arus logistik yang lancar, hambatan birokrasi tidak ada atau dipangkas seefisien mungkin serta ketersediaan sumber daya manusia,” ujarnya kepada SINDO Media di Jakarta, Minggu (5/7/2020).
“Indonesia dinilai kurang mumpuni, dibanding Vietnam, Malaysia, Thailand dan banyak negara ASEAN lainnya. Dari empat aspek di atas, kita bisa menilai diperlukan reformasi regulasi, kebijakan dan juga mengarah pada perbaikan iklim investasi," kata Shinta.
Kendati demikian, ujar Shinta, realiasi Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja (RUU Cipta Kerja) diyakini akan menjadi daya tarik bagi investor. Hal ini dinantikan implementasinya oleh kalangan pengusaha.
"Ini kuncinya di Omnibus Law RUU Cipta Kerja sebagai strategi penting untuk memberikan reformasi ekonomi, kemudahan investasi dan memperluas penciptaan lapangan kerja terutama agar kita bisa membangun kembali dan memulihkan diri dari dampak pandemi," tandasnya.
Seperti diberitahukan, pada Selasa (30/6) lalu pemerintah mengumumkan tujuh perusahaan yang merelokasi pabriknya dari China ke Indonesia yakni PT Meiloon Technology Indonesia yang relokasi dari Suzhou China. Lalu PT Sagami Indonesia yang merelokasi pabrik dari Shenzen China, kemudian PT CDS Asia (Alpan Lighting) yang relokasi dari Xiamen China. Alpan memilih Indonesia karena Amerika menerapkan tarif impor 25% barang dari China, sementara dari Indonesia 0%.
Selanjutnya, PT Kenda Rubber Indonesia yang relokasi pabrik dari Shenzen China. Kemudian PT Denso Indonesia yang merupakan relokasi pabrik dari Jepang karena memandang Indonesia sebagai lokasi terbaik setelah melakukan riset ke berbagai negara di kawasan ASEAN.
Lalu, PT Panasonic Manufacturing Indonesia yang relokasi dari China karena ingin menjadikan Indonesia sebagai pasar basis ekspor bagi beberapa kategori produk home appliances. Terakhir PT LG Electronics Indonesia yang relokasi dari Korea Selatan dan berencana menjadikan Indonesia sebagai regional hub baru yang menjangkau pasar Asia dan Australia. (Baca juga: Menag Fachrul Razi Pecat Staf Khusus Ubaidillah Amin?)
Sementara itu, ke-17 perusahaan yang berniat relokasi ke Indonesia memiliki nilai investasi USD 37 miliar dengan serapan tenaga 112.000 orang. Salah satu perusahaan telah menyatakan komitmennya yaitu LG Chemical dengan nilai investasi USD9,8 miliar dengan potensi penyerapan tenaga kerja 14.000 orang.
Peneliti Indef Bhima Yudhistira Adhinegara mengatakan, relokasi pabrik-pabrik perusahaan raksasa dari China ke Indonesia realistis dilakukan selama hambatan-hambatan dalam berusaha (doing business) bisa dihilangkan. Dia menyebutkan, hambatan tersebut di antaranya ketersediaan infrastruktur dan reformasi birokrasi serta ketersediaan sumber daya manusia.
“Relokasi saya kira akan berjalan cepat, kalau kualitas infrastruktur tersedia dengan baik, arus logistik yang lancar, hambatan birokrasi tidak ada atau dipangkas seefisien mungkin serta ketersediaan sumber daya manusia,” ujarnya kepada SINDO Media di Jakarta, Minggu (5/7/2020).